Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Perampok edan

Truk yang berpenumpang para pedagang kelontong dirampok di pulau Bandring, Asahan. Tiga orang tewas di tembak. di Sum-Ut selama 4 tahun terakhir belum pernah terjadi perampokan senekat ini. (krim)

13 April 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

EDAN betul perampok di Asahan itu. Hanya untuk mendapatkan uang sekitar Rp 1 juta, mereka menembak mati tiga orang. Padahal, korban yang kelelahan dan diserang kantuk di pagi subuh itu sama sekali tidak melawan. "Gila, betul-betul gila. Diacungi pistol saja korban sudah takut, mengapa pula mesti ditembak?" ujar seorang perwira di Polda Sumatera Utara dengan geram. Perampokan yang terjadi Rabu subuh pekan lalu itu memang gila-gilaan. Saat itu tujuh orang pedagang kelontong asal Tebingtinggi baru kembali dari Baganbatu. Mereka naik truk tua buatan tahun 1950-an yang dikemudikan Armansyah, 60. Truk merangkak bagai siput, hanya dengan kecepatan sekitar 40 km perjam. Di tengah hutan karet di bilangan Pulau Bandring, Asahan, Armansyah terkejut mendengar suara peluru berdesing. Mengira sedang berhadapan dengan petugas, ia segera mengerem kendaraannya. Belum sempat dia bertanya, satu dari dua orang yang mengendarai sepeda motor, yang dikiranya petugas, menembak lagi. Kali itu mengarah ke tubuh Armansyah, yang membuatnya tersungkur. Yunior, 25, yang duduk di sebelahnya kaget. Tapi ia segera pula ditembak dan kena di bagian perut. Andy, 23, adik Yunior yang duduk di bak belakang, melompat melihat abangnya ditembak. Tapi, lagi-lagi bajingan bertubuh pendek dan mengenakan penutup kepala itu menembak. Andy terjatuh, membuat lima pedagang lain - termasuk ibunya, Hindun - tak berkutik. "Mana duitnya?" hardik si bajingan. Sementara itu, temannya yang bertubuh jangkung tetap siaga di atas sepeda motor. Peti-peti, goni, dan botol-botol di atas truk digeledah. Merasa jiwanya terancam, Hindun melemparkan sebagian uangnya. "Masa cuma sebegini?" hardik perampok dengan pandangan nyalang kian kemari. Hindun akhirnya melemparkan lagi sebagian uangnya ke sudut truk, dan perampok itu kelihatan puas. Bergegas perampok bertubuh pendek melompat ke atas sepeda motor, dan kabur bersama temannya. Bisa dibayangkan betapa luluh hati Hindun menyaksikan dua orang anaknya kena tembak. Ia mencoba mencegat kendaraan yang lewat, untuk meminta pertolongan. Entah karena para pengemudi mengira Hindun gila, atau tak mau terlibat urusan orang lain, tak satu pun kendaraan yang mau berhenti. "Baru, setelah saya menyetop 20 mobil, ada truk yang mau berhenti" ucap Hindun berurai air mata. Karena teriambatnya pertolongan itulah, Yunior dan Andy, yang terluka di perut, tak bisa diselamatkan. Pihak Polda dan Laksus Sumatera Utara merasa tertampar sekali oleh peristiwa itu. Sebab, menurut sebuah sumber, selama empat tahun terakhir di sana tak pernah teriadi perampokan dengan senJata api. Apalagi yang sampai menimbulkan korban jiwa. Pihak berwajib kini membentuk tim untuk melacak kasus itu. Tiga buah selongsong peluru - konon dari pistol kaliber 45 - yang ditemukan di tempat kejadian diharap bisa membuka tabir penembakan. Polisi kini juga sedang mencari seseorang bernama Pak Kumis. Ia diketahui sempat menumpang truk dari Baganbatu dan turun di suatu tempat sebelum terjadi perampokan. Tapi Hindun tak yakin Kumis terlibat. "Tuduhan terhadapnya memang masih terlalu pagi. Tapi setiap informasi tak akan kami lewatkan begitu saja," tutur Letkol Aroean, kepala Polres Asahan. Hindun dan kedua anaknya menjual barang kelontong dan kebutuhan hidup sehari-hari, seperti beras, ikan asin, dan minuman, ke Baganbatu sejak tujuh bulan lalu. Mereka punya kedai di sana, dan usaha mereka cukup maju. "Andy sudah punya tabungan Rp 700 ribu di bank," kata Motin Saragih, ayahnya. Pemuda yang dikenal gigih berusaha itu semasa hidupnya gemar main bola. Ia sudah punya pacar, Linda, 16, siswi sebuah SMA di Tebingtinggi. Tapi, memang, suratan takdir tak bisa diduga.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus