Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Rabu, 18 Februari 2025, mengecam Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memperingatkan Zelensky agar mau pindah orientasi dari pertempuran ke upaya mencari sumber perdamaian. Sebab jika tidak, Zelenksy berpotensi kehilangan negaranya, berpeluang semakin dalamnya perseteruan antara Zelensky dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari Reuters, peringatan Trump itu disampaikan setelah sebelumnya Trump mengklaim Ukraina sebagai pihak yang harus disalahkan atas meletupnya perang Ukraina pada 2022. Sikap Trump tersebut telah membuat waswas sekutu-sekutu Amerika Serikat di Eropa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Trump ingin mengakhiri perang Ukraina. Upaya yang dilakukan Trump saat ini disebut sekutunya di Eropa hanya menguntungkan Moskow. Kurang dari sebulan sejak menduduki jabatan sebagai presiden, Trump telah mengubah kebijakan Amerika Serikat terhadap perang Ukraina dengan cara mengakhiri kampanye mengisolasi Rusia.
Sebelumnya dalam pertemuan dengan para investor dan pejabat eksekutif di Miami, Trump kembali menyebut Zelensky sebagai diktator, yang ingin memperpanjang perang agar bantuan perang dari Amerika Serikat terus berjalan. Zelensky sudah lima tahun memimpin Ukraina, di mana jabatannya seharusnya berakhir pada 2024. Hanya saja, pemilu belum bisa dilaksanakan karena Ukraina dalam status berperang.
“Seorang diktator tanpa pemilu. Zelensky lebih baik bergerak cepat jika dia tidak mau kehilangan negaranya,” kata Trump.
Menjawab ucapan Trump itu, Menteri Luar Negeri Ukraina Andrii Sybiha mengatakan tidak boleh ada pihak yang dipaksa menyerahkan negaranya. Ukraina akan mempertahankan hak-haknya untuk hidup.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky secara konsisten menuntut keanggotaan NATO sebagai satu-satunya cara untuk menjamin kedaulatan dan kemerdekaan Kyiv dari tetangganya yang bersenjata nuklir.
Juru bicara AS Bruce mengatakan dalam sebuah pernyataan "Presiden Trump ingin menghentikan pembunuhan; Amerika Serikat menginginkan perdamaian dan menggunakan kekuatannya di dunia untuk menyatukan negara-negara. Presiden Trump adalah satu-satunya pemimpin di dunia yang dapat membuat Ukraina dan Rusia menyetujui hal itu."