Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Misteri di rawa pulo mas

Marsiah, 66, pembantu rumah tangga diketemukan jadi mayat di sekitar pulo mas. diduga korban keganasan atau penyimpangan seks. (krim)

23 Juni 1984 | 00.00 WIB

Misteri di rawa pulo mas
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
MAYAT wanita muda yang ditemukan di rawa dekat Pacuan Kuda Pulo Mas, Jakarta Timur, itu semula diduga seorang pelacur. Ia hanya mengenakan pullover kemeja tebal lengan panjang berwarna cokelat, dan tak ditemukan sepotong pun identitas tentang dirinya. Polisi ketika itu menduga, korban dibunuh setelah diperkosa. Pada alat vitalnya memang terdapat luka, seperti habis mengalami kekerasan seks. Namun, ketika pihak LKUI meneliti mayat tadi lebih teliti, ditemukan hal-hal yang sungguh di luar dugaan. Wanita yang berusia sekitar 16 tahun itu, ternyata, tak hanya diperkosa. Pada bagian luar dan dalam alat vitalnya, menurut sumber TEMPO, ditemukan luka cukup parah. Luka semacam itu tak mungkin hanya karena akibat perkosaan biasa. "Itu jelas di akibatkan oleh sodokan benda keras semacam kayu," kata sumber itu. Dubur korban pun, ternyata sudah dol sering "dipakai" - sodomi istilah kedokterannya. Dan Inilah yang memperkuat dugaan, ketika itu, bahwa korban memang seorang perempuan nakal. Hanya, yang jadi menarik, di sekujur tubuhnya penuh luka seperti bekas sabetan, berbalur-balur merah. Korban sendiri mati bukan akibat penganiayaan itu, melainkan, kata sumber tadi, "Karena aliran napasnya tersumbat." Di saluran pernapasan, juga paru-paru korban, memang penuh air bercampur lumpur. Jadi, rupanya, korban masih bernapas sewaktu dibuang ke dalam rawa. Teka-teki tentang siapa korban sebenarnya terjawab ketika esok harinya, 19 Mei lalu, seseorang menjemput mayat korban ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dan mengaku bahwa wanita muda itu pembantu rumah tangganya. Orang yang menjemput itu adalah Sukro, 54, pejabat di konsulat jenderal RI di Sydney, Australia, 1982-1984. Kini ia tinggal di Jakarta karena sudah MPP. "Sehari sebelumnya, Pak Sukro memang pernah melapor ke polisi bahwa pembantunya bernama Marsiah hilang," ujar Mayor Timbul Silaen, kepala seksi Serse Polres Jakarta Timur. Kasus itu, sampai pekan lalu, maslh tetap gelap, meski polisi telah berupaya keras mengungkapkannya. "Kami masih terus melakukan penyidikan untuk mendapatkan bukti materiil," ujar Silaen lagi. Dengan begitu, belum ada seorang pun tersangka yang dijaring. Dalam laporannya kepada polisi, Sukro menyatakan bahwa Marsiah, yang masih ada hubungan famili dan sudah ikut keluarga itu selama dua tahun, meninggalkan rumah secara diam-diam. Ia dikabarkan memaksa hendak pulang kampung, meski sudah dibujuk agar bersabar dulu. Tahu-tahu, dua hari kemudian, yang dilaporkan hilang itu sudah menjadi mayat. Mayat tadi terbenam dalam rawa, tak berapa jauh dari kandang kuda di Pacuan Kuda Pulo Mas. Letak rawa yang mirip kubangan kerbau itu hanya sekitar 10 meter dari jalan raya yang sepi. "Meski ada lampu merkuri, tempat itu agak gelap kalau malam," tutur seorang petugas di pacuan kuda itu. Hanya, malam 18 Mei itu, sekitar lepas magrib, ada seseorang yang sempat melihat sebuah mobil Toyota Kijang warna biru lewat di situ dan berhenti sebentar. Namun, tak ada yang curiga bahwa mobil itu telah membuang sesuatu. Adanya informasi ini membuat polisi mengesampingkan kemungkinan, Marsiah adalah korban perkosaan atau perampokan biasa. "Kalau diperkosa, ia tentu akan ditinggal begitu saja, dan alat vitalnya tak akan sampai dirusakkan segala. Dan kalau dirampok, setelah penjahat merampas barangnya, tentu dia kabur tanpa terpikir untuk mengurus korbannya," ujar sumber di Polres Jakarta Timur. Satu-satunya yang mendekati kemungkinan adalah bahwa wanita muda itu telah menjadi korban keganasan atau penyimpangan seks. Pembunuhan yang disertai pemotongan atau perusakan alat vital, menurut sumber di LKUI, biasanya memang, "Ada hubungan dengan soal kecemburuan atau berkaitan dengan masalah seks." Sayangnya, menurut pihak polisi, keluarga Sukro agak tertutup. Hingga, tak diketahui pasti apakah korban - yang juga sempat ikut dan berdiam di Australia - sering keluar malam, misalnya. TEMPO sendiri, yang mencoba menghubunginya pekan lalu, gagal. "Kami jangan diusik tentang pembantu kami yang meninggal itu, karena kami sudah cukup resah," ujar seseorang di rumah Sukro, di jalan Otista III, Jakarta Timur. Rumah bergaya Spanyol itu pagarnya tertutup rapat, dilapisi lembaran plastik yang biasa digunakan sebagai atap. "Kalau mau tahu, tanyakan saja ke Kodak. Masalahnya sudah di sana semua," katanya lagi. Seorang penghuni rumah yang lain dengan segera menutup pintu, dan bergegas ke dalam rumah. Meski sampai kini masih menemui jalan buntu, polisi tetap optimistis bahwa kasus itu akhirnya bisa di ongkar juga. "Kami berpegang pada prinsip: yang salah pasti terbongkar," ujar seorang perwira menengah Polri di Jakarta Timur. Menurut dia, untuk mencari bukti materiil, "Kita menyelidiki sejak TKP (tempat kejadian perkara) di Australia." Dan menurut penyelidikan polisi terhadap keluarga korban, "Marsiah itu masih perawan."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus