Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ada pemandangan berbeda dalam kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Rex Tillerson, ke Turki pada Kamis, 15 Februari 2018. Selama lebih dari tiga jam berdiskusi dengan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, dan Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, Tillerson dilaporkan tidak ditemani oleh penterjemah, ajudan atau pun juru catat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hal seperti ini sungguh tidak biasa dalam pertemuan kenegaraan. Saat dikonfirmasi, Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat menjelaskan Tillerson pernah bertemu sebelumnya dengan Presiden Erdogan dan dia tidak keberatan Cavusoglu membantu menjadi penterjemah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Mereka memiliki hubungan kerja yang kuat dan baik,” demikian keterangan Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat, seperti dikutip CNN, Jumat, 16 Februari 2018.
Presiden AS Donald Trump dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. REUTERS
Namun mantan juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat dan analis militer, John Kirby, berpandangan lain. Menurutnya jika pembicaraan tidak dilakukan dalam bahasa Inggris, maka ini adalah hal yang gila karena tidak membawa penerjemah dari Kementerian bersamanya. Penerjemah resmi bertugas memastikan inti pembicaraan yang disampaikan Tillerson secara akurat dan dengan penekanan yang sepatutnya.
Menlu Tillerson melakukan pembicaraan dengan Erdogan selama hampir empat jam di komplek kepresidenan Ankara, Turki, untuk mendiskusikan sejumlah permasalahan yang sedang terjadi di kawasan, khususnya Suriah dan Irak, hubungan bilateral Amerika Serikat–Turki, serta upaya Erdogan meredakan ketegangan antarnegara anggota NATO.
Seorang sumber di kantor kepresidenan Turki yang tidak mau dipublikasi identitasnya, mengatakan, Erdogan dan Tillerson juga saling bertukar pandangan mengenai upaya memerangi terorisme. Erdogan secara jelas mengatakan kepada Tillerson prioritas-prioritas pemerintahannya dan harapannya pada hubungan bilateral Turki dengan AS serta perkembangan kawasan.