Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Ruhmini, si baby sitter

Takut rahasianya terbongkar, begitu dituduh, danu berulangkali melenyapkan istri keduanya yakni siti ruhmini, bekas baby sitter. terakhir ia membayar orang untuk membunuh istrinya.(krim)

16 Mei 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DARI siaran radio, bibi si Mini di Bogor mendengar berita penemuan mayat di kebun karet di Parung, Bogor, dan dikebumikan masyarakat setempat sebagai mayat tak dikenal. Ciri-ciri mayat menarik perhatian wanita itu banyak tahi lalat di mukanya. Itu cocok dengan tanda-tanda yang dimiliki kemanakannya, Siti Ruhmini, yang telah beberapa hari menghilang. Dari beberapa benda, yang disimpan penduduk Parung sebelum memakamkan mayat tak dikenal itu, Sudjono, ayah si Mini, mengenalinya sebagai milik anaknya. Awal bulan ini polisi terpaksa membongkar makam dan mengangkat kembali mayat tersebut. Akhirnya tak diragukan lagi. Mayat itu memang Siti Ruhmini, 26 tahun, istri seorang pegawai Sekretariat Negara di Jakarta bernama Danu (bukan nama yang sebenamya). Ruhmini jelas mati terbunuh. Lehernya tercekik seutas tali plastik. Juga ada tanda-tanda bekas cekikan tangan. Tangan siapa? Polisi tak sulit menemukannya, Karena dengan mudah diketahui, korban pergi bersama suaminya, 10 Maret sore lalu, untuk kemudian tak kembali lagi. Tolong Bereskan Pertama-tama polisi tentu menangkap Danu. Dari dia polisi menemukan lrawan (nama samaran), yang menurut Danu, orang itu bersama dua orang kawannya sebagai pembunuh bayarannya. Orang lain, Anto (samaran juga), juga ditangkap sebagai perantara antara Danu dengan orang bayarannya. Hingga minggu lalu polisi tinggal mencari satu atau dua oran kawan Irawan. Namun, dari ketiganya cerita tentang pembunuhan Ruhmini sudah dapat dirangkai. Sore itu Danu menjemput Ruhmini dari rumahnya di Pejaten (Jakarta Selatan). Setelah singgah di beberapa tempat, Danu kemudian mengajak istrinya nonton film di drive-in, di Taman Hiburan Ancol. Menurut polisi, sebelum itu Danu ada membius istrinya, dengan cara membubuhkan seman obat tidur dalam minuman botol. Ruhmini memang dibawa ke sebuah pondok di Putri Duyung -- masih di Ancol itu juga -- dalam keadaan setengah tidur. Di situ Anto menyambut mereka dan mengantarkannya ke sebuah pondok. Di situ telah menunggu pula Irawan dan dua atau tiga orang kawannya. Setelah menidurkan istrinya, Danu terus ke luar, sambil berkata kepada Irawan ' "Tolong bereskan ! " Irawan atau salah seorang temannya menjerat leher Ruhmini. Menurut pengakuan Irawan kepada polisi kemudian, korban hanya menggeliat sedikit, kemudian tak bergerak lagi. Namun, untuk menyempurnakan tugas, salah seorang di antara mereka masih mencekik leher Ruhmini dengan tangannya. Setengah tertekuk, mayat korban mereka bungkus dengan dua buah karung -- satu melalui kaki dan yang melalui kepala korban. Belum begitu jelas, dengan mobil siapa mayat korban diangkut, dan kemudian dilemparkan ke kebun karet di Parung. Mayat Ruhmini ditemukan orang masih dalam keadaan terbunkus, mulutnya tersumpal kain, dan seutas tali masih menjerat lehernya. Danu, 46 tahun, sebenarnya telah lama merencanakan hendak menyingkirkan Ruhmini. Anto, katanya kepada polisi, pernah menyarankan agar Danu berupaya dengan jalan halus. Misalnya, merenggangkan hubungan melalui tangan dukun. Tapi, Danu bersikeras hendak melenyapkan istrinya sama sekali. Anto meminta Irawan, bekas sopirnya, untuk membantu Danu . Sebelumnya, kata Danu kepada polisi, antara dia dengan Anto dan Irawan dkk tak ada pembicaraan mengenai upah. Tapi dua hari setelah peristiwa di Pondok Putri Duyung, Irawan menerima uang Rp 1,5 juta dari Danu. Seminggu kemudian ditambah lagi Rp 2 juta. Alasan Danu, melenyapkan istrinya, sepanjang yang diakuinya di muka polisi, karena Ruhmini belakangan sangat merongronnya. Permintaannya -- entah dalam bentuk apa - terlalu banyak. Untuk itu ia berani mengancam: hendak membuka kartu buruk suaminya. Ruhmini sebenarnya istri kedua Danu. Perempuan itu sebelumnya adalab pengasuh bayi (baby sitter) keluarga Danu. Antara Danu dan pengasuh bayinya tersebut terlibat percintaan. Hubungan berlangsung terus, meski Ruhmini berhenti dari pekerjaannya, sehingga lahirlah anak mereka yang kemudian bernama Maya (kini berumur 5 tahun). Sebenarnya keluarga Ruhmini, seperti dikatakan ayahnya, Sudjono, tak merestui hubungan Ruhmini dengan Danu. Namun, kata Sudjono, karena tak enak, juga menyaksikan hubungan gelap terus-menerus, terpaksalah ia mengizinkan Danu menikahi anaknya. Dari hubungan resmi tersebut lahirlah pula Mira yang kini berusia 3 tahun. Sulit untuk menggambarkan hubungan Danu dan Ruhmini selanjutnya. Danu kelihatannya terlalu sabar bila istri keduanya suatu ketika marah-marah -- seperti diceritakan Yanto, adik Ruhmini. Belakangan memang sering timbul percekcokan. Namun, seperti kata Komandan Kepolisian Jakarta Selatan (Kores Metro 704) Letkol. R.A. Aritonang, tak menyangkut soal materi. Boleh jadi sekitar perlakuan Ruhmini menuntut agar Danu menyediakan lebih banyak waktu lagi baginya. Sore itu Danu membawa pergi istrinya. Tapi Danu pulang sendirian dan bercerita kepada Yanto bahwa ia barusan ribut-ribut dengan istrinya di Ancol. Ruhmini, katanya, terus saja pergi naik taksi sendirian. Danu, begitu ceritanya kepada Yanto, memang berusaha mengejar. Tapi tertumbuk lampu merah di suatu perempatan jalan, sehingga kehilangan jejak. Sulastri Mula-mula, kata Yanto, ia mempercayai cerita Danu. Tapi setelah sampai beberapa hari Ruhmini tak muncul-muncul juga, kecurigaan mulai muncuk Apalagi, tanpa kelihatan berusaha mencari istrinya, tiba-tiba Danu menyuruh Yanto membawa kedua anaknya ke Desa (kecamatan) Walikukun (Ngawi, Jawa Timur) tempat tinggal orang tua Ruhmini. Beberapa hari kemudian Dan juga menyuruh agar semua mainan anak-anaknya, berikut sebuah pesawat tv berwarna dikirim pula ke Walikukun. Kecurigaan sebenarnya sudah timbul di kepala Yanto jauh sebelum kakaknya menghilang. Ia menduga setidaknya sudah tiga kali terjadi peristiwa yang mencurigakan. Pertama, kakaknya pernah dibawa orang yang mengaku suruhan Danu, dan ditinggalkan di Banjarmasin. Kedua, Ruhmini pernah juga diambil dari rumah orang tuanya, kemudian ditinggalkan begitu saja di sebuah hotel di Solo. Orang-orang yang mengaku suruhan Danu itu selalu membawa surat dari "Sulastri" -- nama samaran Danu untuk menghubungi Ruhmini. Sedangkan Ruhmini, bila harus menghubungi Danu di rumahnya, di Komplek Sek-Neg di Cidodol (Jakarta Selatan), selalu meminta orang lain bicara terlebih dulu dengan mengaku "dari Pak Isman, Kosgoro." Pernah juga, ada seseorang berambut gondrong, tiba-tiba menghadang mobil yang dikendarai Danu dan istrinya di sekitar Parung. Tanpa jelas sebab-sebabnya orang itu merenggut rambut dan hendak mencekik leher perempuan yang malang itu. Untung di jalan yang ramai itu, meski malam hari, laki-laki tak dikenal tersebut tak mungkin berbuat lebih jauh. Kejadian-kejadian tersebut, menurut Yanto, tentu ada hubungannya dengan niat dan rencana Danu membunuh istrinya. Tapi kesemuanya itu tentu masih berupa dugaan-dugaan. Apa yang terjadi sesungguhnya kelak akan terbuka juga di pengadilan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus