Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SUATU hari pada Maret silam, seorang pengamat masalah perkotaan, Marco Kusumawijaya, terusik hatinya. Ia tertegun melihat pemandangan di sekitar jalan tol Prof. Sedyatmo menuju Bandar Udara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Jakarta. Rerimbunan pohon bakau yang biasa meneduhi pinggiran kawasan jalan tol itu tiba-tiba berubah menjadi gersang. Di atasnya terpancang sebuah billboard.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo