Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Peluru buat kekasih

Serda (pol) firous abadi menembak pacarnya rosni, gara-gara menggigit kemaluan firous di hotel sirao medan. serda (pol) johannes gp menembak abangnya, sihar panggabean sehabis ribut dengan adiknya.

13 Juni 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SAMAR-SAMAR ada suara gaduh dari kamar 308 di Hotel Sirao, Medan. Pada dinihari itu, sekali letusan pistol meruyak. Tamu-tamu berhamburan, sembari menatap ke pintu yang berderik. Kemudian mereka lihat terbuka pelan-pelan. Dengan wajah pucat, Firous Abadi keluar. Orang-orang menyisih. Mereka memberi jalan kepada sersan dua polisi yang membopong tubuh Rosni boru Ginting. Darah mengucur dari pipi kanan perempuan yang sudah sekarat itu. Melangkah lesu satu-satu, Firous, 22 tahun, turun dari lantai tiga hotel tersebut itu. Ia melarikan Rosni ke ruang darurat gawat Rumah Sakit Pirngadi, Medan. Tetapi di pagi pukul 09.00 nyawa kekasihnya tak tertolong lagi. Kepala Penerangan Polda Sum-Ut Letkol Yusuf Umar memastikan, letusan pada pukul 01.30 Selasa 2 Juni lalu itu berasal dari pistol jenis Colt 38, di tangan Firous. Selain menemukan seprai tilam yang berdarah, dan botol yang masih bersisa bir beberapa teguk, dari kamar Firous, polisi juga menyimpan selembar celana dalam Rosni. Ketika nahas menimpa dirinya, ya biasa, wanita ini sedang tidak tokcer. Sumber TEMPO di RS Pirngadi mengungkapkan, pistol ditembakkan ke pipi kanan. Peluru bersarang di batok kepala Rosni. Sedangkan Firous juga mengalami luka bekas gigitan, tembus sampai ke lubang kancing celana. "Ada bekas gigitan di alat jantan polisi itu," kata sumber tadi. Katanya, dinihari itu Firous mengajak bermain cinta dengan Rosni, 28 tahun. Janda beranak satu itu menolak, karena sedang seperti disebut tadi. Seperti meniru film biru, Firous kemudian memaksa mulut Rosni melayaninya. Ketika itulah terjadi pergumulan, sampai akhirnya Rosni mengalah. Tapi Rosni tetap mendongkol. Lantas ia menggigit "perabot" Firous. Merasa sakit, Firous, yang sedang naik galak, mencabut pistol. Dan.... Tapi versi Yusuf Umar, begini: peluru menembus batok kepala Rosni, lalu menerjang dinding kamar. Setelah peluru mental di tembok, lantas menerjang "burung". Firous, sampai pekan lalu, belum diperiksa. Ia masih dirawat di RS Brimob, Medan. Sepotong selang kecil dimasukkan ke dalam alat kelelakiannya, supaya ia bisa buang air seni. Jika diperiksa nanti, ini keempat kalinya Firous terlibat gara-gara cucu Hawa. Tamatan Sekolah Calon Bintara (Secaba) 1985 diMedan ini, ketika bertugas di Vice Control, ia kepergok atasannya bertelanjang bulat bersama seorang wanita, di kamar sebuah hotel. Setelah dimutasikan dan sebagai penjaga rumah tahanan Poltabes Medan, dia ketahuan dua kali menjahili tahanan wanita. Ia rajin juga memeriksa tahanan pria. Kalau mengidap penyakit sifilis, tahanan itu dirajamnya habis -habisan. Selama menjaga rutan itu, Firous kemudian berkenalan dengan Rosni. Mula-mula, Rosni sering menjenguk kekasihnya yang ditahan di sana. Lama-lama, perkenalan ini mengubah Rosni. Ia memutuskan hubungan cinta dengan kekasih lama, karena semakin lengket dengan Bang Firous. Selama bulan puasa lalu, malah tiga kali Firous dan Rosni menginap di Hotel Sirao, Jalan Semarang, Medan. Perempuan berkulit kuning langsat dan padat itu, 1979, menikah dengan Udin Tarigan. Mereka punya seorang anak. Dia kawin lagi dengan Syaiful yang sering merantau ke luar kota. Berantakan lagi. Rupanya, masih ada pistol oknum polisi yang galak. Sebelum peluru Firous menyalak ke benak Rosni, sepuluh hari sebelumnya Colt jenis sama meletup di Jalan Cemara, Pulu Brayan, Medan. Yang ini dari Johannes Gabe Panggabean, 31 tahun. Sersan dua polisi seangkatan Firous itu dari lembaga pendidikan yang sama pula. Johannes bertugas di Polsekta Sunggal, Medan. SORE itu, Sihar Panggabean, 32 tahun, memukul adiknya yang gadis. Tapi Antonius, pimpinan jemaat gereja di kawasan sana, tak kuasa melarang Sihar, anak sulungnya dari sembilan bersaudara itu. Sihar malah mengancam akan membunuh salah seorang di antara saudaranya. Antonius segera membangunkan Johannes yang sedang tidur di kamar belakang. Begitu bangun, ia langsung menggertak abangnya itu dengan pistol. Maksudnya, agar abang tak memukul saudara perempuannya itu. Sihar malah mencabut belati dan menyerang Johannes. Ada pergulatan dan letusan sekali terdengar. Sihar menggelepar. Sebutir peluru bersarang di ubunubunnya. "Abang berusaha merebut pistol saya," kata Johannes kepada pemeriksa di Poltabes Medan. Setelah nahas itu, hampir sehari jenaah Sihar dibiarkan di kamar mayat RS Pirngadi. Lurah Abdul Muin mengenal Sihar sebagai anak bandel. Sejak merantau ke Jakarta, 1977, ia suka mabuk dan kecanduan narkotik. Tubuhnya kaya tato, plus terawangan bekas suntikan heroin. "Meski Johannes berusaha membela diri hukum tetap akan berlaku," ujar Letkol Yusuf Umar. Tiada maaf untuk perbuatan mereka. Pintu peradilan militer kini siap dibuka lebar-lebar. Monaris Simangunsong, Laporan Asyadin S.T. & Muchsin Lubis (Biro Medan)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus