BELUM genap sebulan, dua penduduk Desa Patemon hilang. Supriyono, 19, dan Nurcholis, 35, tak diketahui rimbanya setelah dijemput dan dianiaya pamong desa di Kecamatan Tanggul, Jember, sekitar tiga bulan lalu. Penduduk resah, karena upaya mengetahui bagaimana persisnya peristiwa itu senantiasa gagal. Kepala Desa tak mau ditemui. Polsek Tanggul pun dinilai tak pernah memberi jawaban yang memuaskan. Penduduk makin kecewa ketika, awal Juni lalu, usaha membongkar gundukan tanah, yang diduga kubur Nurcholis, tak diizinkan Polsek Tanggul. Alasannya, belum ada izin Kapolres Jember. Hal itu membuat suasana terasa agak memanas. Sampai-sampai, Kodim dan Polres Jember turun tangan. Awal bulan ini mereka meminta jasa baik K.H. Fathur Rosyid, tokoh ulama yang cukup dikenal di Jember dan kebetulan penduduk Patemon, agar turut menenangkan masyarakat. Pekan lalu suasana memang mulai mereda. Hanya, beberapa orang tampak siang malam menjaga gundukan tanah di Dukuh Pondok Rompal itu, yang diduga keras kubur Nurcholis. "Kami khawatir ada pihak tertentu membongkar kubur ini diam-diam," ujar mereka. Di Patemon, nama Nurcholis memang cukup beken. Ayah satu anak itu dikenal sebagai mubalig dan pengajar di Madrasah Bahrul Ulum di desa itu. Pada awal April lalu, ketika sedang bertamu di rumah Nachrowi, ia didatangi empat pamong desa. Mereka mengaku diperintah Lurah untuk membawa Nurcholis ke balai desa. Nurcholis tak sempat menolak, karena tahu-tahu ia digelandang, dan sepanjang jalan - seperti dituturkan penduduk - ia dianiaya sampai jalannya terseok-seok. "Ini perintah atasan," begitu hardik para penggelandang, ketika ada yang mencoba bertanya. Penduduk merasa perlu bertanya karena, seperti dikatakan tokoh masyarakat Patemon, "Nurcholis itu orang baik, tak pernah menyalahi aturan, dan ia hanya orang kecil yang tak berada." Jawabannya diketahui dua hari kemudian, saat Rochema, 25, istri korban, datang ke kelurahan membawa makanan. Ia diberitahu bahwa suaminya punya utang Rp 77.500 kepada dua orang pamong. Dan ia didesak untuk melunasinya segera. Nurcholis lalu menyerahkan seekor burung perkutut yang dinilai seharga Rp 50.000 dan berjanji melunasi kekurangannya secepat-cepatnya. Yang membuat Rochema gemetar, karena tiba-tiba seorang hansip berujar, "Tak usah lagi kau tengok suamimu. Dia sudah tak ada." Seorang pegawai kelurahan menyatakan kepada TEMPO bahwa beberapa hari setelah Nurcholis ditahan di balai desa datang tiga oknum berseragam. Setelah diperiksa, korban dibawa naik Colt, entah ke mana. Diduga, oknum tadi mendapat laporan sepihak, seolah-olah Nurcholis sering melanggar hukum atau sebangsanya. Dan sejak dibawa naik kendaraan itu, tak pernah ada kabar tentang dia. Sampai, pada suatu hari, ada seseorang memberitahu, Nurcholis mati dan kuburnya ada di Dukuh Pondok Rompal. Pihak keluarga lalu meminta bantuan LBH Kosgoro Jember, yang kemudian memohon agar kapolsek Tanggul Letnan Satu Soekamto mengusut kasus itu. Dijelaskan pula bahwa adanya gundukan tanah di Pondok Rompal dan pihak LBH hendak membongkar guna mengetahui kebenarannya. Hanya, kata Untung Sudibyo dari LBH Kosgoro, pada 2 Juni tahutahu masyarakat sudah berkumpul di seputar kubur dan siap membongkar. Karena belum ada izin, dan dokter yang bertugas mengautopsi juga tak ada, petugas lalu membubarkan massa. Penduduk tentu saja kecewa. Apalagi, di samping gundukan tanah yang diduga kubur Nurcholis, ada sebuah gundukan lain yang bisa jadi kubur Supriyono dan sebuah lubang menganga, yang tampaknya diperuntukkan buat seseorang lagi. Supriyono, menurut penuturan ibunya, hilang pada 15 Maret. Juga karena dijemput dan dianiaya oknum pamong desa. Pasalnya tak jelas. Tapi, beberapa waktu lalu, ayahnya, Ramli, pernah bersengketa soal warisan tanah seluas 0,75 ha dengan saudaranya, Silam. Suatu hari, Ramli diundang Silam dan disuguhi makanan. Pulang dari sana, kata Mbok Nur, istri Ramli, suaminya sakit dan kemudian meninggal. Supriyono jadi curiga dan berniat melanjutkan persoalan warisan ayahnya. Sebab itulah, menurut perkiraan Mbok Nur, ia dijemput pamong yang memang punya hubungan dekat dengan Silam. Namun, semuanya memang baru dugaan. Lurah Achjab senantiasa mengelak bila hendak ditemui dan dimintai keterangan. Hanya, tentang Nurcholis dia berkata, "Dia itu banyak utang di sana-sini dan tukang kawin." Pihak Polsek, Polres, dan Kodim Jember yang dihubungi pun menolak memberi keterangan. "Saya sedang sibuk," ujar Kapolres Letnan Kolonel Soemardiono.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini