Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Menghabisi birokrasi

Kepala desa salaiya, padangsidempuan, hasbillah hasibuan,45, tewas dibunuh syahrun dan barumun nasution, ketika hasbillah tidur di kebun karetnya. gara-gara ayah barumun belum melunasi tunggakan pbb.

5 September 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kepala Desa dibunuh warganya. "Karena ayah saya belum melunasi tunggakan PBB," kata Barumun Nasution. TARIKAN napas Hasbillah Hasibuan tinggal satusatu. Toh gelegak dendam menyalupi diri Syahrun, 34 tahun, dan adiknya, Barumun Nasution. Barumun, misalnya, berupaya menyandarkan tubuh Kepala Desa Silaiya, dekat Kota Padangsidempuan, itu di rumpun bambu, agar dagunya tengadah. Dan Syahrun menggebuk leher Hasbillah, hingga tewas di malam pekat itu juga. Kedua Nasution menghabisi Kepala Desa yang berusia 45 tahun itu tidak lain karena birokrasi di pemerintahan desa. Katanya, Hasbillah ogah mengeluarkan surat pengantar untuk Barumun yang mengurus surat keterangan berkelakuan baik (SKBB) dari polisi. "Akibat ulahnya itu, saya gagal melamar kerja," katanya kepada Affan Bey dari TEMPO pekan lalu, di tahanan Polres Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Si lajang Barumun (lulusan SMA) yang berumur 23 tahun itu sudah lima tahun menganggur. Ketika seorang temannya mengabari ada lowongan pekerjaan di Pekanbaru, ia lantas bolakbalik ke Kantor Desa. Urusannya tersandung karena Hasbillah tidak mau melayaninya. "Karena ayah saya belum melunasi tunggakan PBB," katanya. Kemudian, ia mengajak abangnya yang tidak tamat SD itu untuk menghabisi si Kepala Desa. Hari eksekusi dipilih awal Agustus. Malam itu Hasbillah tidur di gubuk, di kebun karetnya. Bersenjatakan dua kerat kayu, mereka mengendapendap ke gubuk Hasbillah. Tiba di sasaran, Barumun menyulut atap daun rumbia gubuk itu. Api marak berjilam. Karena kepanasan, Hasbillah segera menghambur keluar. Dua bersaudara itu kemudian menyambutnya dengan ayunan kayu. Darah muncrat. Gebukan itu membuat Hasbillah sakarat. Lalu, Syahrun -- ayah empat anak -- mengembat lagi leher korban. Sekretaris Desa Silaiya, A. Pulungan, tidak menampik ihwal pelunasan pajak bumi dan bangunan (PBB) yang sudah disebut tadi. "Itu peraturan yang berlaku umum," katanya. Sedangkan Barumun kerap mengoceh tentang pertengkarannya dengan Hasbillah. Dan ketika polisi menangkapnya lagi pada 10 Agustus lalu -- setelah cukup bukti -- ia sudah sulit mungkir. Padahal, tak seorang pun saksi yang melihat pemukulan yang merenggut nyawa Kepala Desa itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus