Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Mengakhiri perangai ayah

Yusman membunuh ayah kandungnya sendiri, m. yusuf, di ulak karang, padang utara. motifnya, diduga karena korban sering membawa pelacur ke rumah yusman. yusman mencemburui korban yang akrab dengan istrinya.

25 Maret 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ENTAH setan mana yang muncul di benak Yusman, 29 tahun, di siang itu. Ketika istrinya lagi ke pasar, ia mengambil parang berkarat yang terselip di atas pintu kamar mandi. Kemudian lelaki berambut ikal itu menuju ke kamar tengah. Di situ ayah kandungnya, M. Yusuf, 65 tahun, lagi tidur nyenyak. Tanpa bicara sepatah pun, Yusman mengayunkan golok itu sekuat tenaga ke dada ayahnya. Yusuf tak sempat lagi berteriak. Ia tewas di tempat itu. Istri Yusman, Novrita, hanya bisa ternganga ketika pulang dari pasar mendengar pengaduan anaknya, Lisa, 4 tahun. "Mama, mengapa Kakek dibacok Papa?" kata bocah itu sambil menangis. Semula Novrita tak percaya. Tapi Yusman meyakinkan. "Benar, Ayah sudah saya bacok. Itu dia, di tempat tidur," ujar Yusman tenang. Pembunuhan pada Rabu siang dua pekan lalu itu menggegerkan warga sekitarnya di Jalan Banjarmasin, Ulak Karang, Padang Utara. Tak ada yang mengira Yusman, yang pendiam itu, bisa kejam pada ayahnya. Hari itu juga lelaki tersebut ditangkap polisi. Dua hari dalam tahanan, Yusman tutup mulut. Baru di hari ketiga ia mau bicara. "Bapak saya tidak bersih, saya khilaf," kata Yusman. Menurut Yusman, ayahnya itu punya ilmu -- entah ilmu apa ia tak tahu -- dan sebuah jimat selalu terselip di pinggangnya. Di suatu malam, dua minggu sebelum peristiwa itu, ceritanya, ayahnya membangunkannya dan minta diurut. Ternyata, Yunus menurunkan ilmunya. Ia, katanya, menerima saja pemberian itu. Akibat ilmu itu, kata Yusman, ia merasakan sesuatu yang lain di tubuhnya. Badannya terasa panas dan seperti ditonjok-tonjok dari dalam. Dadanya sering sesak dan kepalanya pun suka pusing. Selain itu, penglihatannya kadang-kadang jadi gelap. "Sejak itu, suami saya suka termenung dan malas kerja, ujar Novrita. Setelah itu, menurut Novrita, suaminya yang tukang servis gemuk mobil di terminal Andalas, Padang, itu hampir tak mempedulikan pekerjaannya. Bahkan dua hari sebelum kejadian itu, seorang kawannya mengabarkan bahwa Yusman menerjuni sebuah jembatan di Air Tawar, Padang. Kendati selamat, Yusman tak pernah mau mengungkapkan kepada istrinya penyebab kenekatannya itu. Yusman, yang sejak usia tiga bulan ditinggal kawin ayahnya, sebenarnya baru tiga bulan ini sering berkumpul lagi dengan mendiang. Selama ini lelaki yang berpendidikan sampai kelas III SD itu hanya mendengar cerita bahwa ayahnya, sopir bis ANS trayek Padang-Dumai, telah lima kali kawin cerai. Terakhir ia mendengar ayahnya punya istri dan 13 orang anak di Dumai. Tiga bulan lalu, Yunus datang ke rumahnya. Rupanya, ketika itu Yunus baru tahu bahwa tempat tinggal anaknya tak jauh dari pangkalan bis ANS di Jalan Khatib Sulaiman. Nah, sejak itu ia sering menginap di rumah Yusman bila bisnya bermalam di Padang. Mula-mula Yusman dan istrinya menerima kehadiran ayahnya itu dengan tulus. Ternyata, ayahnya itu konon berperangai buruk. Lelaki tersebut rupanya suka membawa pulang perempuan nakal dan menidurinya di rumah mantunya itu. Peristiwa seperti itu, kabarnya, terjadi berkali-kali. Terakhir, Yunus membawa seorang wanita yang mengaku mahasiswi. Yunus mengaku hanya menolong wanita berdaster itu karena kemalaman. Tapi lagi-lagi Yusman berang, karena "mahasiswi" itu menginap sekamar dengan ayahnya. "Saya tidak ingin anak-istri saya dikotori Ayah," katanya. Selain itu, menurut sumber TEMPO, Yusman diduga mencemburui ayah kandungnya. Sebab, ia merasa sejak ayahnya tinggal di rumah itu, anak dan istrinya lebih dekat pada ayahnya daripada kepadanya. Ia juga kesal karena istrinya bersedia mencucikan pakaian kotor Yunus. "Saya melihat Ayah seperti monyet saja, begitu pengakuan Yusman kepada TEMPO. Sementara itu, Novrita merasa memperlakukan mertuanya secara wajar, layaknya hubungan anak dengan bapak. Dan ia tak tahu bahwa suaminya kesal melihat perhatiannya kepada mertuanya. Sebab itu, ia menyesalkan suaminya, Yusman, mengapa tak mau berterus terang tentang kekesalannya itu. "Kebahagian kami seperti hilang tiba-tiba. Uda tak mau bicara apa-apa. Saya benar-benar tak tahu apa yang dipendam suami saya," tutur Novrita sambil meneteskan air mata. Sampai kini memang belum jelas penyebab sebenarnya pembunuhan itu.WY, Fachrul Rasyid H.F. (Padang)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum