Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Siapa cipluk, siapa dewi

Ada cara untuk mengetahui siapa orang tua dewi dan cipluk. antaranya dengan tes darah kedua bayi tersebut. jika belum puas bisa dengan cara tes hla (human leucosit antigen) atau dengan pemeriksaan 12 sistem.

26 Desember 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BAGAIMANA mengetahui orangtua Dewi atau Cipluk yang sebenarnya? Pemeriksaan darah yang telah dilakukan terhadap kedua pasangan keluarga dan kedua bayi itu sebenarnya sudah tepat. Dengan pemeriksaan darah itu saja, menurut ahli darah FKUI, dr. Karmel Tambunan, dokter sebenarnya sudah bisa menentukan kemungkinan terdekat orangtua seorang anak. Setiap anak selalu membawa sifat genetik yang dibawa orangtuanya, termasuk pula sifat genotipe darah riya. Sementara itu, ada pula sifat fenotipe, yang mudah tampak dengan mata sepintas. Yang muncul pada sifat fenonpe seorang anak bergantung pada kombinasi genotipe ayah-ibunya. Dalam kasus Dewi, dari pemeriksaan darah yang dilakukan PMI, disebutkan bayi itu memiliki golongan darah AB. Dari jenis darahnya itu, Dewi nampaknya tidak mungkin lahir dari orangtua yang memiliki jenis darah O dan O seperti yang dimiliki pasangan Nurhaini dan Ambam. Sementara itu, Cipluk, yang memiliki jenis darah O, kecil kemungkinan lahir dari orangtua yang memiliki jenis darah A dan B, seperti yang dipunyai Kartini dan Supripno. Bagi pasangan Kartini dan Suripno, secara genotipe? untuk melahirkan bayi berjenis darah O, tingkat kemungkinannya hanya 1/16. Tapi mereka memiliki kemingkinan lebih besar (9/16) untuk memperoleh anak yang berjenis darah AB, seperti yang dimiliki Dewi. Jika belum puas dengan cara di atas, memang ada cara lain yang lebih akurat untuk mendeteksi asal si bayi. "Salah satu cara yang paling canggih dan akurat adalah pemeriksaan HLA, Human Leucosit (Lymphosit) Antigen,"ujar Karmei Tambunan. Dan cara ini kabarnya sudah bisa dilaksanakan di bagian anak RSCM/FKUI. Pada HLA, bisa diperoleh lebih dari 3.000 kemungkinan kombinasi, dibandingkan dengan sistem ABO, yang hanya sampai 16 kombinasi. "Dengan HLA itu, hampir tak mungkin seorang yang bukan keluarga dekat mempunyai kesamaan golongan," ujar Karmel lagi. Selain penelitian darah, menurut Prof. drh. IGB Amitaba, Kepala Laboratorium Biomedik FK Unair, untuk menentukan paternitas seorang anak, bisa dilakukan pemeriksaan kromosom, imunologi dan elektroforesa. Maka, dengan berbagai cara ini -- meski baru sebagian yang bisa dilakukan di Indonesia -- mestinya banyak kasus serupa bisa diselesaikan dengan mudah. Tapi pembuktian melalui penelitian darah nyatanya tak selalu gampang. Dalam kasus Nursuli di Pengadilan Neseri Kraksaan Jawa Timur, terdakwa Khairi Jamaluddin yang dituduh memperkosa, dibebaskan hakim, dua pekan lalu. (TEMPO 19 Desembe 7). Padahal, baik Nursuli, wanita cacat yang diperkosa, Nur, anaknya, dan Khairi sendiri, setelah diteliti sama-sama memiliki jenis darah O. Laporan Amitaba yang dibikin untuk pengadilan itu hanya mengatakan: "Pemeriksaan golongan darah dapat membuktikan bukan ayah seseorang, tetapi tidak dapat membuktikan keayahan seseorang. Karena itu, kami tak dapat menentukan apakah tersangka ayah dari anak itu". Saksi ahli lainnya dalam perkara itu, Dr. Soekry Erfan Kusuma, berpendapat sama. "Bagi saya, kalau ayahnya O, ibunya O, a.naknya jua O, maka semua lelaki yang jenis darahnya O bia saja menjadi ayahnya." Barangkali itu sebabnya, hakim tak cukup kuat menuduh Khairi adalah bapak si Nur itu. Dalam kasus Nursuli, pemeriksaan golongan darah, menurut Soekry, bisa lebih lengkap. Untuk memastikan seseorang bukan ayah seorang anak perlu dilakukan, setidaknya, 12 sistem golongan darah. "Kalau dengan ke-12 sistem itu tak bisa disingkirkan bahwa dia ayahnya, maka lebih dari 99 persen kita bisa menganggap bahwa dia ayahnya," ujar Soekry. Jadi, kenapa pada Nursuli tidak dilakukan 12 cara itu? Masalahnya terbentur pada biaya, karena, katanya, sebagian perlu diperiksa di Jerman. Syafiq Basri, Wahyu Muryadi, dan Herry Mohammad (Surabaya)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus