Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Biar banyak utang, asal makmur

Sekilas profil sosok bekas presiden AS, Ronald Reagan. tiga kebijaksanaannya membuat presiden ini sangat populer di akhir masa jabatannya. dengan jaminan pensiun yang cukup, ia memilih sewa rumah mewah.

28 Januari 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAMPAKNYA, yang bekas lebih populer daripada yang baru. Setidaknya Ronald Reagan meninggalkan Gedung Putih membawa nama yang jauh lebih kondang ketimbang ketika ia memasukinya 8 tahun lalu. Berjas biru tua dengan syal sutera putih, Reagan melambaikan tangan tak henti-hentinya kepada massa yang berkumpul di halaman Gedung Capitol (Gedung Kongres), tempat pelantikan presiden baru dilangsungkan, Jumat pekan lalu. Dan siapa tahu bila tahun 1980-an di AS akan dinamakan masa kereaganan. Hasil pengumpulan pendapat koran The New York Times Rabu pekan lalu menyimpulkan, 68% rakyat AS puas dengan 8 tahun kepemimpinannya. Jika Jimmy Carter tampak lebih tua 10 tahun saat melepaskan jabatannya dibanding saat pertama masuk Gedung Putih, banyak orang berpendapat bahwa Reagan, kini 77 tahun, tak banyak berubah. Ia tetap rapi dan menguasai "panggung". Lalu ke mana perginya kritik-kritik selama ini? Soal defisit anggaran negara, soal skandal Iran-Contra, misalnya? Soal tersebut tetap ada, dan mau tak mau akan terwariskan kepada presiden baru, George Bush. Tapi diri sang Presiden sendiri seperti selalu luput dari kritik, atau masyarakat selalu bersedia memaafkannya. Dan itu karena -- kata para pengamat kepresidenan AS "kebodohan" orang Amerika yang begitu terpesona oleh kemahiran penampilan sang bekas aktor. Karena itulah bila ada julukan Teflon president buat Reagan. Teflon, itulah nama sejenis lapisan plastik pada kuali, guna melindungi alat dapur tersebut agar selalu bersih dari tempelan makanan. Keberuntungan memang dimiliki presiden berbintang Aquarius ini. Ketika seorang bernama John Hinckley menembaknya, 1981, kendati harus masuk rumah sakit, toh ia selamat. Juga ketika harus menjalani operasi beberapa kali (kanker prostat, lalu operasi polip) dalam usia 70-an tahun, Reagan sembuh dalam keadaan segar bugar. Si orang beruntung itulah yang ketika pertama kali masuk Gedung Putih banyak diragukan kemampuannya. Bahkan banyak yang mencemoohkan. Ia cuma menang tipis dari Jimmy Carter pada 1980. Reagan, yang lahir di kota keci Tampico, di pedalaman Negara Bagian Illinois, memang kurang intelek ketimbang presiden-presiden AS pendahulunya. Ia mendapatkan beasiswa, misalnya, bukan karena ketajaman otaknya, melainkan prestasinya di bidang olahraga. Sebagai aktor pun ia digolongkan kelas dua. Tapi dialah presiden yang hangat, yang bisa melemparkan humor di saat pertemuan serius, yang bisa meladeni keberangan Muammar Qadhafi, yang siap membela bawahannya dengan tangkas (terhadap Oliver North dalam kasus Iran-Contra, membela nakhoda kapal perang AS dalam kasus penembakan pesawat sipil Iran). Presiden itulah yang dalam pidato perpisahannya, Rabu pekan lalu, dengan yakin berkata: "Ada dua hal yang saya banggakan. Kebangkitan kembali ekonomi dan semangat AS." Itu memang tak berlebihan. Ketika ia dilantik sebagai presiden, AS bukan hanya sedang mengalami krisis ekonomi, tapi juga krisis yang lebih serius: kepercayaan diri. Itulah akibat trauma perang Vietnam dan dampak revolusi Iran 1979. Lalu tiga peluru ditembakkan oleh sang Koboi: campur tangan terbatas pemerintah dalam dunia ekonomi untuk kemakmuran, perdamaian melalui kekuatan, dan optimisme masa depan Amerika. Terutama di bidang ekonomi, dengan senjata ampuh yang kemudian disebut Reaganomics, Amerika mengalami boom ekonomi. Dalam bentuk nyatanya, antara lain, terbukanya 19 juta lapangan kerja baru yang mengurangi pengangguran menjadi 5,3% saja -- tingkat pengangguran terendah dalam tempo 14 tahun terakhir. Dan jangan dilupakan perbaikan nilai dolar: Reagan sukses menekan inflasi sampai tingkat yang bisa ditoleransi, 4,4% per tahun. Tapi itulah, anggaran pemerintah Reagan selalu besar pasak daripada tiang. Defisit anggaran tiap tahun kian membengkak. Itu berarti, utang AS akan tetap menggelembung, guna menutup defisit. Negeri superkuat ini kini tercatat sebagai pengutang terbesar di dunia, yakni US$ 2,6 trilyun -- 3 kali lebih besar daripada utang AS pada 1980, saat Reagan masuk Gedung Putih. Toh, sebagian besar rakyat tak peduli, karena pendapatan per kepala di AS tetap naik. Sebelum Reagan berada di Gedung Putih, penghasilan rata-rata orang Amerika per tahun di bawah US$ 9 ribu. Pada 1983 angka itu naik menjadi US$ 11.675, dan dua tahun kemudian orang Amerika makin kaya: penghasilan rata-ratanya menjadi US$ 13.451. Masalahnya, kemakmuran itu buat siapa. Dalam kampanye pemilihan presiden tahun lalu, kritik terhadap pemerintahan Reagan antara lain berbunyi: yang kaya tambah kaya, yang miskin makin melarat. Sementara itu, para ahli mempersoalkan berapa lama kebijaksanaan lebih baik punya utang daripada memotong pendapatan per kepala bisa bertahan. Dalam jangka panjang, kata mereka, peluru Reaganomics bakal jadi bumerang. Yang dicemaskan kini, ada tanda-tanda George Bush tak akan banyak mengubah kebijaksanaan ekonomi pendahulunya. Kecemasan itu sangat beralasan, tampaknya. "Kemakmuran yang dihasilkan Reagan sebenarnya dipinjam dari masa depan AS," kata kolomnis AS Robert Samuelson. Tukang kritik yang lain, George F. Willnamanya, di majalah Newsweek menyebut pemerintah AS telah "menggadaikan vitalitas masa depan". Seorang Josen Takahashi, ekonom pada Institut Riset Mitsubishi, mengatakan bahwa kemakmuran AS sekarang pada dasarnya kemakmuran semu, "karena ditunjang utang." Jepang, investor terbesar di AS bersama Jerman Barat, yang paling banyak membeli surat-surat berharga yang dikeluarkan Departemen Keuangan AS, mestinya tak gegabah menilai. Salah satu sebab membengkaknya anggaran belanja Reagan sudah banyak diketahui. Yakni, tak lain, pengeluaran di bidang pertahanan. Inilah cara sang Koboi mengembalikan kebesaran AS di dunia, misalnya dengan program Perang Bintangnya. Anggaran pertahanan di masa pemerintahan kedua Reagan mencapai rekor, US$ 2,5 trilyun (hampir 30% dari anggaran belanja negara seluruhnya, atau naik 4% dari anggaran di periode pertama pemerintahan Reagan). Tak aneh jika Departemen Pertahanan AS menghadiahkan penghargaan tertingginya dalam upacara perpisahan Reagan dengan kalangan Pentagon dua pekan silam. Sebaliknya nama Reagan kurang populer di kalangan mereka yang layak menerima tunjangn kesejahteraan sosial. Pelayanan kesehatan dan ekonomi kaum kelas bawah AS sungguh tak mengalami kemajuan. "Reagan menempatkan kupingnya jauh di atas, tuli terhadap masalah keadilan," tulis Kolomnis David Broder, mencoba membela kaum papa. Menurut Pusat Ekonomi Populer, New York, kaum miskin di AS di masa Reagan meningkat menjadi lebih dari 30 juta dari hanya sekitar 25 juta sebelum 1980. Ini bukan akibat banyaknya imigran masuk ke AS -- dua pertiga kaum papa itu adalah kulit putih. Sementara itu, anggaran tunjangan sosial justru turun menjadi 27% dari 35% di awal masa Reagan. Tapi memang, angka hasil poll ditambah teori para ekonom tak bisa langsung dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Betapapun nama Reagan tetap populer (ada yang berpendapat itu karena dua calon presiden, Dukakis dan Bush, tak sepiawai Reagan bila tampil di panggung atau di televisi). "Kebesaran Amerikanya Reagan" tampaknya lebih