INI kisah dua orang kakek pemabuk dari Minahasa.
Kakek Groeber Tular (63) malam itu, akhir bulan lalu, baru saja
selesai menghadiri arisan suatu perkumpulan para pensiunan di
desa Lola. Tapi ia tidak langsung pulang. Putar kayun dulu,
menikmati keramaian desa, yang mulai berbau uap cengkeh musim
panen. Apalagi sejak balai desa Lola dikaryakan menjadi bioskop.
Desa itu jadi hakin ramai saja, mandi cahaya listrik hingga
larut malam. Di tengah keramaian itu Groeber bertemu dengan
kakek yang lain, Vicky Liuw (43). Lalu keduanya bersepakat
menghabiskan malam dengan bermabuk-mabukan.
Mereka menuju warung Ogi Welan. Warung sebenarnya sudah tutup.
Tapi, demi kesenangan kedua kakek yang memaksa ini, pintu warung
dibuka juga oleh pemiliknya. Kaleng demi kaleng bir masuk ke
kerongkongan kedua kakek ini. Pembicaraan makin seru, seperti
perdebatan, sementara keduanya mulai kelihatan mabuk. Pemilik
warung tak begitu memperhatikan percakapan kedua kakek mabuk
ini. Cuma, di sana sini, pemilik warung ada mendengar: kedua
kakek ini membicarakan soal balai desa yang dikaryakan menjadi
bioskop. Sekali-kali disebut juga soal sewanya, yang dibayar
orang Manado kepada penguasa desa sebanyak Rp 500 ribu.
Vicky dan Groeber berhenti minum pada kaleng ke 40. Yaitu ketika
kedua kakek ini sudah sepenuhnya mabuk alkohol. Lalu keduanya,
dengan seloyongan, bersama meninggalkan warung.
Lucunya, dalam perjalanan pulang itu kakek Vicky yang tak kurang
mabuknya berjalan sambil menggendong kakek Groeber. Tingkah
kedua kakek itu disaksikan oleh Yulius Sampul.
Pakaian Perang
Anak muda ini (23) memang sengaja mengikuti, diam-diam, ulah
kedua kakek ini. Soalnya Yulius masih keponakan Groeber, dan
mengkhawatirkan tingkah mereka. Benar saja. Di suatu jalan yang
miring, Vicky terpeleset dan jatuh. Kedua kakek ini
menggelundung. Nah Groeber, yang masih dikuasai alkohol,
menyalahkan Vicky dalam kecelakaan ini. Rupanya kakek ini tak
mau tahu kesulitan Vicky yang juga masih mabuk keras. Mereka
lalu bergumul seru.
Yulius tentu tak tinggal diam. Ia memisahkan pergumulan seru
kedua kakek pemabuk ini. Berhasil. Akhirnya Yulius menggantikan
Vicky, mendukung Groeber pulang ke rumah. Vicky, yang tampaknya
masih penasaran, bergegas juga pulang.
Sampai di rumah, barulah Yulius tahu: rupanya kakek Groeber
mendapat cidera di kepala. Mungkin terbentur batu ketika ia
terjatuh dari gendongan Vicky. Darah mengucur dari luka di
kepalanya. Baru saja nenek Groeber hendak mengurus luka di
kepala suaminya, tiba-tiba muncul Vicky, yang kelihatannya juga
belum terbebas dari pengaruh alkohol. Tapi keadaannya lebih
aneh: ia mengenakan pakaian adat, berwarna merah, yang lainnya
dipergunakan untuk tari perang. Tangan kirinya, malah, telah
menggenggam sebilah keris telanjang bergagang tanduk. Rupanya
kakek mabuk ini memang sudah siap 'perang'.
Sebelum seisi rumah tahu apa maksud Vicky, kakek berpakaian
perang ini sudah lebih dulu menghunjamkan kerisnya ke dada
Groeber. Yulius, yang paling dekat dengan pamannya, tak mampu
menahan gerakan Vicky yang cepat. Ia hanya dapat menyaksikan
darah menyembur dari dada Groeber. Dan Groeber pun roboh
seketika.
Tampaknya Vicky makin kalap dan tidak hanya menghendaki darah
Groeber. Ia mulai menyerang Yulius. Yulius kecut juga. "Kalau
ada kesempatan saya pasti lari", kata Yulius kemudian. Tapi ia
tak sempat. Keris kakek Vicky sudah mengancamnya. Ia sempat
mengelak dan menjepit lengan Vicky yang kekar itu. Terjadi
pergumulan memperebutkan keris. Yulius menang. Tapi begitu keris
pindah ke tangannya, tiba-tiba Vicky roboh berlumuran darah. Tak
kurang ada empat luka di dada dan perutnya. Yulius kemudian
membantah telah menusukkan keris yang direbutnya ke tubuh
tuannya. "Ia terluka sendiri, ketika hendak merebut kembali
kerisnya dari tangan saya", tutur Yulius kemudian kepada polisi.
Tinggal Yulius
Vicky, yang telah termakan kerisnya sendiri, lalu berusaha
berdiri dan berteriak kalang kabut. Tak begitu jelas apa yang,
diucapkannya. Tapi ia menyebut-nyebut soal ilmu klenik. Ia,
kabarnya, merasa telah didustai oleh ilmunya sendiri: tidak
kebal dan dapat dikalahkan oleh anak muda. Lalu kakek ini
membawa lukanya pulang ke rumah. Tapi keadaannya gawat, sehingga
perlu dibawa ke rumah sakit, menyusul Groeber yang telah lebih
dulu tiba di sana. Kedua pemabuk yang luka parah ini sempat juga
bertemu di rumah sakit Tomohon. Fihak kedua keluarga kakek ini,
di rumah sakit, hampir saja bentrokan setelah ternyata Groeber
tak dapat tertolong lagi.
Groeber tewas. Tiga hari kemudian rekannya, kakek Vicky juga
menyusulnya. Tinggal Yulius, yang kedudukannya membela diri
dalam pergumulannya dengan Vicky, berurusan dengan polisi. Motif
perkelahian kedua kakek itu selain soal mabuk - juga jadi
tinggal pembicaraan orang. Sebagian ada yang menduga: soal
utang-piutnng yang ada di antara kedua kakek almarhum itu. Ada
juga yang berpendapat: mungkin kedua kakek itu terlibat dalam
soal yang bertentangan mengenai penyewaan balai desa untuk
bioskop.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini