Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Kamis, 16 Januari 2025, menyatakan bahwa "krisis di menit-menit terakhir" dengan Hamas telah menunda persetujuan gencatan senjata Gaza yang sangat dinanti-nantikan untuk menghentikan pertempuran di Jalur Gaza dan membebaskan puluhan tawanan, Al Mayadeen melaporkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kantor Netanyahu menyatakan bahwa Kabinet Israel tidak akan bersidang untuk menyetujui perjanjian tersebut sampai Hamas mencabut tuntutan-tuntutan yang diajukan baru-baru ini. Pemerintah Israel menuduh Hamas mengingkari aspek-aspek tertentu dari kesepakatan tersebut untuk mendapatkan konsesi lebih lanjut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada saat yang sama, serangan udara Israel terus menghancurkan wilayah tersebut, menewaskan puluhan orang.
Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan pada Kamis, 16 Januari 2025, bahwa serangan Israel telah menewaskan sedikitnya 77 orang sejak kesepakatan gencatan senjata diumumkan. Para pejabat kementerian mencatat bahwa angka ini hanya mencakup korban yang dibawa ke dua rumah sakit di Kota Gaza dan memperingatkan bahwa jumlah korban yang sebenarnya mungkin lebih tinggi.
"Kemarin adalah hari yang berdarah, dan hari ini lebih berdarah lagi," kata Zaher al-Wahedi, kepala departemen registrasi kementerian.
Tekanan internal
Hal ini terjadi ketika Netanyahu menghadapi tekanan internal yang meningkat sehubungan dengan kesepakatan gencatan senjata. Kelompok sayap kanan Israel telah mengecam kesepakatan gencatan senjata Gaza yang telah disepakati antara Israel dan Hamas. Ia bralasan bahwa perang harus terus berlanjut, di tengah kekhawatiran bahwa mereka dapat menggagalkan gencatan senjata tersebut, The New Arab melaporkan.
Menteri Keuangan Ekstremis Bezalel Smotrich kembali menyerukan agar Israel melanjutkan operasi militernya di Gaza pada Rabu, dengan menggambarkan kesepakatan gencatan senjata sebagai sebuah "penyerahan diri" kepada Hamas.
Netanyahu saat ini sedang berusaha membujuk Smotrich untuk tidak keluar dari pemerintahan jika kesepakatan gencatan senjata tercapai, menurut laporan media Israel.
Smotrich, yang juga kepala partai Zionisme Agama, mengatakan pada Minggu bahwa partainya "tidak akan menjadi bagian dari" kesepakatan yang ia sebut sebagai "bencana bagi keamanan nasional Israel".
Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Itamar Ben-Gvir meminta Smotrich untuk keluar dari pemerintahan jika kesepakatan tercapai.
Para anggota Otzma Yehudit, Zionisme Religius dan partai Likud pimpinan Netanyahu juga menandatangani sebuah surat yang menolak kesepakatan apa pun yang tidak menyertakan pembebasan semua tawanan sekaligus, bukan secara bertahap.
Terlepas dari reaksi keras dari sayap kanan, pemerintah masih memiliki mayoritas untuk menyetujui kesepakatan tersebut bahkan jika Ben-Gvir dan Smotrich mengundurkan diri.
Smotrich juga telah menggariskan daftar tuntutan dari Netanyahu, termasuk bersikeras bahwa tidak ada perubahan pada tujuan perang pemerintah untuk membawa para tawanan kembali ke Israel dan "menghancurkan Hamas".
Menurut media Israel, Netanyahu telah mengatakan kepada Smotrich bahwa dia ditekan untuk menerima kesepakatan karena Israel tidak boleh melewatkan kesempatan yang kemungkinan besar akan datang dari pemerintahan Trump yang akan datang, yang dia perkirakan akan lebih mendukung Israel.
Dia juga dikabarkan menambahkan bahwa tidak jelas apakah akan ada kesempatan lain untuk kesepakatan pertukaran tawanan jika tidak diselesaikan sekarang.
Namun, pihak-pihak lain dalam koalisi mendukung kesepakatan gencatan senjata, termasuk faksi Agudat Yisrael yang merupakan bagian dari partai Yudaisme Taurat Bersatu yang ultra-Ortodoks. Mereka meminta pemerintah untuk "bertindak tegas dan cepat, tanpa melibatkan pertimbangan politik atau kepentingan lainnya".
Menenangkan sayap kanan
Netanyahu telah berusaha untuk menenangkan kelompok sayap kanan dengan reaksi keras dari para menteri ekstremis yang mungkin akan menggagalkan kesepakatan tersebut.
Lembaga penyiaran publik Kan Israel mengatakan Netanyahu menawarkan "proposal" yang menguntungkan bagi Smotrich sebagai tanggapan, termasuk mengizinkan pembangunan pemukiman di Tepi Barat yang diduduki dan meningkatkan keamanan di sepanjang wilayah yang berbatasan dengan Israel.
Tawaran tersebut juga mencakup Smotrich dan Ben-Gvir yang diizinkan untuk mengklaim kredit atas langkah tersebut.
Israel bersiap untuk menerima tawanan
Sementara itu, Netanyahu bertemu dengan keluarga para sandera, menegaskan kepada mereka bahwa ketika Trump mulai menjabat pada 20 Januari, "aturan-aturan yang ada akan berubah secara fundamental" dan "untuk setiap pelanggaran gencatan senjata akan ada tanggapan yang keras dan kuat yang belum kita lihat".
Beberapa keluarga menyatakan kekhawatiran mereka bahwa gencatan senjata tidak akan bertahan atau masuk ke tahap kedua, dan 65 tawanan akan tetap berada di Gaza.
Namun, Israel telah mempersiapkan pembebasan para tawanan ketika gencatan senjata diumumkan, dengan rumah sakit-rumah sakit dilaporkan dalam keadaan siaga dalam beberapa hari mendatang untuk mengantisipasi penerimaan para tawanan.
Menurut kementerian kesehatan Israel, para tawanan akan diterima di rumah sakit Sheba, Ichilov, Beilinson, Shamir dan Soroka di mana mereka akan dirawat dan diisolasi untuk waktu yang singkat.
Otoritas Penjara Israel juga mengatakan bahwa mereka sedang membuat rencana tentang bagaimana mengangkut tahanan Palestina yang akan dibebaskan sebagai bagian dari kesepakatan.
Laporan-laporan mengindikasikan bahwa bus-bus yang mengangkut mereka akan mencegah para tahanan mengulurkan tangan mereka ke luar jendela untuk menghindari gerakan kemenangan di depan kamera.
Jendela-jendela kemungkinan besar akan digelapkan dan bus-bus tersebut akan berada di tengah-tengah konvoi unit khusus dan tim keamanan.