Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Tertembaknya seorang pejabat

H. rachmat soeprapto, staf kasubdis pemetaan dan penomoran bangunan dinas pengawasan pembangunan kota DKI Jakarta, ditembak di dalam mobilnya dari jarak dekat hingga tewas. polisi mengusut kasus ini.

4 Maret 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JUMAT sore pekan lalu, sebuah sedan Corolla B 2799 KD berhenti di pelataran parkir lapangan tenis Bulog Blok A, Kayu Putih, Jakarta Timur. Pengemudinya seorang lelaki setengah tua. Begitu ia akan membuka pintu mobilnya, seorang lelaki berbadan besar bertopi baret mendekatinya. Tiba-tiba, laki-laki berbaret itu melepaskan dua kali tembakan ke arah pengemudi tadi. Peluru menembus jendela kanan pintu belakang, tepat mengenai leher dan telinga korban. Korban terseok di jok. Ia tewas seketika. Sang penembak, yang sudah ditunggui kawannya dengan sepeda motor, melarikan diri tanpa bisa terkejar warga sekitar. Petugas kepolisian hanya bisa menemukan dua buah selosong peluru pistol FN kaliber 45 sejauh 1,25 meter dan 1,65 meter dari tempat kejadian. Artinya, korban disudahi dari jarak dekat. Setelah diidentifikasi, lelaki itu ternyata Staf Kasubdis Pemetaan dan Penomoran Bangunan pada Dinas Pengawasan Pembangunan Kota DKI Jakarta, Haji Rachmat Soeprapto, 54 tahun. Uang kontan berjumlah Rp 700 ribu dan cincin bernilai jutaan rupiah serta surat-surat berharga di tas korban masih utuh. "Diduga, pelaku sudah mengenal kebiasaan korban," kata sumber di kepolisian. "Sampai saat ini belum diketahui apa motif pembunuhan itu," kata Kadispen Polda Metro Jaya, Letkol. A. Latief Rabar. Pihak Polda kini sedang mengusut kasusnya dengan memintai keterangan tujuh orang yang diduga mengetahui latar belakangan pembunuhan itu. "Termasuk salah seorang wanita yang mengaku sebagai istrinya," ujar Latief Rabar lagi. Tak lama setelah Soeprapto terbunuh, memang ada seorang wanita yang mengaku istri korban datang ke lokasi kejadian. Ini membuat petugas curiga. Dari mana ia mengetahui bahwa "suami"-nya itu tewas beberapa menit sebelumnya? Polisi pun mengamankan wanita itu. Belakangan juga diketahui bahwa wanita itu bukan istri tua maupun istri muda korban. Sabtu sore almarhum dikebumikan di Kawi-kawi, Sentiong, Jakarta Pusat, setelah sebelumnya disemayamkan di rumah istri tuanya. Baik tetangga maupun teman sekerjanya mengakui bahwa Haji Soeprapto alias Haji Toto dikenal sebagai lelaki yang banyak teman wanitanya. Sabtu pagi, sehari setelah kematiannya, seorang wanita masih menelepon mencari almarhum. Wanita itu, konon, sudah berjanji akan bertemu dengan Soeprapto pada pukul 8 pagi itu. Katanya mau mengurus SIM bersamanya. Kecuali punya banyak teman wanita, almarhum tercatat beristri dua. Istri pertama, Nyonya Siti Sundari, menempati rumah di Jalan Pisangan Lama III, Jakarta Timur, dan telah memperoleh empat anak. Sedang istri keduanya, Nyonya Endang, yang dikaruniai tiga anak, menempati rumah mereka di Cipinang Jaya, Jakarta Timur. Pada malam Jumat itu, diketahui Soeprapto menginap di rumah istri mudanya. Tapi ada apa sesungguhnya di balik kematian itu, Nyonya Sundari belum mau memberi keterangan. Salah seorang putra korban, Dina, juga tetap menutup mulut. "Maaf, kami tak boleh memberi penjelasan apa-apa kepada wartawan," katanya. Istri kedua Soeprapto, Nyonya Endang, juga tak mau bicara. Menurut seorang keluarga Endang, "Almarhum sudah bercerai dengan istri pertamanya." Sehari-hari, kata sumber itu, Soeprapto tinggal bersama Endang dan ketiga anak mereka di Cipinang Jaya. Almarhum, katanya, memang senang tenis. Dari kantor, jika mau tenis, katanya, biasanya Soeprapto pulang ke rumah dulu baru berangkat ke lapangan. Tapi entah kenapa Jumat sore itu ia langsung ke lapangan tenis. Ternyata, di situ riwayatnya berakhir. Di kantornya di Jalan Taman Jatibaru, Tanah Abang, Soeprapto dikenal rekannya sebagai senior yang rajin sembahyang dan banyak kawan. Telepon di ruang kerjanya selalu berdering. Soeprapto, yang tahun depan harusnya pensiun, juga tergolong rajin. Ia jarang absen dan selalu pulang kerja di atas pukul 16.30. Proyek yang dikerjakannya akhir-akhir ini adalah penomoran bangunan di lima wilayah DKI Jakarta. Tapi adakah Haji Toto ini terbunuh karena cinta? "Kami sedang menyelidiki latar belakang korban, termasuk pekerjaan dan kisah cintanya," ujar sumber di kepolisian. Urusan memang masih panjang.Laporan Biro Jakarta

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum