Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Taksi Monster di Malam Jakarta

Perampokan terhadap penumpang taksi marak lagi di Jakarta. Modus kejahatan dan jenis taksinya mirip.

18 Juli 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HATI Yulianti sedang berbunga. Maklum, pada akhir pekan pertama awal Juli 2002, karyawati divisi sumber daya manusia di Metro TV itu baru menerima gaji. Setelah menarik sedikit gajinya dari sebuah mesin ATM, Yuli, 30 tahun, berbelanja untuk memenuhi kebutuhan bulanannya. Sebagian uang ia sisihkan guna keperluan berakhir pekan esoknya. Usai belanja di Supermarket Hero Barito, Jakarta Selatan, ibu satu anak ini berniat pulang. Jarum jam menunjukkan angka delapan malam. Beberapa taksi berlalu, tapi tak dihentikannya. Dia hanya mau naik taksi Blue Bird, yang biasa digunakannya. Tak lama berselang, muncul taksi biru tua dengan tulisan besar-besar di kaca depan yang menunjukan identitas taksi. Lambang meteor berwarna putih dengan latar biru juga terlihat jelas di highlight. Yuli menyetopnya, kemudian membuka pintu dan naik ke dalam taksi. Dia duduk di jok belakang. Sekilas Yuli melihat banner promosi yang mengiklankan pulau Lombok di belakang jok depan. Sebentar kemudian, dia berniat menghubungi suaminya melalui telepon genggam. Tiba-tiba, sopir taksi berteriak. Yuli kaget. Identitas sopir di atas dash board ternyata ditutupi sapu tangan. Secara refleks, Yuli membuka kaitan pintu. Tapi pintu tak bisa dibuka. Usahanya untuk menurunkan kaca jendela juga sia-sia. Mendadak, sandaran kursi yang didudukinya terdorong ke depan. Yuli terempas. Dua lelaki muncul dari balik jok belakang seraya mengancam akan membunuh Yuli. Kejadian itu berlangsung demikian cepat dan hanya beberapa puluh meter dari Hero Barito. Dua pria pengancam tadi langsung menutupi mata dan mu-lut Yuli dengan lakban. Tangan Yuli juga diikat dengan lakban. Mereka mendorong Yuli hingga tergeletak di lantai taksi. Semua barang berharganya dipereteli. Dua cincin berlian, jam tangan, dan sebuah cincin kawin korban digondol perampok. Uang tunai Rp 2 juta pun diambil paksa. Sopir taksi sempat menghentikan kendaraan di suatu tempat. Rupanya, kedua perampok mau menguras rekening Yuli di sebuah ATM. Namun, upaya itu gagal lantaran goresan magnet pada kartu ATM Yuli rusak. Setelah taksi berputar-putar cukup lama, akhirnya komplotan perampok menurunkan Yuli di Kampung Gondrong, Cipondoh, Tangerang. Jarum jam sudah menunjukkan angka 12 malam. Meski tak mengalami kekerasan fisik dan pelecehan seksual, Yuli mengaku sangat terpukul. "Kayaknya untuk waktu lama saya enggak akan naik taksi lagi, terutama Blue Bird," ujarnya. Segera Yuli menghubungi suaminya. Mereka kemudian melapor ke Kepolisian Resor Jakarta Selatan. Pihak kepolisian secepatnya mengusut kasus tersebut. Tiga taksi berlogo meteor dari kelompok Pusaka milik Blue Bird dibawa ke Polres Jakarta Selatan. Ketiga taksi itu memang tidak dilengkapi dengan terali besi di antara bagasi dan kursi penumpang. Seorang pengemudi taksi Blue Bird bernama Dedi juga dihadirkan. Tatkala kawanan perampok berusaha menguras rekening Yuli di sebuah ATM, Yuli sempat mendengar nama Dedi disebut-sebut. Sayang, dari ketiga taksi itu tak satu pun yang diyakini Yuli sebagai taksi dimaksud. Ketika dipertemukan dengan Dedi, Yuli juga tidak bisa memastikan apakah ia pengemudi yang menjebaknya pada malam nahas itu. "Saya enggak yakin. Sebab ngeliatnya dari belakang sopir," kata Yuli. Kepolisian masih terus melacak taksi dan pengemudi tersebut. Yang jelas, kejahatan di taksi, yang selama ini dianggap sebagai angkutan umum paling nyaman dan aman di dalam kota, bukan hanya menimpa Yuli. Tepat sebulan sebelumnya, peristiwa dengan modus kejahatan serupa juga dialami Ira Andriati. Peristiwanya terjadi pada akhir pekan pertama Juni 2002. Gadis berusia 27 tahun itu baru saja mendapat gaji bulanannya. Janji makan malam pukul tujuh dengan seorang kawan di Plaza Senayan telah disepakati. Di depan lobi kantornya, Citibank, di Jalan Sudirman, Jakarta, Ira menghentikan sebuah taksi. Ia yakin betul taksi ini Blue Bird. Sebab, dia melihat namanya dengan jelas di pintu taksi dan banner promosi khas Blue Bird yang terpasang di kursi depan. Ira sekilas mengamati sopir taksi berperawakan kecil dengan rambut acak-acakan. Belakangan dia ingat bahwa merek mobil taksi itu adalah Ford Laser. Taksi lantas meluncur di Jalan Sudirman, yang tak seperti biasanya, malam itu begitu lancar. Sopir sempat bertanya jalan mana yang akan dilalui Ira. "Patung Pemuda ke kanan," ucap Ira, yang disambut tancapan gas dari sopir yang tak banyak bicara. Ketika sampai di bundaran Patung Pemuda, ternyata taksi tak berbelok ke kanan, melainkan melaju terus. Ira kaget. Dia menegur sopir. Bukannya arah taksi berubah, yang dirasakan Ira justru sandaran kursinya terdorong. Spontan ia berusaha membuka pintu, yang ternyata macet. Dalam posisi badan menghadap pintu samping kiri, Ira menendang sekuat tenaga kaca taksi. Kaca jendela itu juga tak bisa terbuka. Saat itulah dua orang muncul dari belakang kursi, sambil mengacungkan celurit dan golok. Ira mencoba melawan. "Saya sempat berantem," tuturnya. Ira menggigit jemari tangan seorang pelaku yang mengunci tangannya. Orang itu terluka. Akibatnya, giliran betis kaki kanan Ira digigit pelaku. Sampai kini Ira mengaku masih merasa trauma bila mengingat kejadian ini. Dia tak bisa melupakan sayatan bagian jemari perampok yang tersisa di geliginya setelah digigitnya. Tak mengherankan bila alumni Akademi Tarakanita ini sampai beberapa kali berkonsultasi dengan psikiater. "Kalau untuk naik taksi lagi, saya belum berani," ujarnya. Sewaktu perampokan, barang berharga milik Ira habis digondol pelaku. Demikian pula gaji dan tabungannya yang juga ditarik pelaku dari sebuah ATM. Kerugian Ira ditaksir mencapai Rp 10 juta. Setelah hartanya dikuras, taksi kemudian berputar-putar selama tiga jam lebih. Ira lantas dibuang di daerah Pakujaya, Serpong, Tangerang. Tangan, mata, dan mulutnya masih ditutupi lakban. Orang tuanya datang dari Bekasi sekitar dua jam kemudian. Sekitar pukul se-tengah dua dini hari itu, Ira melaporkan peristiwa tragis tersebut ke Kepolisian Sektor Serpong. Toh, sampai kini perampokan terhadap Ira tak kunjung terungkap. Menurut Kepala Satuan Reserse Polres Jakarta Selatan, Komisaris Polisi Merdisyam, pihaknya masih kesulitan mendeteksi taksi pelaku. Semua taksi Blue Bird yang diduga berada di dekat lokasi pada malam kejadian sudah diperiksa. "Tapi belum ada yang cocok," kata Merdisyam. Pihak kepolisian juga belum bisa memastikan apakah taksi yang digunakan untuk merampok Yuli dan Ira memang Blue Bird. Agaknya harus ada semacam operasi serius untuk menggulung komplotan perampok penumpang taksi. Soalnya, kejahatan yang meresahkan penumpang khususnya wanita ini makin marak terjadi di Jakarta. Belum sampai dua bulan ini saja sudah terjadi empat kasus serupa. Bahkan modus kejahatan dan ciri-ciri pelakunya hampir sama (lihat infografik). Setidaknya fenomena semacam itu pernah membuat Polda Metro Jaya bisa meringkus 17 orang anggota komplotan taksi perampok yang dipimpin Edo, pada 1998. Kawanan yang brutal dan kerap menyekap, memerkosa, dan membunuh korban ini dikenal sebagai kelompok Palembang. Pada awal tahun 2000, Polres Jakarta Selatan juga pernah menggulung gerombolan sopir taksi yang diotaki Rusdi, Iwan, serta Komeng. Komplotan perampok dan pemerkosa ini diketahui menyewa taksi dari Suhadi, sopir asli. Sementara itu, pihak Blue Bird menyatakan siap mendukung upaya pengusutan kepolisian terhadap berbagai kasus di atas. Blue Bird, kata Teguh Wijayanto dari bagian humasnya, akan mengganti segala kerugian korban bila terbukti pelaku memang sopir Blue Bird. Kini Blue Bird mengaku makin memperketat pengamanan taksi yang keluar dari pangkalannya. Razia dadakan juga kian sering dilakukan terhadap 7.000 armadanya yang sedang beroperasi.

Agus Hidayat


Perampokan di taksi selama dua bulan ini di Jakarta:

WaktuLokasiKorbanJenisModusKerugian
5 Juni 2002Jalan Sudirman, Jakarta SelatanIra Andriati, 27 tahunTaksi Menurut korban, Blue BirdDua orang keluar dari bagasiJam tangan, perhiasan, kartu ATM, dan nomor PIN ATM. Kerugian Rp 10 Juta
28 Juni 2002Penjaringan, Jakarta UtaraJosefa, 27 tahun, dan Siny, 25 tahun.Taksi berwarna biruTaksi dibuntuti taksi lain. Ketika berhenti, dua orang masuk ke taksi korbanPerhiasan, telepon genggam, jam tangan, dan uang Rp 900.000
2 Juli 2002Penjaringan, Jakarta UtaraIta, 20 tahun, dan Dinita, 21 tahun.Taksi berwarna biruTaksi berhenti dan pura-pura menutup bagasi. Dua orang masuk ke taksi korban.Perhiasan, telepon genggam, dan uang tunai Rp 500.000
7 Juli 2002Barito, Jakarta SelatanYulianti, 30 tahunMenurut korban, Blue BirdDua orang keluar dari bagasi.Jam tangan, perhiasan, kartu ATM, uang tunai, dan kerugian Rp 15 juta

Beberapa ciri perampokan di atas:

  • Perampokan dilakukan pada akhir dan awal bulan setelah korban (wanita) gajian.
  • Taksi berwarna biru. Dua korban merasa yakin taksi itu Blue Bird.
  • Pintu taksi tak bisa dibuka dan kaca jendela tak bisa diturunkan.
  • Tidak ada terali besi di antara bagasi dan sandaran kursi belakang.
  • Pelaku dua orang di bagasi, plus seorang sopir.
  • Bahasa pelaku diduga bahasa daerah di Sumatera.
  • Mata, mulut, dan kedua tangan korban diikat dengan lakban.
  • Dua korban dibuang di Tangerang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus