Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Ulah Sinyo Atau Siapa

Seorang pembantu rumah tangga (di sragen), Kasinem dibunuh secara kejam, diduga karena ada hubungan gelap dengan anak majikannya. (krim)

15 Januari 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBUAH rumah di Jalan Raya Sukowati, Sragen, Jawa Tengah, terlihat angker dan suram. Beberapa ekor anjing akan serentak menggonggong bila ada tamu yang berani memasuki pekarangan. Di rumah itulah, menurut Jaksa, seorang pembantu rumah tangga, Kasinem namanya, menemui ajalnya setelah disiksa majikan dan hampir semua penghuni rumah. Sekarang sepuluh orang tertuduh, termasuk dua anak tuan rumah yang masih di bawah umur, duduk di kursi tersangka Pengadilan Negeri Sragen. Kasinem, gadis Desa Karangwedi, Kecamatan Ngrampal, Sragen (18 tahun), sebenarnya bukan orang baru di rumah itu. Ia sudah bekerja sejak empat tahun lalu. Tapi tak banyak cerita tentang pekerjaannya yang diketahui orang tuanya. Sebab Kasinem jarang diperkenankan bertemu orang lain, termasuk ayah kandungnya. "Selama ia bekerja di sana sudah empat kali saya datang ke sana untuk bertemu Kasinem, tapi tidak dipertemukan," ujar Kastodikromo, ayahnya. Selama itu pula Kasinem hanya diizinkan empat kali pulang -- tanpa menginap. Pertemuan terakhir ayah dan anak itu lebih dari setahun lalu. Kastodikromo kemudian hanya mendengar anaknya ditemukan orang di pinggir jalan Slogohimo, Wonogiri, Solo, dalam keadaan remuk dan tak bernyawa lagi. Di persidangan, cerita kematian Kasinem pun terungkap dari mulut para terdakwa. Tuan rumah yang agen pupuk di Kota Sragen itu, Sucianto, dan istrinya Susana, dituduh menjadi otak pembunuhan. Kasinem, menurut para tertuduh, memang mengalami siksaan hebat sebelum meninggal. Hampir tiga hari terus-menerus di akhir Agustus yang lalu ia, dengan cara diikat kakinya, direntangkan antara dua tiang. Sasaran utama siksaan adalah kemaluan, dada, dan kepala. Dua rekan sekerja Kasinem, Sriati 17 dan Sumardi, 13 tahun (bukan nama sebenarnya), mengaku dipaksa majikan mereka untuk memasukkan dua buah jeruk ke kemaluan Kasinem. Jeruk itu, kata mereka, didorong dengan kayu tumpul. Baik Sriati maupun Sumardi mengaku tidak bisa berbuat lain: jika membantah, anak tuan rumah Robby (12 tahun, juga nama samaran) menyulut kedua pembantu itu dengan api. Di persidangan Sumardi memperlihatkan bekas sulutan itu di kakinya. Siksaan itu rupanya tak tertanggungkan oleh Kasinem. 30 Agustus, sepulang belanja dari pasar, Sriati menemui rekannya itu sudah tak bernyawa. Kejadian itu dilaporkan Sriati kepada Nyonya Susilowatie, 60 tahun, -- ibu Ny. Susana yang juga tinggal di rumah itu. Nenek Robby itu memerintahkan Sriati mencoba mengeroki tubuh temannya. Tapi usaha itu tidak banyak menolong. Kasinem tak bergerak lagi. Siangnya, seorang-kuli di rumah itu, Gunadi, disuruh mengangkat mayat Kasinem ke truk yang biasanya membawa pupuk. Pukul 12 siang truk itu dikemudikan Purwanto meninggalkan rumah bersama para penumpang lain: Nyonya Susilowatie, Sriati dan seorang pegawai lain bernama Surat. Sebuah jip yang ditumpangi Sucianto dan istrinya, Susana, mengikuti truk itu dari belakang. Dua kendaraan itu beriringan menuju Solo. Perjalanan diteruskan ke Wonogiri, Jatisrono, dan berhenti di Slogohimo. Di situ mayat Kasinem dibuang -- tengah malam. Sesampainya kembali di rumah, Purwanto, sopir itu, diberi imbalan oleh Nyonya Susilowatie sebanyak Rp 30 ribu. "Saya menolak uang itu, tapi dipaksa," kata Purwanto. Uang itu katanya dimaksudkan majikannya agar ia menutup mulut. Keterangan ini dibantah Nyonya Susilowatie. Menurut nenek tua itu, ia memberi uang karena Purwanto berhajat mengkhitankan adiknya. Mayat Kasinem kemudian ditemukan penduduk Slogohimo. Menurut visum Dokter Sri Winoto, di Puskesmas situ, Kasinem meninggal akibat pendarahan di alat vitalnya. Keterangan itu diperkuat oleh hasil bedah mayat dari Fakultas Kedokteran Universitas 'Sebelas Maret', Solo. Menurut keterangan mereka, Kasinem menderita pukulan di dada, kepala, dan kelamin. Konon dua jeruk nipis itu terdapat di kandungan mayat itu. Begitulah, 22 September, Lurah Desa Karangwedi, Bambang Wijautomo, mendengar kabar bahwa Kasinem -- anak seorang penduduk desanya -- lari dari rumah majikannya di Sragen. Tapi lurah itu curiga. Sebab ada kabar lain tentang ditemukannya mayat seorang wanita di Slogohimo yang konon mirip dengan tanda-tanda Kasinem: agak gemuk dengan tinggi 135 cm dan berkulit sawo matang. Lurah Bambang yang sadar kewajiban itu lantas datang ke rumah Sucianto di Sragen, berpura-pura mau membeli pupuk. Di tempat itu ia mendapat keterangan: Kasinem minggat tanpa kabar beberapa hari sebelumnya. Ny. Susilowatie dan Ny. Susana malah meminta Bambang menyampaikan kabar itu kepada ayah Kasinem, Kastodikromo. Esoknya malah Ny. Susilowatie datang ke Karangwedi, menemui ayah si korban. Di kelurahan, Kartodikromo dibujuk untuk berdamai dengan imbalan sebidang sawah. Tawaran ditolak. "Saya tidak ingin imbalan. Yang penting'anak saya pulang," ujar sang ayah waktu itu. Dan ternyata si anak tidak akan pernah pulang. Mayat yang ditemukan di Slogohimo terbukti mayat Kasinem. Dan polisi tidak sulit mencari pelakunya. Sebagian besar penghuni rumah di Jalan Sukowati Sragen itu ditahan berikut kuli, sopir dan para pegawai. Yang mendapat status tahanan rumah hanya Nyonya Susilowatie dan seorang cucunya, Rini (9 tahun, juga nama samaran). Gadis --kecil adik Robby itu dituduh ikut memerintahkan pembantunya Sriati dan Sumardi menganiaya Kasinem. Di persidangan, yang sampai sekarang masih berlanjut, belum terungkap pasti apa motif pembunuhan yang dinilai Ketua Majelis Hakim Soepartono sebagai pembunuhan kejam itu. Nyonya Susilowatie malah menuduh, meninggalnya Kasinem akibat persaingan cinta dengan Sriati untuk memperebutkan si sopir. "Kasinem juga pernah minta pertanggungjawaban Purwanto karena sudah hamil," tutur Nyonya Susilowatie. Tapi tersangka lain menuduh, justru percintaan Robby dan Kasinem yang merupakan motif pembunuhan itu. Sriati sendiri mengaku sering memergoki Robby lagi berbuat sebagai layaknya suami-istri dengan Kasinem. "Saya sendiri sudah lima kali digoda sinyo," kata Sriati yang memanggil sinyo pada anak majikannya itu. Dugaan pengunjung sidang yang selalu ramai, orangtua Robby khawatir Kasinem sudah hamil akibat ulah anaknya. Dugaan ini belum berbukti. Hanya, dari hasil bedah mayat UNS tadi, diketahui bahwa dalam kandungan korban tidak ada tanda kehamilan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus