SUGIRAH kini terbaring di Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta Timur, pekan lalu. Tubuh gadis berusia 19 tahun itu lemas. Kemontokannya lenyap. Yang tinggal adalah kulit pembalut tulang. Berat badannya semula 45 kg susut menjadi 25 kg. "Dulu, anak saya itu gemuk, sekarang kurus kering," kata Jumin, ibunya. Di wajah Sugirah, leher, dan tubuhnya penuh luka. Dan bernanah. Menurut Sugirah, semua itu hasil aniaya majikannya, keluarga Tan. Anak kedua dari lima bersaudara keluarga petani dari Lampung Selatan ini sejak enam bulan lalu jadi pembantu di rumah Nyonya Tan, di Jembatan Lima, Jakarta Barat. Gadis berpendidikan SD ini tugasnya adalah mengasuh anak bungsu Nyonya Tan, Dede, 19 tahun -- yang idiot sejak lahir. Ia harus memandikan, memakaikan baju, dan menyuapi makanannya. Jika tugas ini selesai, Sugirah menyetrika pakaian dan membersihkan rumah. Ia digaji Rp 125.000 sebulan. Awalnya kerja dan pembayaran gajinya lancar. Di bulan kedua, jika ia kurang beres kerja mulai dicaci dan dipukuli oleh Nyonya Tan. Kedua anaknya, Kiki dan Indra, ikut ambil bagian. Bila tak becus memakaikan celana Dede, ia dipukul pakai kayu dan rotan. Kesalahan itu bukan semata dari Sugirah. Suatu hari, Desember lalu, Dede lepas dari pengawasannya. Anak itu ngumpet dalam lemari kosong, lalu merusak barang di dalamnya. Akibatnya, ia harus membayar ganti rugi. Gajinya tak dibayar, dan ditambah: dipukuli dan disundut setrika panas. Tubuhnya luka. Tapi, majikannya menolak mengobatinya. Buntutnya, di akhir Januari lalu Sugirah tak bisa berjalan. Ia tergolek di tempat tidur sambil menangis kesakitan. "Suara saya sampai habis," katanya. Melihat kondisi gadis itu memburuk, Indra menelepon ke Yayasan Kasih Sejahtera, tempat penampungan Sugirah dulu, pada 27 Januari lalu. Indra bilang pembantu itu sakit. Ia minta pihak penyalur tenaga kerja itu menjemputnya. Adalah Eti, pengurus yayasan itu, yang menjemput Sugirah. Begitu menemui Sugirah, ia terpekik kaget. "Mengapa sampai begini," katanya. Indra menjelaskan bahwa pembantu itu terjatuh dari tangga dan terkena setrika panas. Bumbu lainnya: Sugirah dibilang mencuri duit dan perhiasan. Eti lalu membawa Sugirah ke RS Persahabatan. Biaya perawatan ditanggung Indra. Dan kasus ini tak berhenti di sini. Bekas majikan Sugirah itu diadukan ke polisi. Buntutnya, kasus ini merebak karena massa mengamuk. Rumah, truk, dan barang milik keluarga Tan dirusak. Konon, selagi penyerbuan itu ceknya senilai Rp 7 juta hilang. Dalam pemeriksaan di kepolisian Indra dan keluarganya membantah menganiaya Sugirah. "Luka-luka memar itu karena ia jatuh dari tangga. Juga pernah terkena setrika saat menggosok pakaian," kata Indra pada polisi. Tapi menurut sumber di kepolisian, keluarga ini juga didakwa telah menganiaya seorang pembantu lain, yang tinggal menunggu disidangkan. Sayang, cerita ini tak bisa dikonfirmasikan karena Indra -- dan keluarga Tan -- yang dikenai tahanan kota itu mengelak ditemui TEMPO dengan berdalih merayakan Imlek. Pengacara Sugirah, Johny Patty, yakin kliennya dianiaya. "Kalau jatuh dari tangga atau tak kena setrika, masa lukanya begitu parah," katanya. Patty akan menuntut ganti rugi. "Kasus penganiyaan Sugirah sedang diusut tuntas. Dalam waktu dekat berkasnya segera dilimpahkan ke pengadilan," kata Mayor Endang Sofyan, Kepala Kepolisian Sektor Tambora.WY dan Taufik T. Alwie
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini