Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

140 Juta Tulip di Belanda Terbuang karena Virus Corona

140 juta bunga tulip Belanda terpaksa gagal panen, dibuang, atau dimusnahkan tahun ini karena dampak virus Corona.

15 April 2020 | 10.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Puluhan pengunjung melihat keindahan bunga yang bermekaran di taman musim semi de Keukenhof di Lisse, Belanda, 20 April 2018. De Keukenhof, yang dipenuhi tujuh juta tulip, daffodil, dan hyacinth, selalu dikunjungi jutaan wisatawan setiap tahunnya. AP

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - 140 juta bunga tulip Belanda terpaksa gagal panen atau dimusnahkan tahun ini karena dampak virus Corona.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Frank Uittenbogaard, seorang direktur JUB Holland, sebuah pertanian keluarga berusia 110 tahun di Noordwijkerhout, membuat keputusan sulit untuk menghancurkan batang tulipnya, 200.000 di antaranya, karena harga tulip jatuh sampai ke titik nol karena Corona.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Itu sangat menyakitkan," katany, seperti dikutip dari New York Times, 14 April 2020. "Ini sangat menyakitkan karena Anda mulai pada bulan Juli dengan menggali umbi dan Anda harus memberi bibit-bibit ini perawatan yang tepat untuk menanamnya pada bulan Oktober, dan kemudian memindahkannya ke rumah kaca. Kami memiliki tulip berkualitas sangat baik tahun ini."

Frank bukan satu-satunya petani yang harus membuang tulipnya yang berjumlah dengan total sekitar 400 juta bunga, termasuk 140 juta batang tulip, dihancurkan selama sebulan terakhir, menurut perkiraan Fred van Tol, manajer penjualan internasional untuk Royal FloraHolland, kerja sama bunga terbesar dan produsen tanaman di Belanda.

Permintaan tulip turun drastis ketika toko-toko bunga di seluruh dunia telah tutup karena wabah, konsumen yang hilang, dan perayaan telah dibatalkan karena pembatasan sosial.

"Virus ini menyerang kita tepat di tengah penjualan tulip," kata van Tol. "Secara total, selama empat minggu terakhir, omset masih 50 persen lebih rendah dari tahun lalu."

Pemandangan bunga yang bermekaran di taman musim semi de Keukenhof di Lisse, Belanda, 20 April 2018. De Keukenhof, memiliki taman seluas 32 hektar (80 hektar) yang dipenuhi tujuh juta tulip, daffodil, dan hyacinth. AP

Biasanya, periode dari Maret hingga Mei termasuk minggu di mana Hari Perempuan Internasional, selama Paskah dan Hari Ibu, adalah musim terkuat industri bunga Belanda. Industri tulip periode ini menarik 7 miliar euro atau Rp 120 triliun, dengan rata-rata US$ 30 juta (Rp 470 miliar) bunga terjual setiap hari. Para petani Tulip menjual dagangan mereka mulai bulan Maret, ketika bunga-bunga mulai mekar. Musim Tulip biasanya berlangsung sekitar delapan minggu.

Beberapa bagian industri telah terpukul lebih keras daripada yang lain karena wabah virus Corona, kata van Tol, tergantung pada pasar yang dilayani oleh produsen atau distributor, dengan kerugian dari sekitar 10 persen hingga sekitar 85 persen.

Belanda, yang telah mencatat lebih dari 24.400 kasus virus corona dan 2.643 kematian, telah menerapkan kebijakan sosial yang terbilang longgar untuk memerangi penyebaran virus tanpa melakukan lockdown penuh. Sekolah, restoran, bar, museum, fasilitas olahraga, dan pusat kebugaran ditutup hingga 28 April. Sebagian besar acara lebih dari 30 orang telah dilarang hingga 1 Juni.

Namun, toko kecil seperti toko bunga dan toko taman, dapat tetap buka selama pelanggan dan staf toko menjaga jarak sosial 1,5 meter untuk mencegah penyebaran virus Corona.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus