Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Sayat Tangan Bukan Efek Minuman Torpedo, BNN Usut Asal Benzo

BNN menyelidiki dugaan penyalahgunaan obat penenang jenis benzodiazepine atau benzo oleh siswa SMPN Pekanbaru, yang diduga memicu aksi sayat tangan.

8 Oktober 2018 | 12.02 WIB

Ilustrasi penjahat narkoba. TEMPO/Iqbal Lubis
Perbesar
Ilustrasi penjahat narkoba. TEMPO/Iqbal Lubis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Narkotika Nasional atau BNN bakal menyelidiki dugaan penyalahgunaan obat penenang jenis benzodiazepine atau benzo oleh siswa SMPN Pekanbaru, Riau. Penyelidikan digelar setelah temuan puluhan siswa yang menyayat tangan mereka sendiri ternyata positif obat penenang itu.

Baca: BNN Pastikan Minuman Torpedo Tidak Mengandung Obat Bius

Juru bicara BNN Sulistiandriatmoko mengatakan dugaan penyalahgunaan obat penenang ini mencuat setelah ada 56 SMPN di pekan baru yang menyayat tangannya sendiri. Awalnya, tindakan para siswa diduga terjadi karena telah mengkonsumsi minuman Torpedo.

"Setelah diuji lab, minuman tersebut negatif. Tapi anak-anak tersebut berdasarkan assemen BNN positif benzo," kata Sulistiandriatmoko, Senin, 8 Oktober 2018

Ia menjelaskan, benzo bisa berasal dari berbagai obat yang dikonsumsi saat sedang sakit. Namun, jika tidak sakit ternyata positif benzo, kata dia, bisa jadi mereka mengkonsumsi obat tersebut tanpa hak. "Itu melawan hukum. Sebab, benzo jenis obat-obatan berbahaya atau psikotrilopika," ucapnya.

Menurut dia, hasil assesmen BNN yang membuktikan para siswa positif benzo harus diselidiki asal penyebabnya. "Apakah mengkonsumsi obat-obatan. Hal itu perlu diselidiki kebenarannya."

Komisioner KPAI bidang Kesehatan dan Napza, Sitti Hikmawatty menganggap kasus minuman Torpedo yang diduga memicu 56 pelajar SMP di Riau menyayat tangan belum selesai. BPOM telah menyatakan tidak ditemukan NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif) jenis benzodiazepine dalam minuman Torpedo yang dikonsumsi para pelajar.

"Kami  perlu melakukan pendalaman atas penyebab kasus ini," ujar Sitti melalui keterangan tertulis yang diterima Tempo, Jumat 5 Oktober 2018.

KPAI juga melakukan koordinasi dengan beberapa dinas terkait agar bisa bersama-sama mencari penyebab masalah dan solusinya.

Menurut Sitty, kasus 56 siswa yang melakukan aksi menyayat tangannya sendiri bukanlah hal yang sederhana. "Ini  perlu pedalaman yang serius."

Baca: KPAI Duga Aksi Puluhan Siswa Sayat Tangan Dipicu Tayangan Ini

Kasus ini, kata komisioner KPAI, hampir sama dengan kasus yang terjadi di beberapa negara di Asia seperti sejumlah tontonan dan bahkan lagu-lagu yang menstimulasi alam bawah sadar seseorang sehingga mereka bisa melakukan kegiatan yang disarankan ataupun dicontohkan oleh film dan lagu tersebut. "Termasuk ajakan menyakiti diri sendiri sampai dengan bunuh diri," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Imam Hamdi

Bergabung dengan Tempo sejak 2017, setelah dua tahun sebelumnya menjadi kontributor Tempo di Depok, Jawa Barat. Lulusan UPN Veteran Jakarta ini lama ditugaskan di Balai Kota DKI Jakarta dan mendalami isu-isu human interest.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus