Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Berjuang Lewat Televisi

Wawancara TEMPO dengan Son Sann, pemimpin KPNLF, tentang permintaan cuti Sihanouk, strategi koalisi RDK dan bantuan dari negara sahabat. (ln)

4 Mei 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DARI Washington, Son Sann langsung menuju Indonesia agar dapat menghadiri peringatan 30 tahun Konperensi Asia Afrika. Sesudah menlu RRC Wu Xueqian, dialah tokoh yang banyak diuber-uber, baik di Bandung maupun Jakarta. Pemimpin KPNLF, satu dari tiga unsur pemerintah koalisi RDK, ini sempat dua kali diwawancarai Bambang Harymurti dari TEMPO. Hidup berpindah-pindah dengan istri dan anak yang menetap di Paris, Son Sann, 73, tampak optimistis. Dengan beberapa kali bisikan off the record dia cukup lancar menyuarakan dan komentar pendapat. Petikannya: Tentang permintaan cuti Sihanouk: Saya katakan pada Yang Mulia (Sihanouk) ini bukanlah waktu yang tepat untuk istirahat. Kita harus bersama-sama memerangi Vietnam. Terlepas dari propaganda mereka, Vietnam sebetulnya dalam kesulitan. Mereka tidak sedikit pun mendapat dukungan rakyat Kamboja, dan cukup repot dengan berbagai urusan di dalam negeri. Tentang nasib RDK jika Sihanouk mundur: RDK tentu berantakan. Soalnya, koalisi terbentuk dengan tiga tokoh: Pangeran, Khieu Samphan dan saya sendiri. Jika salah satu mengundurkan diri, koalisi tak ada lagi. Koalisi ini tripartite. Tentang bantuan militer dan politik: Kami punya 15.000 orang bersenjata, dan melatih 5.000 lagi yang belum memiliki senjata. Saya pergi keliling dunia mencari bantuan untuk mereka. Pada peserta KAA di Bandung saya cuma minta dukungan mereka di forum PBB. Saya yakin, kursi Kamboja bisa dipertahankan di PBB, tapi saya tak ingin jumlah negara pendukung berkurang. Tentang eskalasi militer dan penyelesaian politik: Sejak 1979, PBB telah menekan Vietnam secara politis. Meskipun ada tekanan seperti itu, Vietnam tetap bercokol di Kamboja. Karena itu, kami minta tekanan secara militer di lapangan, dengan menggiatkan aktifitas gerilya. Kami tidak pernah berpretensi bahwa dengan itu kami bisa mengusir Vietnam, tapi kami yakin perlawanan gerilyabisamemaksa Vietnam untuk berunding. Tujuan kami tetap, yakni penyelesaian politik dan resolusi PBB dilaksanakan. Tentang "hegagalan" RRC memberi pelajaran kedua: RRC negara yang berdaulat. Prinsip saya, kami harus berdiri sendiri untuk memperjuangkan sesuatu. Kami tak dapat meminta para sahabat untuk berbuat lebih dari apa yang kami perbuat sendiri. Tentang Vietnamisasi Kamboja: Dengan rencana Vietnamisasi, dalam beberapa tahun Kamboja akan menjadi provinsi Vietnam. Ini sudah gawat, dalam tiga tahun akan terlambat. Jika ingin membantu supaya rakyat Kamboja bebas dan merdeka, Anda mesti menolongnya sekarang juga. Tentang masalah Kamboja dan deklarasi AA: Pihak Indonesia telah mengatakan pada kami, masalah ini tak dimasukkan dalam agenda untuk melancarkan peringatan KAA. Tapi penyelesaian masalah Kamboja 'kan sudah tertera dalam dasasila hasil KAA. Vietnam dulu ikut dalarn pellyusunan dasasila ini, sekarang mereka melanggarnya. Saya tak punya senjata, jadi saya memerangi Vietnam lewat wartawan seperti Anda, lewat televisi, dan sebagainya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus