Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kriminal

Mahasiswa Tuntut Kekerasan Seksual di ISI Yogyakarta Diusut

Dosen yang dilaporkan atas dugaan melakukan kekerasan seksual hingga saat ini tercatat masih aktif mengajar di ISI Yogyakarta.

18 April 2025 | 14.27 WIB

Massa Forum Perempuan Diaspora Nusa Tenggara Timur (FPD NTT) Jakarta membawa atribut penolakan kekerasan seksual saat menggelar aksi menolak kekerasan seksual pada anak dan perempuan di NTT saat Car Free Day Bundaran HI, Jakarta, 23 Maret 2025.   Aksi tersebut menuntut penegakan hukum yang adil atas kasus pelaku kekerasan seksual Kapolres Ngada, NTT Fajar Widyadharma sekaligus mengajak masyarakat untuk menolak kekerasan seksual dan menjunjung tinggi hak korban. Tempo/Ilham Balindra
Perbesar
Massa Forum Perempuan Diaspora Nusa Tenggara Timur (FPD NTT) Jakarta membawa atribut penolakan kekerasan seksual saat menggelar aksi menolak kekerasan seksual pada anak dan perempuan di NTT saat Car Free Day Bundaran HI, Jakarta, 23 Maret 2025. Aksi tersebut menuntut penegakan hukum yang adil atas kasus pelaku kekerasan seksual Kapolres Ngada, NTT Fajar Widyadharma sekaligus mengajak masyarakat untuk menolak kekerasan seksual dan menjunjung tinggi hak korban. Tempo/Ilham Balindra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta membuat petisi untuk menuntut kampus memberikan sanksi tegas terhadao dosen yang diduga melakukan kekerasan seksual. Petisi yang dibuat di laman change.org pada 10 April 2025 itu telah ditandatangani lebih dari 1.000 kali.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Dalam keterangannya kepada Tempo, mahasiswa ISI Yogyakarta yang tergabung dalam ISI YK Speak Up tersebut merasa penanganan kasus kekerasan seksual di kampusnya belum maksimal. “Dari beberapa kasus yang sudah pernah muncul hasilnya tidak memberikan sanksi tegas untuk pelaku,” kata salah satu perwakilan ISI YK Speak Up lewat keterangan tertulis, Selasa, 15 April 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berdasarkan catatan ISI YK Speak Up, setidaknya ada tiga dosen Fakultas Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta yang diduga melakukan kekerasan seksual terhadap mahasiswi. Adapun jumlah korban di Fakultas Seni Pertunjukan diperkirakan lebih dari lima orang. Sebagian korban kini telah lulus dan sudah melaporkan kekerasan seksual yang dialaminya kepada Satuan Tugas (Satgas) Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) pada rentang 2022-2023.

Salah seorang korban mengatakan terduga pelaku melakukan sentuhan fisik saat melakukan bimbingan tugas akhir di ruangan dosen. “Pipi saya disentuh dan dicubit saat bimbingan tugas akhir pada akhir 2021,” kata korban saat dihubungi Tempo.

Dia juga mengakatakan pernah diajak bepergian berdua oleh dosen untuk mengerjakan salah satu tugas mata kuliah. Namun korban menolak karena merasa tidak nyaman.

Selain itu, ada korban yang menceritakan beberapa kali disentuh di bagian paha dan pinggulnya secara sengaja oleh dosen lain di Fakultas Seni Pertunjukkan ISI Yogyakarta. “Saat itu dosen menawari remedial mata kuliah dengan mengajak ke hotel. Mengajak sambil mengelus pahaku,” ujar korban.

Dua korban tersebut mengaku telah melaporkan kekerasan seksual verbal dan fisik yang dialami kepada Satgas PPKS pada 2023. Namun mereka mengaku tidak mengetahui tindak lanjut dari laporan tersebut. Sementara itu, sejumlah korban lain mengakui pernah mendapatkan kekerasan seksual dan melaporkan ke Satgas PPKS namun tidak mau memberikan keterangan lebih lanjut kepada Tempo.

Tempo sudah berupaya meminta konfirmasi dari tiga dosen ISI Yogyakarta yang pernah dilaporkan ke Satgas PPKS atas dugaan kekerasan seksual. Namun pesan instan melalui aplikasi WhatsApp dan panggilan telepon tidak ditanggapi. Hingga Jumat, 18 April 2025, di portal kepegawaian ISI Yogyakarta ketiga dosen tersebut tercatat masih aktif menjadi pengajar di ISI Yogyakarta.

Rektor ISI Yogyakarta Irwandi juga tidak merespons pesan yang Tempo kirimkan. Sementara itu, Dekan Fakultas Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta I Nyoman Cau Arsana mengatakan belum bisa memberi tanggapan atas pertanyaan dari media. “Satu pintu lewat Tim PPKS ISI Yogyakarta,” kata Nyoman, Senin, 14 April 2025. Akan tetapi Ketua Satgas PPKS ISI Yogyakarta Yulyta Kodrat Prasetyaningsih justru enggan memberikan keterangan.

Ketua Humas ISI Yogyakarta Esti Hapsari Saptiasih mengatakan pihaknya telah menerima aduan laporan resmi dugaan kekerasan seksual dari para korban. “Sampai dengan April 2025, kasus-kasus kekerasan seksual terkait dengan kegiatan di perguruan tinggi hasilnya telah direkomendasikan ke Kemendiktisaintek dan sudah final proses pemeriksaannya,” kata Esti lewat keterangan tertulis, Kamis, 17 April 2025.

Esti mengatakan selama proses berlangsung, Satgas PPKS belum bisa memberikan keterangan ihwal dugaan kekerasan seksual yang dilaporkan tersebut. “Selama proses tersebut terduga pelaku telah dinonaktifkan sementara sebagai dosen,” kata dia.

Hammam Izzuddin

Lulus dari jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta. Menjadi jurnalis media lokal di Yogyakarta pada 2022 sebelum bergabung dengan Tempo pada 2024

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus