Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Bawa Isu Laut Cina Selatan ke Indonesia, PM Jepang Berupaya Hindari Kata Cina

Perdana Menteri Jepang, Yoshihide Suga, menekankan stabilitas dan perdamaian di Laut Cina Selatan sebagai salah satu fokus kunjungannya ke Indonesia.

21 Oktober 2020 | 12.00 WIB

Presiden Joko Widodo menyambut kedatangan Perdana Menteri baru Jepang, Yoshihide Suga, di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa, 20 Oktober 2020. Foto: Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden
Perbesar
Presiden Joko Widodo menyambut kedatangan Perdana Menteri baru Jepang, Yoshihide Suga, di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa, 20 Oktober 2020. Foto: Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Jepang, Yoshihide Suga, menekankan stabilitas dan perdamaian di Laut Cina Selatan sebagai salah satu fokus kunjungannya ke Indonesia. Hal tersebut untuk merespon ketegangan di Laut Cina Selatan antara Cina dengan negara-negara tetangganya, termasuk Indonesia.

Uniknya, dalam memaparkan situasi di Laut Cina Selatan, Yoshihide Suga berupaya menghindari kata "Cina". Dalam penjelasannya, ia kerap tidak menyebutkan dengan siapa negara-negara Asia Tenggara berkonflik di Laut Cina Selatan.

"Kami tidak ingin ada tekanan di sana (Laut Cina Selatan). Kami tetap menegakkan supremasi hukum dan jangan sampai ada intimidasi di Laut Cina Selatan," ujar Yoshihide Suga, dalam jumpa persnya di Jakarta, Rabu, 21 Februari 2020.

Yoshihide Suga melanjutkan bahwa stabilitas di Laut Cina Selatan menjadi salah satu fokusnya karena hal itu sejalan dengan visi Jepang di kawasan Info-Pasifik. Jepang, menginginkan kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka alias FOIP (Free and Open Indo-Pacific). Laut Cina Selatan adalah bagian dari kawasan tersebut.

Kebetulan Indonesia, kata Yoshihide Suga, juga memiliki visi serupa. Ia mengatakan, hal itu terlihat dalam ASEAN Outlook on the Indo-Pacific yang digagas Indonesia. Dalam outlook yang dipaparkan tahun lalu tersebut, Indonesia juga menekankan pentingnya kawasan Info-Pasifik bebas dari upaya diskriminasi, intimidasi, serta tindakan sepihak yang berpotensi mengganggu kestabilan di sana.

"Kami ingin mengembangkan kerjasama yang lebih erat dengan Indonesia (untuk menjaga kawasan Indo-Pasifik). Kami ingin mengembangkan kerjasama pertahanan, transfer teknologi, hingga penguatan sumber daya manusia," ujar Yoshihide Suga menegaskan, masih tidak menyebut nama Cina.

Apa yang disampaikan Yoshihide Suga di Indonesia juga ia sampaikan dalam kunjungan sebelumnya ke Vietnam. Di sana, ia menyampaikan dukungan Jepang terhadap kawasan Indo-Pasifik yang taat hukum, terbuka, bebas, transparan, dan inklusif.

Nama Cina pun tidak disebut Yoshide Suga, sama seperti di Indonesia. Ia hanya menyinggungnya secara implisit. "Sayangnya, di kawasan (Indo-Pasifik) ini, ada perkembangan yang menentang hukum dan keterbukaan yang didukung oleh ASEAN Outlook, tepatnya di laut CIna Selatan," ujar Yoshihide Suga.

Cina, sepanjang tahun ini, memang agresif di kawasan Laut Cina Selatan yang mereka sebut sebagai Nine Dash Line. Selain memperkuat dua pulau buatan di Paracel dan Spratly dengan kekuatan militer, mereka juga aktif mengintimidasi kapal-kapal negara ASEAN. Beberapa yang menjadi sorotan adalah mengganggu pengeboran lepas laut West Capella di Malaysia serta meneggelamkan kapal Vietnam di Paracel.

ISTMAN MP | JAPANTIMES

https://www.japantimes.co.jp/opinion/2020/10/20/commentary/japan-commentary/yoshihide-suga-vietnam-china/

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus