Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Dua Kakek Pemabuk

Dua kakek Vicky dan Groeber berkelahi setelah minum alkohol bersama-sama. keduanya roboh kena tusukan keris. Polisi, menahan cucu salah satu kakek yang waktu perkelahian berusaha melerai.

28 Mei 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INI kisah dua orang kakek pemabuk dari Minahasa. Kakek Groeber Tular (63) malam itu, akhir bulan lalu, baru saja selesai menghadiri arisan suatu perkumpulan para pensiunan di desa Lola. Tapi ia tidak langsung pulang. Putar kayun dulu, menikmati keramaian desa, yang mulai berbau uap cengkeh musim panen. Apalagi sejak balai desa Lola dikaryakan menjadi bioskop. Desa itu jadi hakin ramai saja, mandi cahaya listrik hingga larut malam. Di tengah keramaian itu Groeber bertemu dengan kakek yang lain, Vicky Liuw (43). Lalu keduanya bersepakat menghabiskan malam dengan bermabuk-mabukan. Mereka menuju warung Ogi Welan. Warung sebenarnya sudah tutup. Tapi, demi kesenangan kedua kakek yang memaksa ini, pintu warung dibuka juga oleh pemiliknya. Kaleng demi kaleng bir masuk ke kerongkongan kedua kakek ini. Pembicaraan makin seru, seperti perdebatan, sementara keduanya mulai kelihatan mabuk. Pemilik warung tak begitu memperhatikan percakapan kedua kakek mabuk ini. Cuma, di sana sini, pemilik warung ada mendengar: kedua kakek ini membicarakan soal balai desa yang dikaryakan menjadi bioskop. Sekali-kali disebut juga soal sewanya, yang dibayar orang Manado kepada penguasa desa sebanyak Rp 500 ribu. Vicky dan Groeber berhenti minum pada kaleng ke 40. Yaitu ketika kedua kakek ini sudah sepenuhnya mabuk alkohol. Lalu keduanya, dengan seloyongan, bersama meninggalkan warung. Lucunya, dalam perjalanan pulang itu kakek Vicky yang tak kurang mabuknya berjalan sambil menggendong kakek Groeber. Tingkah kedua kakek itu disaksikan oleh Yulius Sampul. Pakaian Perang Anak muda ini (23) memang sengaja mengikuti, diam-diam, ulah kedua kakek ini. Soalnya Yulius masih keponakan Groeber, dan mengkhawatirkan tingkah mereka. Benar saja. Di suatu jalan yang miring, Vicky terpeleset dan jatuh. Kedua kakek ini menggelundung. Nah Groeber, yang masih dikuasai alkohol, menyalahkan Vicky dalam kecelakaan ini. Rupanya kakek ini tak mau tahu kesulitan Vicky yang juga masih mabuk keras. Mereka lalu bergumul seru. Yulius tentu tak tinggal diam. Ia memisahkan pergumulan seru kedua kakek pemabuk ini. Berhasil. Akhirnya Yulius menggantikan Vicky, mendukung Groeber pulang ke rumah. Vicky, yang tampaknya masih penasaran, bergegas juga pulang. Sampai di rumah, barulah Yulius tahu: rupanya kakek Groeber mendapat cidera di kepala. Mungkin terbentur batu ketika ia terjatuh dari gendongan Vicky. Darah mengucur dari luka di kepalanya. Baru saja nenek Groeber hendak mengurus luka di kepala suaminya, tiba-tiba muncul Vicky, yang kelihatannya juga belum terbebas dari pengaruh alkohol. Tapi keadaannya lebih aneh: ia mengenakan pakaian adat, berwarna merah, yang lainnya dipergunakan untuk tari perang. Tangan kirinya, malah, telah menggenggam sebilah keris telanjang bergagang tanduk. Rupanya kakek mabuk ini memang sudah siap 'perang'. Sebelum seisi rumah tahu apa maksud Vicky, kakek berpakaian perang ini sudah lebih dulu menghunjamkan kerisnya ke dada Groeber. Yulius, yang paling dekat dengan pamannya, tak mampu menahan gerakan Vicky yang cepat. Ia hanya dapat menyaksikan darah menyembur dari dada Groeber. Dan Groeber pun roboh seketika. Tampaknya Vicky makin kalap dan tidak hanya menghendaki darah Groeber. Ia mulai menyerang Yulius. Yulius kecut juga. "Kalau ada kesempatan saya pasti lari", kata Yulius kemudian. Tapi ia tak sempat. Keris kakek Vicky sudah mengancamnya. Ia sempat mengelak dan menjepit lengan Vicky yang kekar itu. Terjadi pergumulan memperebutkan keris. Yulius menang. Tapi begitu keris pindah ke tangannya, tiba-tiba Vicky roboh berlumuran darah. Tak kurang ada empat luka di dada dan perutnya. Yulius kemudian membantah telah menusukkan keris yang direbutnya ke tubuh tuannya. "Ia terluka sendiri, ketika hendak merebut kembali kerisnya dari tangan saya", tutur Yulius kemudian kepada polisi. Tinggal Yulius Vicky, yang telah termakan kerisnya sendiri, lalu berusaha berdiri dan berteriak kalang kabut. Tak begitu jelas apa yang, diucapkannya. Tapi ia menyebut-nyebut soal ilmu klenik. Ia, kabarnya, merasa telah didustai oleh ilmunya sendiri: tidak kebal dan dapat dikalahkan oleh anak muda. Lalu kakek ini membawa lukanya pulang ke rumah. Tapi keadaannya gawat, sehingga perlu dibawa ke rumah sakit, menyusul Groeber yang telah lebih dulu tiba di sana. Kedua pemabuk yang luka parah ini sempat juga bertemu di rumah sakit Tomohon. Fihak kedua keluarga kakek ini, di rumah sakit, hampir saja bentrokan setelah ternyata Groeber tak dapat tertolong lagi. Groeber tewas. Tiga hari kemudian rekannya, kakek Vicky juga menyusulnya. Tinggal Yulius, yang kedudukannya membela diri dalam pergumulannya dengan Vicky, berurusan dengan polisi. Motif perkelahian kedua kakek itu selain soal mabuk - juga jadi tinggal pembicaraan orang. Sebagian ada yang menduga: soal utang-piutnng yang ada di antara kedua kakek almarhum itu. Ada juga yang berpendapat: mungkin kedua kakek itu terlibat dalam soal yang bertentangan mengenai penyewaan balai desa untuk bioskop.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus