SUASANA menjelang Perang Teluk kini kembali muncul di Amerika. Surat kabar dan majalah membeberkan kekejaman milisi Serbia terhadap orang muslim Bosnia, terutama kaum hawanya. Ulah orang Serbia lebih buruk daripada kejahatan, ''ini tindakan setan,'' tulis Leslie H. Gelb di harian New York Times, 13 Desember lalu. Di harian yang sama, Slavenka Draculic menyimpulkan bahwa milisi Serbia secara sistematis dan terorganisasi berupaya melenyapkan etnis Bosnia. Caranya antara lain melakukan pemerkosaan masal. Dulu, menjelang Perang Teluk, media cetak AS juga menceritakan kasus pemerkosaan oleh tentara Irak terhadap perempuan Kuwait. Oktober lalu menteri dalam negeri Bosnia-Hercegovina meng- umumkan berita tentang 50.000 wanita Bosnia yang diperkosa dan sebagian besar hamil, karena memang itulah tujuan orang Serbia. Menteri tersebut menyatakan bahwa ia telah mendokumentasi 13.000 kasus pemerkosaan yang kejam. Draculic, penulis itu, mencuplik pengakuan tiga wanita Bosnia yang kini berada di kamp pengungsi di Zagreb, Kroasia. Seorang yang disebut sebagai ZN, berusia 40 tahun, menuturkan pengalamannya. Ia bersama ratusan wanita dikumpulkan di sebuah gedung sekolah yang dijadikan kamp tawanan. ZN menyatakan bahwa yang menawannya adalah tetangga Serbianya, yang biasanya bertamu ke rumahnya. Tak lama kemudian tetangga itu memilih sejumlah wanita muda, yang lalu digiring ke aula sekolah. Mereka bilang pada para chetnik, milisi Serbia, untuk berbuat semaunya atas wanita-wanita itu. Aula itu pun dicekam kesunyian. Tiba-tiba terdengar jeritan ramai: para chetnik itu menerkam perempuan-perempuan itu bagaikan binatang. Pakaian wanita itu disobek dengan pisau, dan sering pisau itu pun mengiris tubuh. Mereka yang menjerit-jerit langsung dibunuh di tempat. Malamnya, biasanya para chetnik datang membawa lampu, napas mereka bau alkohol. Mereka mencari gadis-gadis belasan tahun, ditarik untuk dijadikan mangsanya. Seorang gadis berusia 12 tahun menjerit berpegang erat di lengan baju ibunya. Ketika akhirnya chetnik itu merenggutkannya, di tangan gadis itu terbawa sobekan baju ibunya. Hal yang demikian terjadi tiap hari selama berhari-hari. ZN mengaku diperkosa oleh tetangganya, yang sebelum pecah perang diakui sebagai saudara oleh suaminya. Dua orang ibu dan anak gadisnya berusia 14 tahun menceritakan deritanya. Anak gadisnya ditarik oleh seorang chetnik ke dalam kamar, dan si ibu terpaksa berdiri tak berdaya di samping kamar. ''Saya dengar anakku menjerit-jerit minta tolong .... Serasa rahimku ada yang merenggutnya keluar ...,'' tuturnya. Tak jelas, adakah keputusan Amerika memberlakukan larangan terbang bagi Serbia setelah sejumlah kekejaman itu diceritakan di media cetak Amerika. Yang pasti, Perdana Menteri Inggris John Major membantah bahwa ia dan George Bush merencanakan satu serbuan ke Bosnia, guna menghentikan kekejaman serbia. Tapi telanjur diceritakan oleh media Inggris dan Amerika, umpamanya The Guardian Weekly, beberapa alternatif yang akan dilakukan oleh tentara Amerika. Pertama, mengirimkan Stealth yang bisa mematikan segala peralatan elektronik musuh, dan baru kemuian melepaskan pesawat tempur F-14 untuk melumpuhkan meriam-meriam Serbia. Alternatif kedua, pasukan Amerika hanya pasif, tapi menyuplai persenjataan modern pada etnis Bosnia. Tapi, menjelang Natal, tak ada ultimatum Amerika seperti dulu Bush mengultimatum Saddam Hussein. Sementara itu, di Perancis dikabarkan masyarakat Paris mengirim surat kepada Presiden Mitterrand, agar tentara Perancis menjadi pasukan pertama yang menghentikan kebiadaban Serbia. Jadi, setelah ke Somalia, akankah tentara Amerika dikirimkan ke Bosnia? Belum jelas. Toh Slobodan Milosevic, yang dituduh makin curang hingga mengalahkan Milan Panic dalam pemilihan presiden Serbia, mengancam akan menghujani tentara PBB di Bosnia bila tentara Amerika menyerbu milisi Serbia. Juga pemimpin Serbia di Bosnia mengeluarkan ancaman serupa. Jika suasana menjelang Perang Teluk bisa dijadikan ukuran, tampaknya Amerika memang sedang merencanakan penyerbuan ke Bosnia. Milan Panic, yang diharapkan menyetop perang, ternyata kalah dalam pemilihan presiden. Setidaknya, bila serbuan tak terjadi di masa Bush, perintah pertama menteri pertahanan di masa Clinton tampaknya pengiriman pasukan ke Bosnia. Les Aspin, ketua Komite Persenjataan Majelis Rendah (The House of Representatives) yang dipilih Bill Clinton menjadi menteri pertahanan, sudah sejak awal mengusulkan aksi militer ke Bosnia. Menunggu Serbia secara sukarela menghentikan aksinya agak mustahil. BB
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini