MULAI 10 Febuari nanti, pesawat terbang AU Amerika Serikat akan memulai tugas mulianya mengirimkan bantuan ke Persemakmuran. Direncanakan 54 misi kemanusiaan akan diterbangkan dalam jangka waktu dua tahun. Menteri Luar Negeri Amerika, James Baker, menamakan misi itu Operasi Harapan. Itulah hasil kesepakatan 47 negara yang bersidang di Washington, membahas bantuan bagi bekas Uni Soviet. Dalam sidang dua hari yang berakhir Kamis pekan lalu itu, disepakati untuk menyuntik dana bantuan plus sejumlah pinjaman lunak pada Persemakmuran yang nilai seluruhnya lebih dari US$ 2 milyar. Presiden Boris Yeltsin, dalam suratnya yang dibacakan oleh James Baker, meminta agar sidang menghilangkan anggapan bahwa bantuan pangan dan obat-obatan akan terjual di pasar gelap. "Rusia menjamin bantuan itu akan dibagikan secara adil," tulisnya. Amerika menjadi negara donor terbesar. Bila Kongres setuju sepenuhnya, total bantuan AS pada Persemakmuran adalah US$ 5 milyar. Sejak Desember 1991, Persemakmuran telah menerima sumbangan sebesar US$ 1,8 milyar, antara lain berupa 250 ribu ton bahan makanan dari 60 negara. Bantuan itu, menurut Wakil Perdana Menteri Rusia, Gennadi Burbulis, hanya sama dengan kebutuhan sehari 300 juta rakyat bekas Soviet. Jadi, tampaknya keputusan 47 negara itu tentunya masih jauh dari yang dibutuhkan oleh Rusia saja. Dalam rincian yang dibuat oleh Gennadi Burbulis, Rusia masih membutuhkan dana US$ 3 milyar untuk menutup utang luar negerinya US$ 12 milyar lagi untuk menutup neraca pembayaran eksporimpornya guna menjamin kebutuhan pokok tetap tersedia di toko-toko, dan pabrik-pabrik tetap jalan. Dan untuk menstabilkan nilai mata uang rubel, Rusia membutuhkan suntikan dana US$ 7 milyar. Yang paling mendesak tampaknya dana US$ 6 milyar untuk kesehatan. Sedikitnya 1,5 juta jiwa melayang tahun ini karena kurangnya obat-obatan dan perlengkapan rumah sakit. Total, yang dibutuhkan hampir US$ 30 milyar. Para perunding Rusia mencoba meyakinkan negara-negara donor, bantuan itu sangat diperlukan bukan hanya karena ekonomi, juga politik. Agar pemerintahan Persemakmuran yang demokratis kini, begitu setidaknya niatnya, mampu menangkal kelompok oposisi di jalan-jalan, di parlemen, serta di dalam tubuh militer. Namun, alasan itu dianggap berlebihan. "Semuanya bergantung sepenuhnya pada orang-orang Rusia sendiri," tulis majalah The Economist. Bila negara-negara donor masih belum cukup membantu Persemakmuran, sebenarnya lembaga internasional seperti Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia bisa saja memobilisasi dana dari beberapa bank dan pengusaha multiinternasional agar memberikan pinjaman atau melakukan investasi untuk Persemakuran. Soal keanggotaan Rusia dalam Dana Moneter Internasional bisa diurus dalam beberapa bulan saja. Yang dikhawatirkan adalah bila Dana Moneter Internasional memberi pinjaman lebih besar daripada porsi sebenarnya karena, misalnya, tekanan politis. Ini tak akan efisien buat Rusia karena harus mengembalikan utang yang sebagiannya tak diperlukan. Apalagi mengingat inflasi rubel kini tak terkendali karena bank sentral terus mencetak uang, pembayaran kembali utang dalam dolar akan sangat memberatkan. Menurut The Economist, masalahnya bersumber pada satu hal: selama ini belum jelas berapa pendapatan nasional Rusia sebenarnya. DP
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini