Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Medan - Meledaknya bom Sibolga di Jalan Cendrawasih, Kelurahan Pancuranbambu, Kecamatan Sibolga Sambas pada Selasa, 12 Maret 2019, merusak 155 unit rumah yang dihuni oleh 161 kepala keluarga. Penghuni rumah itu sebagian tinggal di posko pengungsian hingga kini. “Kepolisian dan pemerintah setempat untuk sementara mengungsikan warga untuk menghindari hal yang tidak diinginkan,” ujar Walikota Sibolga, Syarfi Hutauruk melalui sambungan telepon pada Sabtu, 16 Maret 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Syarfi mengatakan selain tinggal di pengungsian, banyak pula warga yang memilih mengungsi ke rumah sanak saudara, kerabat dan tetangga. Selama berada di pengungsian, Pemerintah Kota (Pemkot) Sibolga menyediakan bantuan logistik. Setiap kepala keluarga yang terdampak akibat tiga ledakan di rumah terduga teroris Abu Hamzah itu mendapatkan bantuan uang tunai sebesar Rp 1 juta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemerintah setempat juga memberikan bimbingan konseling agar bisa segera menyembuhkan trauma masyarakat, khususnya anak-anak yang mengalami langsung aksi teror bom itu.
Hingga kemarin, Pemerintah Kota Sibolga masih terus mendata rumah-rumah yang rusak dan koordinasi dengan Badan Nasional Penanggulan Terorisme (BNPT). Data itu akan diberikan kepada BNPT. “BNPT dan Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat akan mengurus bantuan kerusakan rumah,” ujar Syarfi.
Namun Syarfi agak kecewa karena ada masyarakat yang mencoba mengambil keuntungan atas peristiwa ini. Selama pendataan, ada oknum yang mendaftarkan diri sebagai korban agar rumahnya diperbaiki. Padahal rumah itu sudah rusak sebelum bom meledak.
Ia berharap masyarakat Kota Sibolga dapat segera pulih dan bangkit dari peristiwa yang baru saja mereka alami. “Saya berharap Sibolga bisa segera pulih. Saya mengecam tindakan teror ini dan semoga tidak akan terulang lagi,”harap Syarfi.
Selain merusak seratusan rumah, ledakan bom Sibolga juga menewaskan istri Abu Hamzah atas nama Marnita Sari boru Hutahuruk alias Solimah bersama anaknya yang berusia 3 tahun. Keduanya meninggal saat ledakan pada Rabu dinihari, 13 Maret 2019, setelah Marnita menolak menyerahkan diri kepada aparat keamanan.
Lima terduga teroris Sibolga lainnya juga sudah ditahan polisi. Mereka yang dicokok dari berbagai tempat berbeda itu adalah Abu Hamzah, Asmir Khoir alias Ameng dan dan ZP alias Ogek Zul yang ditangkap di Kota Sibolga. Serta R yang ditangkap di Kota Tanjung Balai dan M yang ditangkap di Kabupaten Tapanuli Tengah.