Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Setiap Kepolisian Daerah di seluruh Indonesia mengeluarkan surat edaran yang dtujukan ke toko kimia di wilayah masing-masing agar menginformasikan ke polisi jika ada seorang pembeli yang membeli bahan peledak dalam jumlah banyak. Langkah ini merupakan antisipasi setelah terungkapnya kasus Bom Sibolga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Surat edaran sudah dikeluarkan setiap Polda. Jadi kami minta toko kimia untuk menginformasikan jika ada kecurigaan (seperti itu)," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo, di Markas Besar Polri, Jakarta Selatan, Senin, 18 Maret 2019.
Langkah tersebut dilakukan sebab bahan peledak seperti potasium dan black powder memang banyak dijual di toko kimia. Upaya ini diambil setelah polisi menemukan 300 kilogram bahan peledak selama proses penangkapan kelompok terduga teroris di Sibolga, Sumatera Utara.
Dedi menuturkan, kelompok teroris biasnaya tidak langsung membeli bahan peledak dalam jumlah banyak. Mereka akan membeli sesuai kebutuhan dan keuangan. "Jadi beli satu kilogram, 10 kilogram, tergantung keuangan dan kebutuhan merakit bom,” kata dia.
Polisi menemukan bahan peledak seberat 300 kilogram itu saat melakukan pemeriksaan terhadap kasus bom Sibolga, Sumatera Utara, pada Rabu, 13/2. Aparat mengamankan bahan peledak itu di di Jalan Sisingamangaraja, Kota Sibolga.
Temuan ini merupakan barang bukti bahan peledak kedua yang berhasil diamankan petugas. Sebelumnya, aparat telah mengamankan 30 kilogram bahan peledak di rumah mertua terduga teroris Husain alias Abu Hamzah.
Menurut informasi barang bukti ini diketemukan di sekitar kediaman terduga teroris AK aliang Ameng. Bahan peledak tersebut disimpan di dekat saluran pembuangan dan ditimpa semen di atasnya.
Temuan itu dibenarkan Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sumatera Utara, Inspektur Jenderal Polisi Agus Andrianto. “Mereka bisa merakit dan meramu bahan-bahan yang ada, sekitar 300 kilogram,” ujar Agus Andrianto
ANDITA RAHMA | IIL ASKAR MONDZA (Medan)