mempesona daripada akibat buruk kebijaksanaan ekonominya. Michael O'Connor, seorang pengemudi truk di perusahaan pengangkutan Greyhound Lines -- salah satu perusahaan transportasi terbesar di AS penghasilannya dipotong karena perusahaannya rugi, konon, akibat Reaganomics. Tapi Michael, yang melakukan aksi mogok bersama teman-teman sekerja pada 1983, tak menyalahkan Reagan. Sebab, "Reagan mengembalikan lagi kebesaran Amerika," katanya. Akan halnya Reagan sendiri tentulah tak perlu mencemaskan ekonomi rumah tangganya. Jumat pekan lalu, sehabis menghadiri pelantikan Bush, ia langsung terbang dengan helikopter ke pangkalan udara militer Andrews, untuk selanjutnya terbang ke Los Angeles dengan Boeing 707. Di distrik yang disebut Ritzy BelAir, kawasan tempat para bintang Hollywoo milyuner berteduh, antara lain Elizabeth Taylor dan Zsa Zsa Gabor, di situlah Reagan dan Nancy Reagan akan tinggal. Rumah bernomor 668 (nomor yang sebenarnya 666 diubah karena penghuni baru ini percaya, triple six adalah simbol setan) disewa oleh Reagan dari teman-temannya, yang membeli rumah itu US$ 2,5 juta. Pensiunan presiden itu sendiri akan menerima US$ 99.500, plus US$ 29.700 sebagai uang pensiun dari gubernuran California, per tahun. Itu masih ditambah US$ 100.000 bila ia menerima tawaran sebuah pemancar radio, untuk menjadi komentator olahraga, satu jam sehari. Dulu, bekas presiden ini memang pernah bekerja sebagai komentator olahraga di sebuah stasiun radio di Iowa. Di rumah itulah Reagan berniat menulis buku tentang pengalamannya. Selain itu, ia akan terjun dalam seminar-seminar untuk "menggolkan masalah-masalah yang gagal dicapai selama di Gedung Putih." Di luar AS, penilaian terhadap Reagan berbeda-beda. Bagi pemerintah Israel? ia dianggap sebagai "pimpinan AS yang paling baik selama 40 tahun terakhir," kata juru bicara departemen luar negeri Israel. Maklumlah: di bawah Reagan, Tel Aviv kecipratan bantuan yang luar biasa banyaknya, US$ 3 milyar per tahun. Sebaliknya bagi dunia Arab, era Reagan merupakan periode buruk. Waleed Sa'adi, redaktur koran Jordan Times yang pernah menjadi dubes Yordania untuk PBB, sangat berharap bahwa pemerintahan Bush "lebih bersikap seimbang" dalam Flitik luar negerinya, tak seperti politik luar negeri Reagan yang dinilainya "gegabah". Di Jerman Barat, pengumpulan pendapat menempatkan Reagan jauh di bawah Mikhail Gorbachev. Toh tak sedikit tokoh dunia yang mengagumi sang bekas aktor. Bekas PM Jepang Nakasone mengaku menyukai Reagan karena "Saya pengagum John Wayne." Sedangkan bagi PM Inggris Margaret Thatcher, Reagan adalah "pria sejati". Si pria sejati itulah yang pernah berang gara-gara buku bekas kepala rumah tangga Gedung Putih yang namanya mirip, Donald Regan. Antara lain diungkapkan dalam buku itu bagaimana Nancy Reagan, sang ibu negara, begitu percaya kepada astrologi, dan begitu dominan dalam mengatur jadwal Reagan -- jadwal yang, konon, disesuaikan dengan ramalan bintang. Di hari terakhir, Jumat pekan lalu, Nancy dan Ronald Reagan memandang haru Ruang Oval dan ruang-ruang lain di Gedung Putih. Dengan teliti, Sang Nyonya memeriksa laci-laci meja -- Jangan-jangan ada yang ketinggalan. Setelah ditegur sekretaris persnya bahwa yang tertinggal akan dikirimkan segera, Nancy menulis secuil nota untuk Barbara Bush, ibu negara yang baru, dan meninggalkannya di sebuah laci bersama sekuntum anggrek. Reagan juga meninggalkan sebuah catatan untuk bekas wakilnya yang kini menggantikannya. "George, saya doakan segala yang baik untuk Anda ... Semoga Tuhan melindungi Anda dan Barbara. Saya akan selalu ingat makan siang bersamamu tiap Kamis. Ron."Farida Sandjaja & P. Nasution (Washington)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus