Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Berita Tempo Plus

Catatan Langka Tren Parisida atau Anak Membunuh Orang Tua

Fenomena anak membunuh orang tua atau parisida berawal dari konflik keluarga. Kasusnya mulai marak pada masa pandemi Covid-19.

8 Desember 2024 | 08.30 WIB

Sejumlah jurnalis merekam lokasi pembunuhan dua warga di Perumahan Bona Indah, Lebak Bulus, Jakarta, Senin (2/12/2024). Polisi menetapkan remaja berinisial MAS sebagai tersangka atas kasus pembunuhan ayahnya, APW dan neneknya, RM (69), serta melukai ibunya, AP. ANTARA/Reno Esnir
Perbesar
Sejumlah jurnalis merekam lokasi pembunuhan dua warga di Perumahan Bona Indah, Lebak Bulus, Jakarta, Senin (2/12/2024). Polisi menetapkan remaja berinisial MAS sebagai tersangka atas kasus pembunuhan ayahnya, APW dan neneknya, RM (69), serta melukai ibunya, AP. ANTARA/Reno Esnir

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Parisida atau anak membunuh orang tua menjadi tren pada pandemi Covid-19.

  • Kasus pembunuhan ayah dan nenek oleh remaja 14 tahun bukan kasus pertama, meski masih langka untuk jadi referensi penanganannya.

  • Penyebab parisida bisa berasal dari tekanan keluarga.

TAK sampai setahun, Ketua Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia (Apsifor) Nathanael Elnadus Johanes Sumampouw sudah menemukan dua kasus anak membunuh orang tua atau parisida. Istilah ini berasal dari bahasa Latin, parricidium, yang berarti membunuh orang dekat. Kemudian, pada abad ke-18, kata itu diserap ke dalam bahasa Inggris menjadi parricide dengan makna pembunuhan orang tua atau keluarga dekat. Kedua kasus yang ditangani Apsifor melibatkan anak di bawah umur.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Intan Setiawaty berkontribusi dalam penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Catatan Langka Tren Parisida"

M. Khory Alfarizi

Alumnus Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat. Bergabung di Tempo pada 2018 setelah mengikuti Kursus Jurnalis Intensif di Tempo Institute. Meliput berbagai isu, mulai dari teknologi, sains, olahraga, politik hingga ekonomi. Kini fokus pada isu hukum dan kriminalitas.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus