Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Perampokan Berpolitik ?

Rumah wayan tegal diserbu 50 orang perampok bertopeng. Semua hartanya dikuras habis, yang tak bisa dibawa dirusak oleh rombongan tak dikenal itu. Pihak berwenang berdiam diri.

28 Mei 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RABU malam, 11 Mei lalu, rumah Wayan Tegal di dekat Banjar Teguan, kabupaten Badung Utara, Bali, mendadak goncang. Genting dan semua kaca jendela pecah berantakan. Penghuninya, yang haru saja masuk tidur pada jam 9 malam itu, serentak terbangun. Wayan Tegal sendiri yang sempat berteriak keras: "Bangun .... ada gempa, selamatkan anak-anak!" Tapi kemudian setelah Wayan sadar betul, barulah ia tahu apa sesungguhnya yang telah terjadi. Rupanya, "segerombolan perampok, jumlahnya mungkin sekitar 50 orang", kata Wayan, telah menghantam rumahnya dengan lemparan batu dan kayu. Gerombolan liar itu muncul dengan muka bertopeng. Ada juga yang menyamarkan mukanya dengan coreng-mareng. Tamu liar ini lalu menggiring keluarga Wayan, dengan paksa, untuk berkumpul di dapur. Agar korban tak dapat mengenali tampang mereka, gerombolan perampok ini menyorotkan lampu senter ke setiap mata Wayan dan keluarganya. Lalu ada perintah, kelihatannya dari kepala perampok: "Serbu . . . ambil semua barang-barang!" Seluruh isi rumah, mulai dari baju? perhiasan, uang kontan sampai babi dan itik, disikat gerombolan ini dalam waktu sejam. Belakangan Wayan menghitung hartanya yang lenyap: 40 stel pakaian, uang kontan Rp 12.500, arloji 2 buah, sebuah mesin jahit, seuntai kalung emas. Dapur juga diserbu dan yang amblas: sebuah kompor, lampu petromak. Lusinan piring & gelas sampai 15 kg beras dan 15 ember. Dari dapur para perampok menjarah kebun belakang. Di sana mereka menyikat 4 ekor babi, 12 ekor itik dan ayam sekandangnya. Cuma seekor babi, karena terlalu gemuk dan susah diangkat, mereka sisakan dengan moncong terbabat golok. Yang tak dapat mereka angkut, seperti lemari, meja dan kursi, tak satupun yang ditinggalkan utuh. Semuanya dihancur-luluhkan. Rupanya perintah kepala rombongan mereka, seluruh harta keluarga Wayan Tegal harus dihabiskan. Tetangga Diam Sebelum angkat kaki, kepala perampok itu meninggalkan ancaman: Wayan atau siapa saja tak diperkenankan melapor kepada siapapun. Jiwa Wayan sendiri yang menjadi jaminan. Itulah sebabnya malam itu seluruh kampung tetap tenang dan sepi, seperti tak pernah terjadi sesuatu peristiwa yang gawat. Tak ada kentongan tanda bahaya ditabuh. Walaupun, menurut Wayan, kegaduhan di rumahnya itu sebenarnya dapat ditangkap oleh telinga tetangga sampai jarak ratusan meter. Namun tetap aja tak ada pertolongan yang datang. Wayan menyesali para tetangganya juga. Esok paginya, setelah pinjam baju tetangga, Wayan melapor ke kantor kepala-desa. Menurut adat turun-temurun di Bali, jika pada saat kejadian kejahatan warga tak sempat memukul kentongan keesokan harinya tanda ada warga yang kehilangan barang, masih boleh ditabuh. Tapi, menurut Wayan Tegal, kepala-desa melarangnya melakukan kebiasaan adat itu. Wayan menganggap sikap kepala-desa itu aneh juga. Baiknya kepala-desa segera melaporkan keadaan warganya itu ke kantor polisi. Polisi disertai seorang anggota DPRD Badung, Ida Bagus Bhaskara dan seorang pengurus pusat KNPI dari Jakarta (yang kebetulan bertugas di Bali), mememeriksa rumah Wayan. Sementara polisi, paling-paling, berkesimpulan: musibah keluarga Wayan Tegal itu hanyalah perampokan biasa. Namun banyak orang yang tidak menyangka begitu. Sebab Wayan Tegal, sebagai petani kecil, tidak kaya, dan tidak memiliki sawah sendiri, pasti bukan sasaran para perampok harta benda. Di sekitar rumah Wayan masih ada sasaran yang terhitung lebih empuk. Parpol Lalu apa yang terjadi? Karena masin belum begitu jauh dari suasana pemilu. Jadi banyak orang yang menghubunghubmgkan kejadian itu dengan politik Wayan, walaupun bukan aktivis yang ikut berkampanye, tapi ia dikenal sebagai anggota sebuah partai politik. Anggota DPRD Ida Bgs Bhaskara memang tidak memastikan adanya latar belakang politik di balik peristiwa perampokan rumah Wayan. Cuma ia mempunyai dugaan tertentu: "Peristiwa ini tak dapat dilepaskan dari peristiwa peranpokan yang terjadi sebelumnya di daerah sini". Wakil rakyat ini lalu meningatkan peristiwa perampokan atas warung Dewa ade Masta di Plaga dalam masa kampanye lalu (TEMPO, Nasional 7 Mei). "Pelaku peristiwa itu, hingga sekarang belum juga tertangkap", kata Bhaskara. Dengan begitu, "gerombolan perampok ini, seolah-olah, mendapat angin karena tak kelihatan ada tindakan tegas dari pemerintah. Sehingga mereka tampak makin berani saja". Walaupun seperti yang dialami Wayan sebenarnya tak begitu sulit mencari petunjuk untuk menemukan para pengacau itu. "Karena pelakunya bukan orang jauh", kata Wayan. Tapi buat tunjuk hidung. orang seperti Wayan dan korban lainnya, agak ngeri juga. Wayan masih ingat kejadian yang menimpa orang lain. Pada masa kampanye lalu, ada seorang penduduk di Kesiman, melaporkan seseorang yang telah melempari rumahnya dengan batu. Tapi, sialnya, bukan si terlapor yang ditindak oleh polisi malah si pelapor sendiri yang harus masuk tahanan selama 10 hari. Tuduhannya paling gampang: memfitnah. Kalau memang perampokan rumah Wayan -- dan yang lain-lain juga cuma perkara kejahatan biasa, orang berharap agar polisi segera dapat membekuk para pelakunya. Kata orang, kejahatan yang dilakukan oleh segerombolan orang dan lagi banyak meninggalkan jejak, sebenarnya tak begitu menyulitkan penyidikan yang serius. Apalagi, seperti kata Narwan Hadisardjono dari KNPI Pusat, "pekerjaan yang semalam itu bukan dilakukan menurut watak orang Bali". Sesuatu yang aneh di lingkungan mereka, biasanya, mudah tercium para petugas. Cuma, kata Naran lagi, "penegak hukum di sini memang sedang diuji: apakah dapat berdiri menegakkan hukum di atas semua golongan?" Mengapa tidak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus