Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Organisasi tidur terganggu

Seminar tentang insomnia atau gejala tak bisa tidur di semarang. insomnia mulai melanda masyarakat dan kehidupan mereka yang sibuk dalam era industri menggangu mekanisme perintah tidur di otak.

24 Maret 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PARA eksekutif di sektor bisnis belakangan ini sedang dilanda kegundahan berat. Kenyataan itu tercermin dalam ungkapan Dr. Charles Ong, direktur utama perusahaan jamu Nyonya Meneer. "Mereka tidak bisa tidur," katanya. "Keadaan yang tidak menentu membuat para eksekutif dilanda kekhawatiran gagal. Ada rasa tidak aman di tempat kerja, bahkan di rumah sendiri." Ong melontarkan pendapat itu bukan dalam sebuah pertemuan bisnis, tapi sebagai salah seorang pembicara seminar tentang insomnia atau gejala tak bisa tidur. Sabtu pekan lalu, seminar yang diselenggarakan Laboratorium Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro ini berlangsung di RS Jiwa Semarang. Selain Ong, tampil pula berbicara dr. Rudy Salan, psikiater yang dikenal aktif melakukan penelitian. Pendapat yang diungkapkan Charles Ong itu tidak berlebihan. Kesibukan tinggi dan kompleksnya masalah adalah satu di antara penyebab insomnia. Sedangkan Rudy mengemukakan bahwa insomnia, selain sering menyerang para eksekutif, juga wanita karier. "Wanita karier, setelah menghadapi kesibukan di kantor, sering masih harus pula mengurusi persoalan rumah tangga," katanya. Dan tugas rumah tangga yang tidak kalah rumit dengan pekerjaan kantor membuat masalah yang harus ditangani wanita karier menjadi kompleks dan menekan. Insomnia, menurut Rudy Salan, secara umum termasuk ke kelompok gangguan jiwa ringan. Menurut hasil penelitian, di masa industri ini, penderitanya di tengah masyarakat kita semakin meningkat. Gangguan ini menduduki tempat kedua, setelah keluhan gugup dan stres. Maka, gejala tak bisa tidur ini, di lingkungan ilmu kedokteran jiwa termasuk gangguan yang mendapat perhatian. Karena itu, para psikiater merasa perlu meluaskan informasi tentang gajala ini. Insomnia mengenal semacam tingkatan-tingkatan. Yang paling ringan, insomnia transien -- gangguan tidur karena ketegangan akibat suatu keadaan. Misalnya stres akibat perjalanan jauh. Pada tingkat lebih berat, gejala tak bisa tidur disebut insomnia jangka pendek. Insomnia ini akibat ketegangan situasional, seperti pada mereka yang mengalami musibah kematian, tantangan pekerjaan, atau perubahan dalam pekerjaan. Insomnia inilah yang sering menyerang para eksekutif di lingkungan bisnis. Perubahan peraturan pemerintah, misalnya, juga potensial menimbulkan insomnia. Dari semua jenis insomnia, yang serius adalah insomnia jangka panjang. "Insomnia ini bisa berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun," kata Rudy Salan. Penyebabnya tak hanya stres atau kesibukan kompleks, tapi berbagai gangguan jiwa berat, misalnya skizofrenia dan depresi. Membahas insomnia tentu tak terlepas dari mengkaji pertanyaan dasar: kondisi bagaimana yang disebut bangun, dan bagaimana pula tidur. "Kedua keadaan ini dikendalikan otak kita," ujar Rudy. Ditandai dengan perubahan kondisi sejumlah jaringan (formatio reticularis). Bila formasi retikuler (jaringan) sedang aktif, seseorang dikatakan bangun. Sebaliknya, bila formasi ini jadi pasif, seseorang akan mengantuk. Kedua formasi itu bergantian menguasai otak secara seimbang dan sistematis. Sistem yang membuat kita bangun disebut sistem bangun, sementara yang mengendalikan tidur yaitu sistem hipnogogis. Dari segi fisik, menurut Rudy Salan, organisasi tidur pada setiap orang memang berbeda-beda. "Ada orang yang sistem hipnogogisnya tidak sempurna, sehingga ia mudah bangun pada rangsangan yang kecil saja," katanya. Kondisi fisik ini dalam berbagai penelitian terungkap dipengaruhi faktor luar. Misalnya pola makan. "Seseorang yang makanannya monoton, umpamanya jagung-jagungan, lama-lama bisa kena insomnia," kata Rudy lagi. Kebanyakan jagung ini membuat otak mengalami defisit serotonin, senyawa otak yang ikut membangun sistem tidur. Dalam penyembuhan insomnia, sebelum penyebab emosionalnya diatasi, para dokter biasanya menjalankan terapi fisik itu. Pola makan penderita memang perlu diatur. "Pada penderita insomnia jangka pendek, minuman beralkohol, kopi, dan teh, sebaiknya dihentikan," kata dr. Sujono Prawirohardjo, salah seorang pembicara lain dalam seminar tadi. Menurut psikiater dari FK Universitas Gadjah Mada Yogya itu, penderita insomnia jangka pendek belum memerlukan obat dan terapi khusus. "Mengurangi keruwetan pikiran dan stres dengan sendirinya akan mengembalikan keseimbangan sistem bangun dan sistem hipnogogis," katanya. Sementara itu, Charles Ong dalam diskusi mengemukakan beberapa cara. Misalnya mengadakan hubungan seks teratur dengan istri atau partner yang "mapan", menyediakan bacaan ringan dan olahraga. Ong juga menganjurkan mengaktifkan kemampuan analisa di bidang pekerjaan. Bila pekerjaan diperhitungkan, direncanakan dengan matang, dan disiapkan dengan rapi, kekhawatiran dan kecemasan hilang sendirinya. Ini obat tidur yang mujarab. Yang perlu diperhatikan adalah bila insomnia sudah mulai terasa kronis. "Insomnia inilah yang memerlukan terapi khusus, dengan obat-obatan," kata Sujono. Pembinaan psikiatrisnya kadang-kadang juga memerlukan penataan pikiran. Insomnia kronis, yang sering dilatarbelakangi frustrasi dan depresi, tak sama dengan insomnia yang menyerang para eksekutif. Sebuah penelitian kecil yang dilakukan dr. Achmad Hardiman dari RS Jiwa Semarang menunjukkan bahwa penderita insomnia ini justru lebih banyak dari kalangan bawah. Menyerang terutama mereka yang berusia 25-54 tahun. Yang ditemukan Hardiman, di balik insomnia itu, adalah masalah keluarga yang menjadi beban utama kaum ekonomi lemah. Termasuk juga kesulitan mencari pekerjaan karena kurangnya pendidikan. Namun, bagian tersukar dalam menyembuhkan insomnia jenis ini -- dan umum diketahui -- adalah menghilangkan goresan-goresan emosi. Jim Supangkat dan Bandelan Amarudin

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus