Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Bacaan Anak Yang Ideal

Mutu buku bacaan untuk siswa sd diragukan, yayasan buku utama yang baru untuk pertama kalinya menilai buku bacaan SD (terbitan 1981), tidak ada yang pantas diberi hadiah. (pdk)

15 Januari 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MUTU buku bacaan untuk siswa SD diragukan. Menurut Yayasan Buku Utama (YBU), tidak ada yang pantas diberi hadiah. YBU baru saja untuk pertama kali menilai buku bacaan SD (penerbitan 1981). Kenapa tidak ada yang menang? "Kebanyakan mempunyai kalimat panjang-panjang, kurang cocok untuk anak-anak." kata Ketua Juri, I)r Satiall ajono. Anggota juri lain menyatakan kelemahan tampak terutama pada jalan cerita yang tidak urut, sedang isi cerita banyak mengandung hal yang kebetulan. Bila itu benar, memang menyedihkan. Sebab minat baca anak-anak sedang meningkat. Perpustakaan di lantai II Taman Ismail Marzuki, misalnya, tiap hari dikunjungi sekitar 150 anak, berusia 6-15 tahun. Di hari libur lebih banyak lagi. Di Toko Buku Gunung Agung, Jakarta, bagian yang paling dipadati pengunjung adalah tempat bacaan anak-anak. Juga Perpustakaan Balai Pustaka di lantai IV Pusat Perdagangan Senen, selalu ramai dikunjungi anak-anak. Bacaan anak-anak yang ideal, kata Ny. Satiah Sajono pula, "ialah yang menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan isi cerita mengandung unsur edukatif, juga moral." Memang ada buku bacaan anak-anak kini yang memenuhi syarat itu, menurut ibu yang belum lama meraih doktor di IKIP Jakarta itu. Tapi "cerita yang memberikan kesan kok mulai berkurang." Ia membandingkannya dengan bacaan anak-anak yang kini boleh dikata menjadi klasik: Petualangan Tom Sawyer, Pondok Paman Tom, (keduanya terjemahan), Kawan Bergelut dan Si Jamin dan Si Johan. Tentang kurangnya kesan itu Arswendo Atmowiloto setuju. Pemimpin Redaksi majalah Hai itu juga menulis cerita anak-anak, dan baru saja jadi pemenang YBU untuk buku fiksi 1981 (lihat Buku). Telah ada Inpres buku bacaan anakanak sejak 1973. Ada segi positifnya, ada pula segi negatifnya. "Lantas bermunculan nama-nama yang tidak dikenal dengan tulisan yang tergolong kelas tiga. Dengan masuk Inpres, buku mereka dicetak banyak, dan mereka mendapat pula bak uang," kata Arswendo, penulis buku serial Keluarga Cemara, cerita anak-anaknya yang terbaik. Tapi Arswendo berpendapat buku Perjalanan Bersabaja karangan Soekanto S.A. sepantasnya terpilih oleh YBU. "Buku itu bagus sekali, benar-benar diolah untuk anak-anak dengan data yang benar," tambahnya. Bila kriterianya tidak hanya isi dan gaya cerita, tapi juga perwajahan buku, ia bisa mengerti. Gambar kulit, tipografi, bentuk buku sering diabaikan. Sementara itu ada penelitian perihal buku bacaan SD yang dilakukan IKIP Yogyakarta, Juli sampai November tahun lalu. Penelitian itu antara lain menjumpai banyak hal yang dimasukkan dalam bacaan anak-anak, untuk merangsang pembentukan pribadi mereka. Seperti nilai religius, sosial, dan nilai kasih sayang. Hanya mengambil sampel yang ada di perpustakaan delapan SD di Yogyakarta, kalangan IKIP itu memilih 20 buku yang terbanyak dibaca para Siswa. Beberapa hal yang disimpulkannya menarik. Misalnya, Drs. Suminto A. Sayuti, 26 tahun, seorang dosen yang ikut dalam penelitian tersebut menyayangkan "banyaknya titipan pesan yang ada dalam buku bacaan anak-anak sekarang." Maksudnya, buku-buku yang terlalu memberi petuah mana yang buruk, mana yang baik, mana yang patut dicontoh, mana yang tidak. "Itu akan mengurangi kreativitas anak-anak," katanya. Tentang itu Arswendo pun sependapat. Banyak hal yang bersifat pesan, katanya, "seperti cerita anak-anak yang sukses membentuk koperasi, tanpa susah payah, dan kemudian mendapat hadiah dari pak lurah", bisa dibaca dalam buku bacaan anak-anak kini. Cerita seperti itu memang jauh bedanya bila dibandingkan dengan bacaan yang kini digemari di Perpustakaan Anak-anak TIM. Buku yang digemari di situ antara lain serial Imung, Kiki dan Komplotannya dan beberapa buku terjemahan: seri Rumah Kecil karya Laura Ingals (yang difilmserikan untuk televisi dan pernah diputar TVRI) dan serial Lima Sekawan. Benar, dalam buku-buku yang digemari ini ditokohkan anak-anak yang lasak, cerdas, inovatif, suka berpetuaang, bisa membuat suasana kelas menjadi semarak. Yus Rusamsi, seorang direktur di PT Dunia Pustaka Jaya, juga pengarang cerita anak-anak, berkata: "Bacaan anak-anak yang ideal itu yang juga bisa dibaca orang dewasa. Seperti Tom Sawyer dan Pinokio." Dan siapa pun tahu tokoh Tom Sawyer suka menipu bibinya, suka mencuri kue dari lemari, suka membohongi teman-temannya. Tapi dialah jagoan yang bila bermain selalu menang, berani membela temannya yang tidak bersalah, penuh imajinasi dan sebetulnya cerdas. Cermin betapa anak-anak menyukai hal yang bebas, tidak penuh larangan ini-itu, diceritakan Sarwoko, Kepala SD Ungaran I, Yogyakarta. Dulu, ceritanya, siswa yang mau meminjamnya harus berhubungan dengan guru pembimbing. Tak seorang pun anak yang berminat meminjam. Sementara Sarwoko mengetahui di antara muridnya berlangsung pinjam-meminjam buku. Kemudian kepala sekolah itu membuat ruang perpustakaan. Para siswa dipersilakan mengambil buku sendiri. Ajaib, semua buku yang ada telah pernah dipinjam dan dibaca para siswa. "Jadi anak-anak itu tidak suka terhadap hal-hal yang formal," tuturnya. "Lihat saja sekarang, mereka lebih suka bersantai di lantai daripada duduk membaca di kursi." Minat baca anak-anak kini memang meningkat. Banyak bacaan yang bermutu berupa terjemahan. "Tentu lebih baik bila diimbangi dengan buku karangan pengarang kita sendiri," kata Suminto dosen IKIP Yogya itu. "Bukan mustahil bila tanpa imbangan itu, anak-anak cenderung mengabaikan lingkungan sendiri."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus