Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Setelah gultom meneror

Erta alias aminah boru tohang, tewas dianiaya. dituduh memelihara begu ganjang, hantu yang dipercaya bisa diperintah membunuh orang. aminah dianiaya oleh puluhan penduduk kampung gereja, asahan.

2 Januari 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

P~ADAHAL belum tengah malam. Tetapi penduduk Kampung Gereja di Simpang Dolok, Kecamatan Lima Puluh, Asahan, itu sudah lena. Saat itulah, Asni, 13 tahun, tersentak. Ia dikagetkan hujan batu yang menimpa dinding dan atap rumah mereka. Dengan kecut, remaja tanggung ini mengendap-endap membangunkan Ibunya, Erta alias Aminah boru Tohang, 55 tahun. Tatkala seisi rumah terbangun, lemparan batu itu semakin gencar berdentam. Bahkan dari luar ada teriakan mengancam. "Hei, biadab. Keluar kalian, semua biar kami bantai satu per satu," pekik suara gerombolan di luar rumah itu. Menangkap gelagat buruk itu, Aminah menyuruh suaminya, Salman, 30 tahun, hengkang dari pintu belakang. Salman menurutinya, karena ia menduga dirinyalah yang diincar massa yang mengamuk itu. Tetapi dugaan perempuan itu meleset. Amarah massa rupanya memang~ tertuju padanya. Erta dituduh memelihara begu ganjang hantu yang dipercaya segelintir penduduk bisa diperintah membunuh orang. Setelah ditinggal kedua putrinya, massa yang menerobos masuk ke rumah itu menyeret Erta ke luar ru~mah. Di pekat malam itu ia babak belur dibantai. Mulai dari batu, pentungan, sampai benda tajam bertubi-tubi menghantam tubuhnya. Darah tercecer di mana-mana, hingga Erta roboh tak berdaya. Wanita itu kemudian diseret ke depan rumahnya. Para pengeroyok itu kemudian meninggalkannya merintih dalam posisi yang sangat menyedihkan. Ketika Kepala Desa Simpang Dolok, Badrul zaman, 45 tahun, yang dilapori Salman tiba di tempat itu, ia terperanjat melihat Erta berlumur darah. Tapi ibu ini tak lagi tertolong, dan mengembuskan napas saat itu juga. Tangan dan rusuk kirinya patah. Bagian kepala kiri dekat kuping luka menganga sekitar 15 sentimeter hingga ke batok kepala. Mulutnya nyaris tak lagi berbentuk. Pipi di sebelah hidungnya juga menganga mengerikan. Asni sempat mengenal beberapa pcngeroyok itu. Ketika polisi dari Polsek Lima Puluh datang, Asni menyebut empat nama yang menyeret Erta. Malam itu polisi segera mengangkut Victor Nainggolan, Hulman Sitohang, Bisman Sinurat, dan Pantus Sitohang. Dalam pemeriksaan yang dilakukan malam itu, polisi menemukan sembilan pelaku lain. Besoknya mereka itu ditangkap, hingga semua pelaku berjumlah 13 orang. Mereka semuanya penduduk Kampung Gereja. Dari penyelidikan awal, ke-13 tersangka itu mengaku bahwa mereka membunuh Aminah karena korban dituduh memelihara begu ganjang. Tuduhan itu muncul ketika seorang dukun bermarga Gultom (ia belum ditahan polisi) mengobati Fiteria boru Silitonga di desa itu. Dukun inilah yang menyimpulkan ibu itu disengat begu gan~ang. Gultom memberi petunjuk: pemilik hantu itu tak jauh dari rumah ibu tua itu. "Cari saja rumah di sebelah gudang yang ditanami pohon pisang," katanya. Tanda-tanda itu ternyata klop dengan rumah Erta. Gultom, menurut tersangka pada polisi, melancarkan teror berbisa. "Jika begu itu tak dihalau dari kampung ini, kelak ia akan memangsa anak-anak muda," katanya, dengan mulut komat-kamit. Mendengar itu, terdoronglah beberapa penduduk mengadakan rapat di rumah Pantus. Namun, rapat yang berjam-jam itu tak juga beroleh kata putus. Saat itulah istri Pantus berteriak, "Bunuh saja si Erta itu. Kenapa kalian pusing-pusing." Kontan saja peserta rapat itu terbakar emosinya. Dan pada malam itu juga, 11 Desember, mereka bergerak hingga tragedi berdarah itu terjadi. Tapi benarkah Erta pemilik begu ganjang? Purnama, 15 tahun, putri sulung Erta, kontan membantah. "Mama tak pernah kami lihat membakar kemenyan dan menyimpan jimat," kata Purnama, meradang. Badrulzaman juga menyangkal. Setahu dia, selama ini belum pernah ada penduduk desa itu yang mengidap penyakit aneh. "Apalagi ada yang mati tak wajar," katanya. Menurut sebuah sumber, Fiteria boru Silitonga, 66 tahun, yang disebut si dukun digigit begu, malah sehat dan sering mengantar makanan kepada anaknya yang kini ditahan polisi. Bersihar Lubis & Irwan E. Siregar (Medan)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus