Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tak segurat cemas pun tampak di wajah Perdana Menteri Thailand Abhisit Vejjajiva. Tak kelihatan pula berderet pengawal berwajah sangar yang datang menyertainya ke Centara Grand, Bangkok, Selasa petang pekan lalu.
Setelah memberikan sambutan di acara Mega Fam Trip yang diadakan Tourism Authority of Thailand, dengan santai Abhisit melayani permintaan wartawan dan fotografer untuk berpose dengan berbagai gaya. Abhisit berusaha keras meyakinkan 390 agen perjalanan dan wartawan dari 22 negara, termasuk Tempo, bahwa Thailand sudah kembali menjadi "land of smiles" setelah November tahun lalu massa Aliansi Rakyat untuk Demokrasi (PAD) memblokade Bandara Suvarnabhumi dan Don Muang.
"Kami bekerja keras menciptakan stabilitas dan rekonsiliasi," kata Abhisit, 44 tahun. "Kami menjamin penutupan bandara tak akan terulang kembali." Menurut dia, kabinet Thailand sedang mempersiapkan peraturan untuk memastikan Bandara Suvarnabhumi tak tersentuh.
Padahal hari itu ribuan demonstran dari Front Persatuan Demokrasi Melawan Kediktatoran (UDD) mengepung kantornya. Natthawut Saikua, salah satu pemimpin Front Persatuan, mengatakan mereka menuntut empat hal: pengadilan bagi pemimpin Aliansi Rakyat, amendemen undang-undang, pencopotan Menteri Luar Negeri Kasit Piromya, dan pembekuan parlemen. "Kami punya cukup energi untuk bertahan hingga sebulan," ujar Natthawut.
Di mata Front Persatuan, pemerintah Abhisit dinilai lembek terhadap Aliansi Rakyat, yang bertanggung jawab atas penutupan Suvarnabhumi. Tak cuma lembek, Abhisit malah mengangkat Kasit, yang dianggap mendukung pendudukan Suvarnabhumi, sebagai pembantunya. Padahal blokade Suvarnabhumi dan Don Muang sempat membuat bisnis pariwisata, yang merupakan salah satu andalan ekonomi Thailand, lunglai.
Kursi perdana menteri yang diduduki Abhisit sejak 15 Desember lalu memang belum benar-benar "dingin". Barisan kaus merah, sebutan bagi Front Persatuan, yang dekat dengan mantan perdana menteri Thaksin Shinawatra, masih mempersoalkan legitimasi Abhisit. Partai Pheu Thai, penjelmaan partai Thaksin, Thai Rak Thai, juga terus menggoyang posisi Abhisit.
Beberapa pentolan Pheu Thai sedang bersiap meluncurkan serangan baru terhadap Abhisit. Mereka menuduh Abhisit menyembunyikan kekayaannya. Menurut Karom Polthaklang, anggota parlemen dari Pheu Thai, dalam laporan kekayaannya ke Komisi Nasional Antikorupsi pada Januari tahun lalu, Abhisit menulis punya dua mobil Honda: CRV dan Odyssey.
Dalam daftar kekayaan terbarunya setelah menjabat perdana menteri, Abhisit juga menyatakan punya dua mobil, yakni Honda CRV dan Mitsubishi Space Wagon. Honda Odyssey sudah hilang dari daftar. Penelusuran Karom ke Departemen Transportasi Darat juga tak menemukan jejak Odyssey. Dia menuduh Abhisit sengaja menyembunyikan Odyssey.
Yang disasar Pheu Thai bukan cuma Abhisit. Mereka juga mengincar istri dan orang tuanya. Pheu Thai menuding Pimpen Sakuntabhai, istri Abhisit, dan ibunya, Sodsai Vej-jajiva, memiliki saham di salah satu perusahaan. Hal ini terlarang berdasarkan konstitusi Negeri Gajah Putih tersebut.
Pheu Thai sudah mempersiapkan 40 pengacara untuk memperkuat tuduhan itu. Tiga tim panel dibentuk. Tim pertama bertugas mematangkan rencana pemakzulan Abhisit. Tim kedua menggalang mosi tak percaya di parlemen. Tim terakhir bertugas merancang strategi. Yang memimpin barisan pengacara dan tim panel ini adalah Chalerm Yoobamrung.
Attasit Vejjajiva, ayah Abhisit, tegas membantah tudingan Pheu Thai. Menurut dia, keluarganya tak memiliki selembar pun saham perusahaan. "Istri saya dan Pimpen sangat siap menghadapi investigasi ini," katanya. Abhisit sendiri mengingatkan kepatutan tindakan lawan politiknya. "Saya tak habis pikir mengapa mereka hendak mencecar ibu saya, seorang pensiunan pegawai negeri," katanya.
Kamis malam, setelah dua hari mengepung kantor perdana menteri, barisan kaus merah akhirnya bubar. Namun mereka berjanji akan kembali. Kali ini mereka tak akan lagi menuntut empat hal. Veera Musikhapong, salah satu pentolan Front Persatuan, mengatakan mereka memusatkan aksi untuk menggusur Abhisit.
Sapto Pradityo (Bangkok)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo