Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah Jawa Barat Komisaris Besar Polisi Umar Surya Fana mengatakan Fuad Sidiq, 26 tahun, penyebar kabar hoax orang gila masuk pondok pesantren Cipasung, Tasikmalaya merupakan anggota The Family Muslim Cyber Army atau The Family MCA.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Sekarang masih pengembangan kasus itu, kalau dilihat dari profile linknya itu sudah clear dia (Fuad) anggota dari MCA walaupun kalimatnya bukan MCA tapi Global MCA," ujar Umar kepada wartawan di Markas Polda Jawa Barat, Jalan Sukarno Hatta, Kota Bandung, Kamis, 1 Maret 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Umar, Fuad berperan sebagai 'sniper' di jaringan MCA. Sniper yang dimaksud Umar ialah peran Fuad sebagai pengumpul bahan berupa konten foto ataupun video yang nantinya akan diseleksi apakah konten kabar menyesatkan itu bisa disebarkan atau tidak ke jejaring sosial.
"Nantinya, dikolaborasikan apakah berita ini layak atau tidak diviralkan. Konten itu disampaikan kepada 4 atau 5 orang yang diamankan oleh Bareskrim Mabes Polri. "Merekalah yang akan memastikan bahwa itu layak di upload atau tidak," ujarnya.
Berdasarkan pengakuan tersangka, kata dia, sebetulnya memang benar ada kejadian polisi mengamankan orang yang mengalami gangguan kejiwaan. Namun, lokasinya bukan di pesantren Cipasung, melainkan di tempat umum. Namun, Fuad mendapatkan foto lain dan mengait-ngaitkan seolah kejadian itu di wilayah pesantren Cipasung.
"Orang gilanya diserahkan ke Dinsos terus selesai. Dan ini sama sekali tidak ada kaitan dengan Ponpes tapi dia tiba-tiba dapat foto entah dari mana itu sedang kita kembangkan," ujar dia.
Menurut Umar, kemungkinan Global MCA itu merupakan underbow-nya jaringan MCA. "Itu berdasarkan data otentik digital forensik ya," ucapnya.
Umar pun mengatakan belum bisa memastikan kalau jaringan The Family MCA ini mendapatkan keuntungan materil dari pekerjaannya menyebarkan konten hoax. "Urusan dapat gaji kita belum tahu, tapi yang jelas beda sekali dengan kelompok Saracen, kalau Saracen betul-betul dapat uang dan dapat order tapi kalau ini belum kelihatan," ujarnya.