Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Bercerai secara beradab

Ceko-slovakia memberikan contoh bagaimana berpisah secara baik-baik, tanpa letusan senjata, sebagaimana matinya komunisme di negeri ini lewat revolusi beludru. tapi benarkah ini aman dari konflik?

2 Januari 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

CEKO-SLOVAKIA adalah sebuah perkecualian. Di tengah konflik regional yang menyebar, persis 1 Januari 1993, federasi itu bercerai dengan damai. ''Bercerai secara beradab,'' kata orang Ceko. Memang ada perundingan alot sejak Juni 1992 tentang perceraian itu. Tapi itu memang ''perundingan beradab'': berjalan di depan meja, adu argumentasi, bukan adu kepalan dan senjata. Langkah kesepakatan kedua pihak memang agak mencengangkan. Soal aset nasional, misalnya, disepakati Republik Slovakia mendapat sepertiga harta bergerak dari Federasi Ceko- Slovakia, Republik Ceko dua pertiganya. Dasar kesepakatan itu adalah rasio penduduk: 10,4 juta orang Ceko dan 5,3 juta orang Slovakia, dibulatkan menjadi 2:1. Soal harta tak bergerak, diputuskan dasar pembagiannya adalah soal letak. Misalnya, sebuah pabrik milik federal yang berada di wilayah Ceko otomatis menjadi milik pemerintah Ceko. Kesepakatan yang paling berani adalah soal kewarganegaraan dan tempat tinggal. Dua hal ini diserahkan pada setiap individu. Tampaknya kedua etnis sudah bisa mengatasi masalah etnis dan agama. Mungkin karena perkawinan campuran antara etnis Ceko dan Slovakia sudah sedemikian meluasnya di bekas negara komunis itu. Istri Perdana Menteri Ceko Vaclav Klaus sendiri, misalnya, berasal Slovakia. Lebih dari 8.650 dari 136.000 anggota militer federal adalah orang Slovakia yang beristrikan orang Ceko. Sebagian besar perwira itu memilih ''kebangsaan'' istrinya. Kesepakatan itu bisa dicapai karena masing-masing bersedia mengesampingkan soal-soal ''kecil''. Misalnya, soal permintaan Slovakia agar diberi 7,5 ton cadangan emas federal sebelum dibagi secara adil sesuai dengan kesepakatan. Alasannya, pihak Slovakia merasa telah mengumpulkan emas itu di masa Perang Dunia II. Pihak Ceko menolak, dan tetap mengklaim kekayaan itu sebagai harta federal. Untuk sementara, Slovakia menangguhkan tuntutannya. Jadi? Bila nanti kedua negara baru itu sama-sama makmur, bibit konflik yang kini dianggap ''kecil'' dan dikesampingkan itu mungkin akan dilupakan. Tapi bila salah satu negara mengalami kemerosotan ekonomi, bukannya tak mungkin tuntutan lama diangkat ke permukaan lagi, misalnya soal emas itu. Dan api yang kecil itu bisa saja menjadi besar. Slovakia punya banyak pabrik senjata, dan lazimnya pihak yang menuntut dan merasa punya kekuatan cenderung memilih jalan kekerasan. Yang tampak sekarang Republik Slovakia relatif lebih miskin daripada Ceko. Baik dalam kekayaan, tenaga terampil, dan infrastruktur. Ini ditambah dengan dampak diberlakukannya pasar bebas di Ceko-Slovakia sejak dua tahun silam: pengangguran di Slovakia membengkak mencapai 12%. Di Ceko angka itu cuma sekitar 4%. Yang terbayangkan kemudian, perkembangan ekonomi Slovakia tersendat-sendat. Sebenarnya Perdana Menteri Slovakia Vladimir Meciar, tokoh yang memotori pemisahan Slovakia, sudah mengusulkan dibentuknya semacam ''konfederasi'' dengan Ceko Juli silam. Usul ini langsung ditampik oleh Perdana Menteri Ceko Vaclav Klaus. Maka Meciar diolok-olok bahwa ia menginginkan kemerdekaan Slovakia dan sementara itu tetap ingin aman ''bergantung'' pada Ceko. Selain itu Slovakia menyimpan juga bibit konflik etnis. Bukan dengan orang Ceko, tapi Hungaria. Di sini berdiam 600.000 minoritas Hungaria. Kelompok minoritas ini diduga bakal makin meningkatkan tuntutan hak pemerintahan otonomi. Atau, ini yang lebih buruk, Etnis Hungaria itu menginginkan sebuah negara berdaulat. Pemerintah Hungaria sudah menyatakan bakal mendukung, baik dukungan ekonomi maupun militer, apa pun langkah yang diambil etnis Hungaria di Slovakia. Dampak konflik etnis ini tentu tak terbatas pada sosial-politik, tapi juga ekonomi. Gambaran buruk tentang Ceko dan Slovakia itu memang bisa berkurang bila saja nanti Masyarakat Eropa punya wibawa besar di benua ini. Misalnya saja, Masyarakat Eropa mampu menyediakan dana, bukan saja untuk anggotanya tapi juga negara-negara bekas Eropa Timur. Masalahnya, Masyarakat Eropa sendiri masih disangsikan, bisakah ekonominya berkembang, mengingat ke-12 negara anggotanya sedang sibuk mengantisipasi soal pasar tunggal, dan diramalkan di tahun-tahun pertama mereka akan hanya memperhatikan soal-soal dalam negeri. Lebih repot bagi Slovakia, AS pun tampaknya tak begitu simpatik pada negeri ini, karena kegiatan penjualan senjatanya ke Dunia Ketiga. Apalagi nanti Bill Clinton yang memegang kemudi di AS, yang diduga bakal bersikap keras terhadap negara yang dinilainya punya kegiatan yang bisa menimbulkan konflik. Menurut majalah Newsweek nomor akhir tahun, Slovakia akan menempuh jalan garis keras, ada atau tak ada tekanan. Tampaknya ''bercerai secara beradab'' tak menjamin tanpa konflik di masa depan. Farida Sendjaja

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus