Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ribuan orang di Ibu Kota Port Louis, Mauritius, pada Sabtu, 29 Agustus 2020, melakukan aksi protes menuntut adanya investigasi atas musibah minyak tumpah dari sebuah kapal Jepang sehingga menyebabkan kematian pada setidaknya 40 ekor lumba-lumba. Lumba-lumba itu mati di area dekat tumpahan minyak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Para pecinta lingkungan hidup menyerukan ada investigasi pada lumba-lumba yang mati itu setelah kapal Jepang MV Wakashio menabrak sebuah karang. Kejadian ini telah membuat lambung kapal rusak dan kapal tersangkut di sebuah karang pada Juli 2020 lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seorang pria memeriksa kondisi bangkai lumba-lumba yang terdampar di pantai Grand Sable, Mauritius, 26 Agustus 2020. Sebelumnya, telah ditemukan 17 bangkai lumba-lumba yang diduga mati akibat tumpahan minyak tersebut. REUTERS/Beekash Roopun/L'Express Maurice
Dalam aksi protes Sabtu kemarin, ada seorang demonstran membawa gambar seekor lumba-lumba berlumuran minyak dengan keterangan tulisan ‘kehidupan kami penting’. Adapula demonstran yang menyerukan agar Pemerintah Mauritius mengundurkan diri. Bendera Mauritius melambai-lambai di sepanjang lapangan gereja cathedral St Louis.
“Kami tidak mempercayai pemerintah dan informasi yang diberikan soal pengelolaan tumpahan minyak,” kata Fabiola Monty, 33 tahun, ilmuwan lingkungan hidup Mauritius.
Pemerintah Mauritius sebelumnya mengatakan akan melakukan sejumlah otopsi pada lumba-lumba yang mati dan mengirimkan sebuah komisi untuk meninjau tumpahan minyak yang mencemari laut itu. Dua investigasi sekarang sedang dilakukan, yakni investigasi pada awak kapal yang seharusnya bertanggung jawab dan investigasi pada seorang pejabat senior di Kementerian Pengiriman Mauritius untuk mencari tahu apa yang terjadi pada kapal MV Wakashio.
Mauritius adalah sebuah negara yang terletak di Benua Afrika.
Kelompok pecinta lingkungan hidup di Mauritius, Eco-Sud, yang ikut unjuk rasa pada Sabtu kemarin, dalam pernyataan menyebut perwakilan dari masyarakat sipil harusnya hadir saat otopsi lumba-lumba yang mati tersebut setelah otopsi tahap pertama tidak menemukan jejak minyak pada lumba-lumba yang ditemukan mati. Eco-Sud menyerukan agar ada second opinion dari ilmuwan independen.
Sumber: https://www.reuters.com/article/us-mauritius-environment-protests/thousands-protest-in-mauritius-over-dead-dolphins-demand-resignations-idUSKBN25P0G8