Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Humaika Dan Yang Tidur

Suatu badan yang bertujuan menyantuni orang tahanan, terbentuk di Jakarta diberi nama yayasan humaika, bertujuan untuk kemanusiaan, bukan politis. (nas)

16 Desember 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ORANG-orang bermata nanap memandang ke luar, merindukan cahaya, udara, suara anak, isteri dan keluarga. Sementara Di Luar orang-orang sibuk dalam kehidupan harian/Kemudian capek lantas tertidur. Itu cuwilan dari karya penyair Taufiq Ismail, Rasa Santun Yang Tidur yang dimuat beberapa koran Jakarta akhir pekan lalu dalam rangka Hari Kemanusiaan Sedunia 10 Desember. "Saya menulis puisi itu karena rasa malu. Malu pada diri sendiri. Karena saya merasa selama ini tidak pernah berbuat apa-apa untuk mereka yang ditahan," kata Taufiq. Sajak itu menggambarkan masyarakat yang terlupa memikirkan nasib mereka yang mendekam di tahanan. Masyarakat yang "rasa santunnya tertidur." Agaknya supaya tidak semuanya tertidur, Oktober lalu di Jakarta terbentuk Himpunan Masyarakat Indonesia untuk Kemanusiaan. Beberapa pemrakarsanya antara lain Ali Sadikin, Ny. SK Trimurti, Ny. A. Yani, Adnan Buyung Nasution, Ny. Yos Soedarso, P. Swantoro Adi Sasono, Baby Huwae, Indra K. Budenani, Rendra dan Dipo Alam. "Lembaga kemanusiaan seperti panti asuhan yatim piatu, tuna netra dan sebagainya cukup banyak. Tapi hampir tidak pernah ditemukan lembaga yang memperhatikan mereka yang terkena musibah dikucilkan dari masyarakat ramai. Yang bermaksud menyantuni mereka yang ditahan itu. Untuk itulah kita membentuk Yayasan Humaika," kata Indra K. Budenani, bekas ketua DM UI, yang pernah punya pengalaman ditahan. Bukan Politis Pengurus yayasan belum ada. Rencananya yayasan akan diresmikan 10 Desember lalu, tapi ditunda. Kegiatan sudah dimulai sejak Oktober. Mula-mula dalam rangka Idul Adha. Melalui telepon sana-sini berhasil dikumpulkan 27 kambing untuk para tahanan. Juga 300 bingkisan berisi keperluan sehari-hari serta majalah bekas. Ini dibagikan pada para tahanan, antara lain yang di LP Gang Tengah, Nirbaya dan "Kampung Kuning". "Bantuan itu semata-mata bersifat meringankan beban penderitaan tanpa disertai usaha mencari salah benarnya penahanan atau membebaskannya melalui upaya politik atau pendapat umum," kata Adi Sasono, Direktur Lembaga Studi Pembangunan yang sementara memimpin himpunan ini. Dengan lain kata himpunan ini bukan politis tapi kemanusiaan. Soal yayasan yang belum diresmikan, menurut Adi Sasono, "bisa dlselesaikan dengan akte notaris dalam '5 menit' Tapi yang dianggap lebih penting adalah dukungan masyarakat. Menurut Humaika, upaya penyantunan kemanusiaan sebagai perwujudan Pancasila, di samping dilakukan pemerintah, dapat dan selayaknya juga dilakukan masyarakat. Karena itu himpunan ini berusaha menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran terhadap masalah kemanusiaan. Juga melakukan penyantunan kemanusiaan pada mereka yang memerlukan, termasuk para tahanan dan keluarganya, tanpa membedakan agama, keturunan, ras, keyakinan politik maupun latar belakang sosial budaya. Tahap pertama yang menjadi sasaran Humaika: para tahanan. Menyusul kemudian para gelandangan dan kelompok lain yang terlewat dari perhatian umum. Minat pada himpunan ini tampaknva cukup besar. Anggotanya sudah mendekati 100 orang, belum termasuk peminat dan penyumbang tetap. Ditundanya peresmian yayasan ini agaknya menunggu tanggapan masyarakat dan juga penguasa. Rupanya ini dilakukan untuk menghindari "kecurigaan". "Yang jelas yayasan kami bukan untuk tujuan politis," Adi Sasono menegaskan lagi. Sepotong puisi mencoba menepuk bahu / Orang-orang / Lambat-lambat / Mudah-mudahanlah ingat / Pada mereka yang memandang ke luar / Dengan mata nanap itu. Begitulah sajak Taufiq Ismail, yang pemuatannya di beberapa koran disponsori oleh Humaika.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus