Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kriminal

Mbah Slamet Bunuh 12 Korbannya dengan Potas, Racun Ikan Paling Berbahaya

Mbah Slamet atau Tohari menggunakan potas untuk membunuh 12 korbannya. Racun ikan yang paling berbahaya.

8 April 2023 | 10.17 WIB

Ilustrasi: TEMPO/Rio Ari Seno
Perbesar
Ilustrasi: TEMPO/Rio Ari Seno

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Semarang - Tohari atau Mbah Slamet, 45 tahun, dukun pengganda uang di Banjarnegara, Jawa Tengah, merenggut nyawa 12 korbannya dengan memakai cairan potasium sianida atau potas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Jenis racun tersebut diketahui setelah Pusat Laboratorium Forensik Kepolisian Daerah Jawa Tengah memeriksa dua belas barang bukti. "Jenis racun potasium sianida," ujar Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jawa Tengah Komisaris Besar Iqbal Alqudusy pada Jumat, 7 April 2023 kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penggunaan potas dalam kasus pembunuhan sering terjadi. Menurut catatan Tempo, potas seringkali juga digunakan untuk menangkap ikan oleh sejumlah nelayan nakal.

Mengutip Tempo, Kamis, 16 Maret 2023, potas disebutkan sebagai racun yang digunakan untuk menangkap ikan, baik di sungai, danau maupun perairan lainnya. Untuk memperoleh racun ini sangatlah mudah karena banyak dijual di toko pupuk maupun toko pancing.

Racun berjenis potas merupakan racun yang paling berbahaya dan memiliki efek yang sangat mematikan. Dalam waktu 3 hingga 4 jam ikan akan langsung mati, sebab racun ini menyerang pembuluh darah jantung, menutup aliran darah sehingga ikan kolap dan mati.

Mengutip dari artikel berjudul “Pembius Ikan” yang ditulis oleh Gondo Puspito dari Institut Pertanian Bogor, penggunaan potasium juga berbahaya untuk kelangsungan hidup terumbu karang. Sekitar 75 persen kerusakan terumbu karang di Indonesia diperkirakan akibat semprotan maut dari potasium dan bahan peledak. 

Sekali semprot saja, tulis dia, potasium bisa merusak bermeter-meter terumbu karang, dan parahnya biasanya para oknum nelayan ini menghabiskan setengah kilogram potasium sianida untuk menangkap ikan dalam sehari.

Warna karang yang terkena potas akan mengalami perubahan menjadi putih, lalu lama kelamaan karang akan mati. Bila terumbu karang rusak, ikan akan kehilangan habitat dan ikan menjadi sulit berkembang biak.

Selanjutnya: Illegal destructive fishing 

Illegal destructive fishing 

Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Susi Pudjiastuti pernah menegaskan bahwa penggunaan potas untuk menangkap ikan termasuk ke dalam illegal destructive fishing atau penangkapan ikan yang merusak lingkungan.

Dia mengatakan, banyak nelayan yang memakai racun potas untuk meracuni ikan. Padahal, racun potas sangat berbahaya untuk perairan Indonesia terutama kelestarian terumbu karang.

“1 gram sianida mematikan ikan dalam 6 meter persegi. Nelayan kalau mau mematikan ikan, mereka membawa 10 liter. Kebayang tidak? Jadi itu masuk ke illegal destructive fishing. Karena bisa menyebabkan kerusakan yang sangat luar bisa,” jelas Susi seperti dikutip dari laman resmi KKP pada Sabtu, 8 April 2023.

Saat itu Susi mengatakan, oknum nelayan mendapatkan asupan racun potas dari Malaysia. Tidak hanya dari negeri Jiran, Potasioum Sianida juga masuk melalui kapal-kapal ikan dari Hong Kong.

“Banyak potasium dibawa dari Malaysia, penyelundupan dari Malaysia atau dibawa kapal-kapal ikan Hongkong yang mau jemput ikan hidup di keramba masyarakat,” lanjutnya.

JAMAL ABDUN NASHR | MELINDA KUSUMA NINGRUM | ANDRY TRIYANTO

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus