RIA Irawan sering menggigit kuku jarinya ketika menyaksikan adegan ulang yang direkam hanya dengan kamera video mini, Sabtu dinihari pekan silam. Sementara itu, di kejauhan terdengar bersahut-sahutan orang menyerukan tanda sahur. Saat itu hampir dua jam Ria membintangi "sinetron" rekonstruksi kematian Rifardi Sukarno Putro (Aldi) di rumahnya, Jalan Anggrek C-28, Lebak Lestari, Jakarta Selatan. Sekitar 30 polisi mengamankan lokasi. Ceritanya, Ria dan Rizal Mantovani datang dengan sedan putih milik Ria, sesuai dengan kejadian sebulan silam, sepulang mengantar juru rias Anna sekitar pukul 2 dini hari. Mereka masuk rumah. Ria, 23 tahun, mengenakan kaus biru bergambar Superman, celana panjang komprang, dan sepatu hitam Shanghai -- yang sedang mode di kalangan anak muda. Rambutnya tergerai. Sedangkan Rizal, 21 tahun, berkemeja lengan panjang putih dan celana jins. Kepalanya disongkok topi pet. Di dalam ia "bertemu" Aldi yang hanya berkaus oblong dan celana dalam -- diperankan seorang anggota reserse Polisi Sektor Cilandak. "Eh, apa-apan lu? Kok, begini?" hardik Ria. Dalam rekonstruksi itu ia didampingi pengacaranya, Hotma Sitompul. Suaranya sedikit serak saat beberapa kali memprotes naskah hasil pemeriksaan polisi yang dirasanya tak sesuai. Kemudian Ria melihat Aldi mencampur bubuk di piring itu lalu menghirup melalui hidung. "Jangan, Al. Kalau lu mau begitu, jangan di sini, deh," sergah Ria. Aldi tak peduli. Ia terus menghirupnya. Rizal tidak menyaksikan kejadian itu. Setelah risi melihat Aldi yang hanya bercawat, ia naik ke lantai dua. Tidur. Ria menemani Aldi, lalu dua jam kemudian baru ia menyusul tidur dengan Rizal. Sekitar pukul 05.30 Rizal turun dan bergegas pulang. Ia pamit pada Aldi yang masih tidur-tiduran di lantai dengan kedua kaki bertumpu pada organ. Aldi tersenyum dan mengangguk. Sekitar pukul 7, Ria bangun dan mandi. Sementara itu, Sutiman -- pemimpin unit sinetron -- muncul. Ia mengetuk pintu seraya memanggil Ria. Sang artis membuka pintu dan berkata, "Sebentar, ya. Ada teman gue tidur di dalam." Sebelum duduk di beranda, Sutiman sempat melihat Aldi yang tidur berselimut. Juga ia mendengar dengkurnya. Tak lama kemudian Ria keluar lagi. "Timan, teman saya mulutnya berdarah," katanya panik sambil menyeret Sutiman masuk. Di dalam, keduanya terbengong-bengong. Bahkan Ria tak berani menatap langsung karena trauma melihat darah. Waktu kecil ia melihat ayahnya, almarhum Bambang Irawan yang juga bintang film, meninggal berbercak darah di kamar mandi. Sopir penjemput pemain sinetron, Syamsudin alias Udin, tiba kemudian dengan minibus warna biru. Ia langsung dipanggil masuk. Mereka bertiga bingung. Ria mondar-mandir lalu mengontak dokternya dengan telepon genggamnya. Pada saat itulah ia melihat piring berisi bubuk putih. Ria langsung menyimpulkan: barang itu penyebab Aldi tewas. Ia panik lalu mencuci piring itu di wastafel dan membungkusnya dalam tas plastik hitam. Disodorkannya bungkusan itu pada kedua awak sinetron tadi, seraya berkata, "Pokoknya, buang saja. Ke mana, kek." Udin yang mendapat tugas itu. Dengan mobil Ria ia berkeliling sebentar di sekitar kompleks tersebut, namun piring yang terbungkus itu tertinggal di samping pot dekat dinding garasi. Udin kembali, bungkusan itu dicomotnya dan ditaruh di minibus. Lalu ia berangkat bersama Sutiman. Sampai di sini rekonstruksi selesai. "Hanya ini bagian yang penting," kata seorang polisi tanpa mau menjelaskan lebih jauh. Padahal, bagian sebelum Rizal dan Ria kembali dari mengantar Anna masih belum jelas benar. Salah satunya: apakah hanya ada Aldi sendiri di dalam rumah? Pada rekonstruksi ini tidak dihadirkan penjaga rumah Ria, yang bernama Matali (bukan Mat Ali) alias Teli. Kepada TEMPO ia menuturkan, pada malam kejadian itu ia melihat lampu dalam rumah Ria tidak padam sepanjang malam. "Biasanya, begitu Ria keluar dan tak ada orang di dalam, lampu pasti dimatikan," kata Teli, 36 tahun. Menurut ceritanya, Teli tak selalu berjaga di depan rumah Ria. Ada belasan rumah di lingkungan itu yang diawasinya. Ia berkeliling dan saban lewat mengetuk pagar, memberi tanda ia bertugas. Malam itu dia tahu Ria dan Rizal keluar mengantar Anna, tapi ia tak berjumpa dengan Aldi. Apalagi melihatnya datang sekitar pukul 1 dengan sempoyongan, seperti yang diberitakan koran. "Saya nggak pernah bilang begitu. Wartawan tanya sendiri jawab sendiri," gerutu Teli. Selesai ronda setelah lewat tengah malam, Teli tidur di bedeng bekas tempat tinggal pekerja proyek perumahan di situ - sekitar 100 meter di belakang rumah Ria Irawan. Dia bangun kesiangan. Saat diberi tahu ada orang mati di rumah Ria, Teli keheranan dan mengira ada pembuatan film seperti biasa. Ia baru kaget saat ditanyai polisi. Meski tak tahu namanya, Teli segera mengenali foto yang ditunjukkan. "Ia sering datang. Pernah membelikan saya bakso dan kasih uang waktu Mercynya saya jaga. Tapi saya nggak tahu namanya. Saya nggak peduli. Habis, Ria kan artis, temannya banyak yang datang keluar-masuk," kata Teli, yang mengaku baru malam itu melihat Rizal. Teli sempat tiga kali diperiksa polisi, mungkin tak penting. Apalagi jika berpatokan pada rekonstruksi malam itu, keterlibatan Ria dalam kematian Aldi agaknya sudah dibatasi pada dua sangkaan saja: mengetahui ada yang memakai narkotik namun tak melapor ke polisi. Jadi, Ria dianggap melanggar Pasal 48 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1976 tentang Narkotik, yang diancam hukuman maksimum 1 tahun penjara. Ia, menurut polisi, juga menghilangkan barang bukti -- melanggar Pasal 233 KUH Pidana, yang diancam hukuman selama 4 tahun kurungan. Sedangkan ihwal telat melaporkan tewasnya Aldi, belum terjawab dalam rekonstruksi ini.Ivan Haris, Taufik Alwie, dan Joewarno
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini