Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sejarawan Anhar Gonggong memberikan komentarnya dengan adanya karangan bunga bertuliskan "Siri' Na Pace" di Rumah Pribadi Mantan Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo di Jalan Saguling Tiga, Mampang, Jakarta Selatan. Anhar menjelaskan bahwa dalam tradisi Bugis, Siri’ Na Pace berarti harkat dan martabat seseorang.
Sejarawan yang lahir di Pinrang, Sulawesi Selatan ini menduga Ferdy Sambo melakukan pembunuhan terhadap Novriyansyah Yosua Hutabarat adalah karena terganggu martabatnya.
"Siri na pace itu berkaitan dengan rasa malu dan kaitannya juga dengan pengertian yang lebih tentang rasa pedih. Siri itu rasa malu, kaitannya dengan pace itu ada rasa pedih hati," kata Anhar saat dihubungi Senin 5 September 2022.
Sirri na pacce menurut Anhar pada masa lampau bahkan bisa mengakibatkan perang. Ferdy yang merupakan orang Bugis-Toraja bisa jadi melakukan pembunuhan ini karena martabat istrinya diganggu.
Apalagi bagi orang Bugis, martabat tertinggi adalah istrinya. Jika istri seorang Bugis diganggu, maka orang yang menggangu dapat dibunuh.
“Kalau benar Putri dilecehkan, ya memang Sambo akan membunuh. Sebab itu adalah martabat tertinggi bagi seorang bugis," ujarnya.
Namun, Anhar menilai pembunuhan yang dilakukan Ferdy Sambo terhadap Brigadir J atau Yoshua adalah pelanggaran terhadap aturan kepemimpinan dalam tradisi Bugis dan Bugis Toraja. Pelanggaran yang dimaksud adalah membunuh anak buahnya sendiri tanpa alasan.
“Bagi saya, dia melanggar aturan kepemimpinan dalam pengertian suku Bugis dan Orang Bugis Toraja. Jika ia membunuh anak buahnya tanpa alasan, dalam kepemimpinan Bugis, itu tidak boleh dilakukan," kata Anhar.
Anhar Gonggong melanjutkan, bahwa pada jaman sekarang, Siri’ Na Pace itu sudah semestinya dimaknai berbeda. Jika dulu harga diri adalah wanita, mestinya saat ini harga diri adalah pekerjaan dan tingkat pendidikan. Meski begitu Anhar tetap menyesalkan adanya pembunuhan yang tidak manusiawi ini.
"Dulu itu, kan, Siri selalu dikaitkan dengan Wanita. Dalam kondisi sekarang, seharusnya dihadapi dengan cara yang berbeda. Misalnya, saya malu sebagai pemuda yang menganggur, atau saya malu karena tidak punya pendidikan," ujarnya.
Diketahui empat karangan bunga tersebut menghiasi rumah pribadi Ferdy Sambo sejak Sabtu, 3 September 2022. Karangan-karangan bunga itu diketahui berasal dari Imran Hunter (Jamaah Warjok) Mantan Ketua Alumni SMANSA 91, IKA SMANSA 91 Makassar KB Bulukunyi 25 Lr Makassar, Persaudaraan Pengacara dan Penasehat Hukum Bugis Makassar, dan Pentury Family.
MUHSIN SABILILAH
Baca: Soal Adat Siri Na Pace di Karangan Bunga untuk Ferdy Sambo, Pengamat: Tak Pengaruhi Penyidikan
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini