Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kasus polisi tembak siswa SMK terjadi Semarang, Jawa Tengah. Korban yang diketahui berinisial GRO merupakan siswa SMKN 4 Semarang yang tengah duduk di bangku kelas XI jurusan Teknik Mesin. Korban dinyatakan tewas usai mengalami luka tembak di bagian punggung. Meski sempat dirawat selama beberapa jam di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit dr Kariadi, namun nyawanya tak terselamatkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Beda Versi Kronologi Kejadian Polisi dan Masyarakat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kronologi kejadian bermula ketika seoarng polis berinisial RZ mendapati laporan adanya aksi tawuran pelajar di wilayah Simongan, Semarang Barat. Polisi berpangkat AIPDA tersebut berniat ingin melerai tawuran, sampai akhirnya menurut pengakuannya ia diserang oleh massa tawuran hingga melepaskan tembakan dua kali. Tembakan pertama mengenai punggung GRO dan tembakan kedua menyerempet tubuh dua orang berinisial AD dan SA yang kemudian dilarikan ke rumah sakit.
“Saat kedua kelompok gangster ini melakukan tawuran, kemudian muncul anggota polisi, dilakukan upaya untuk melerai, namun kemudian ternyata anggota polisi informasinya dilakukan penyerangan sehingga dilakukan tindakan tegas,” kata Komisaris Besar Kapolrestabes, Semarang Irwan Anwar pada Senin, 25 November 2024.
Selain kesaksian yang diberikan Kombes Irwan Anwar, melansir dari laman berita Krjogja mitra Teras.id, dan beberapa sumber lain mengatakan bahwa ketika kejadian penembakan, korban tengah berada di atas sepeda motor dan berboncengan bersama rekannya di sekitaran Klenteng Sam Po Kong, Semarang. Ketika itu kendaraan yang ditumpangi korban sempat bersenggolan dengan kendaraan milik seorang anggota polisi, dan sempat timbul cekcok. Dalam peristiwi tersebut, beakhir GRO tertembak di bagian pinggul, sementara temannya hanya mengalami luka di bagian tangan.
Disebutkan pula, insiden tersebut terjadi di malam hari, menjelang Minggu dini hari 24 November 2024. Situasi yang saat itu telah memanas menimbulkan cekcok antara korban dan oknum polisi. Tidak lama setelah kejadian korban mengalami luka parah dan dilarikan ke rumah sakit terdekat.
Atas kasus tersebut kini pihak kepolisian telah mengamankan oknum polisi berpangkat Aipda dengan inisial RZ yang diketahui telah melepaskan peluru yang menegnai korban. Polisi juga akan memeriksa 12 saksi di antaranya DP (15), AND (15), dan HRA (15), dan MPL (20).
Tak hanya pihak kepolisian Komisi Nasional Hak Asasi Manusia juga turut turun tangan dalam kasus penembakan yang menewaskan pelajar SMK di Semarang. Uli Parulian Sihombing, mengatakan pihaknya telah menurunkan tim untuk mengusut kasus dugaan penembakan siswa SMK Negeri 4 Semarang, Jawa Tengah, oleh polisi.
"Komnas HAM sudah menurunkan Tim Kerja Pemantauan dan Penyelidikan di Semarang sejak Kamis,” kata Uli saat dihubungi via pesan singkat di Jakarta, Jumat, 29 November 2024.
Uli mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan penyelidikan terhadap kasus ini, namun untuk saat ini penyelidikan masih dalam proses. Ia juga memastikan bahwa secepatnya hasil penyelidikan bakal disampaikan ke publik secara terbuka.
Polisi Lakukan Ekshumasi Jenazah GRO untuk Ungkap Penyebab Kematiannya
Untuk membantu proses penyidikkan plolisi juga telah melakukan ekshumasi terhadap jasad korban GRO yang sebelumnya telah dimakamkan di tempat pemakaman umum Desa Saradan, Kecamatan Karangmalang, Kota Sragen, Jawa Tengah.
Sebelumnya jasad GRO dimakamkan tanpa melalui proses autopsi. Untuk kepentingan penyidikan akhirnya pihak keluarga dan kepolisan menyetujui untuk membungkar kembali makam GRO agar menegtahui penyebab pasti kematiannya. Perwakilan keluarga korba, Ayah GRO berharap dengan dengan autopsi yang akan dilakukan keluarga dapat mengetahui kejelasan penyebab kematian putranya.
"Yang jelas kami akan meminta kepada penegak hukum untuk mengusut secara tuntas dari awal sampai akhir secara transparan, sehingga semua tahu, masyarakat tahu," katanya. "Siapa yang salah harus diberi sanksi sesuai dengan aturan hukum yang berlaku."
Proses ekshumasi berlangsung selama tiga jam yang dipimpin oleh Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Jawa Tengah, Komisaris Besar Agustinus. Agustinus berharap hasil ekshumasi pelajar yang menjadi korban penembakan oleh polisi tersebut dapat diselesaikan segera. "Besok hasilnya kita serahkan ke penyidik. Saya juga belum menerima laporan dari para dokter forensik yang terlibat," kata dia.
TIARA JUWITA |DANI ASWARA | DEDE LENI MARDIANTI