Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok bersenjata Lebanon, Hizbullah, pada Ahad malam mengumumkan bahwa pemakaman mantan pemimpinnya, Hassan Nasrallah, yang tewas dalam serangan Israel tahun lalu, akan berlangsung pada 23 Februari 2025 di Beirut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam pernyataan yang disiarkan televisi, Sekretaris Jenderal Naeem Qassem mengatakan Nasrallah "menjadi syahid pada saat kondisi sulit, dan tidak ada kemungkinan untuk pemakaman."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Nasrallah dimakamkan sementara (karena kondisi keamanan), dan kami kini memutuskan untuk mengadakan pemakaman umum pada 23 Februari,” ujar Qassem seperti dilansir Anadolu.
Qassem mengatakan pemakaman juga akan diadakan untuk Sayyid Hashem Safieddine, pejabat senior Hizbullah lainnya yang tewas dalam serangan udara Israel, hampir sepekan setelah pembunuhan Nasrallah.
Dia mengatakan Safieddine akan dimakamkan dengan gelar Sekretaris Jenderal, menegaskan untuk pertama kalinya bahwa dia terpilih sebagai penerus Nasrallah sebelum dibunuh.
“Sayyid Hashem Safieddine menjabat sekretaris jenderal Hizbullah, karena empat hari setelah pembunuhan Nasrallah, kami memilih Hashem sebagai sekretaris jenderal, dan kami menganggapnya syahid dalam kapasitas tersebut,” kata Qassem.
Pemimpin Hizbullah mengatakan Nasrallah akan dimakamkan di pinggiran Beirut “di sebidang tanah di jalan bandara”. Sementara Safieddine akan dimakamkan di kampung halamannya di Deir Qanoun di Lebanon selatan.
Nasrallah dibunuh oleh Israel pada 27 September 2024 dalam serangkaian serangan udara di pinggiran selatan Beirut. Safieddine menjadi sasaran Israel pada 3 Oktober 2024.
Israel dijadwalkan menyelesaikan penarikan tentaranya dari Lebanon pada 26 Januari 2025 berdasarkan perjanjian gencatan senjata, namun Israel menolak dan tenggat waktu diperpanjang hingga 18 Februari 2025.
Gencatan senjata tersebut mengakhiri baku tembak antara Israel dan Hizbullah yang dimulai pada Oktober 2023 setelah genosida di Jalur Gaza dimulai, dan meningkat menjadi konflik skala penuh pada September 2024.
Pertempuran selama lebih dari setahun telah menewaskan lebih dari 4.000 orang di Lebanon dan melukai banyak lainnya.