Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Thailand adalah satu-satunya negara di ASEAN yang tidak pernah dijajah oleh bangsa asing. Fakta ini membuat Thailand unik di antara negara-negara Asia Tenggara lainnya, termasuk Indonesia yang pernah mengalami penjajahan oleh kekuatan kolonial seperti Inggris, Prancis, Belanda, dan Spanyol.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu alasan Thailand tidak pernah dijajah adalah karena kecerdasan diplomasi para rajanya. Tapi selain itu, masih ada banyak faktor lain yang membuat Thailand tidak dijajah.
Alasan Thailand Tidak Pernah Dijajah
Thailand merupakan satu-satunya negara di Asia Selatan dan Asia Tenggara yang terhindar dari penjajahan selama abad ke-19.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melansir School Tube, berikut penjelasan kenapa Thailand bisa mempertahankan kedaulatannya dan menghindari penjajahan saat negara tetangganya jatuh ke tangan bangsa asing.
1. Diplomasi Cerdas Raja-Raja Thailand
Salah satu faktor utama yang membuat Thailand berhasil menghindari penjajahan adalah kecerdasan diplomasi para rajanya, terutama Raja Mongkut (Rama IV) dan Raja Chulalongkorn (Rama V).
Kedua raja ini sangat menyadari ancaman dari negara-negara Barat dan memutuskan untuk beradaptasi dengan situasi tersebut.
Mereka memperkenalkan reformasi internal yang bertujuan untuk memodernisasi negara, baik dalam hal militer, ekonomi, maupun sistem pendidikan, yang membuat Thailand terlihat sebagai negara yang "modern" di mata kekuatan kolonial.
Selain itu, salah satu strategi yang diterapkan adalah dengan menggunakan sistem politik Mandala.
Sistem ini tampak seperti penghormatan kepada penguasa Eropa, seolah-olah mengakui kekuasaan mereka, namun pada kenyataannya, Raja Chulalongkorn tetap berhasil menjaga kedaulatan Thailand.
2. Letak yang Strategis
Thailand terletak di jantung Asia Tenggara Posisi geografis Thailand yang berada di antara wilayah jajahan Inggris dan Prancis juga memberikan keuntungan strategis.
Kedua kekuatan kolonial ini sebenarnya memiliki kepentingan yang bertentangan di wilayah Asia Tenggara. Inggris lebih fokus pada Burma dan Malaya, sementara Prancis berusaha menguasai Indochina.
Thailand berhasil memainkan peran sebagai negara penyangga (buffer state) antara kedua kekuatan ini melalui serangkaian perjanjian.
Keberhasilan diplomasi ini bisa dilihat dari Perjanjian Anglo-Siam pada tahun 1909, di mana Inggris mengakui kedaulatan Thailand di sebagian besar wilayahnya, dengan imbalan pengakuan atas pengaruh Inggris di Malaya.
3. Kekuatan Militer
Kekuatan militer Thailand berperan sebagai penghalang bagi calon penjajah yang enggan menghadapi perlawanan yang kuat.
Meskipun tentara Siam tidak semodern pasukan Eropa, mereka tetap mampu melindungi negara dari serangan kolonial. Dibandingkan negara-negara tetangganya, Thailand memiliki kekuatan militer yang relatif lebih unggul.
4. Peran Sistem Tributari
Walaupun Thailand tidak pernah menjadi koloni, negara ini tetap menjalankan hubungan upeti dengan Cina selama berabad-abad. Dalam sistem ini, Thailand memberikan upeti kepada kaisar Cina sebagai bentuk pengakuan kekuasaan Cina.
Di sisi lain, sebagai imbalannya, Thailand mendapatkan perlindungan dan pengakuan diplomatik. Sistem yang tampak seperti penyerahan diri ini justru memungkinkan Thailand untuk mempertahankan kemerdekaannya dan menghindari konflik langsung dengan Cina.
5. Kesatuan Internal
Persatuan masyarakat Thailand juga menjadi faktor penting dalam upayanya melawan dominasi asing. Di bawah kepemimpinan monarki yang kuat, rakyat Siam bersatu menolak penjajahan.
Keseragaman budaya dan agama memperkuat identitas nasional, membuat penjajah sulit untuk memecah belah dan menaklukkan negara tersebut.