Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Bidak Yang Tak Pernah Ditumpas

Kol.(pur) Manoon Roopkhachorn yang menggerakkan kudeta diam-diam diberangkatkan ke singapura & meminta suaka ke AS. ia bukan otak, tapi bidak dalam perebutan kekuasaan antara sekelompok perwira dengan kubu prem.(ln)

21 September 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KOLONEL pensiunan Manoon Roopkhachorn tidak sempat menyingkir jauh. Langkahnya tertahan di Singapura. Pelaku kudeta gagal itu, yang semula diamankan di sebuah rumah yang dirahasiakan lokasinya, belakangan di pindahkan ke sebuah pangkalan militer. Bersama dua pengikutnya yang berpangkat sersan, Manoon untuk sementara menjadi tamu pemerintah Singapura. Dan tidak sebagaimana lazimnya tamu, ia dikawal ketat, menunggu sampai ada jawaban untuk permintaan suaka yang ditujukannya kepada pemerintah Amerika Serikat. Kudeta Manoon cuma bertahan kurang dati 10 jam, tapi buntut peristiwa itu tampaknya tidak akan secepat itu terselesaikan. Paling tidak begitulah yang bisa diramalkan orang. Tapi berita terakhir dari Bangkok justru memastikan bahwa Manoon sudah dipulangkan ke Muangthai. Apakah pengkhianatannya akan dibalas dengan "ganjaran setimpal" seperti yang dijanjikan PM Prem Tinsulanonda, masih tanda tanya. Adalah Jenderal Tienchai Sirisamphan, wakil kepala staf AD Muangthai, sendiri yang memberi izin bagi Manoon untuk singgah di Singapura. Ia terpaksa di bebaskan, kata Tienchai, demi menghindarkan pertumpahan darah. "Kami harus berlomba dengan waktu agar ketegangan tidak sampai memuncak," demikian Tienchai. Dia lalu meminta pemerintah Singapura menyediakan fasilitas transit bagi Manoon, sementara Letjen Pichit Kullavanich, komandan daerah militer I Bangkok dan sekitarnya, mengatur fasilitas pemberangkatan. Dan ini dilakukan beberapa jam sebelum 500 tentara pengikut Manoon menyerah tanpa syarat kepada kelompok loyalis yang dipimpin Tienchai. Kuat dugaan, Manoon sudah "terbang" sebelum dua "rekan seperjuangannya" - Kriangsak Chomanan danjenderal pensiunan Serm Na Nakhon - menyerahkan diri kepada pihak loyalis, 9 September petang. Kalangan sipil memandang pelarian Manoon sebagai hal yang sangat tidak masuk akal. Bagaimana mungkin seorang tokoh yang sudah dua kali melancarkan kudeta (April 1981 dan 9 September 1985) dibiarkan pergi begitu saja, padahal seluruh jajaran angkatan bersenjata Muangthai berdiri di belakang PM Prem Tinsulanonda? Bayangkan saja, Manoon diterbangkan dengan sebuah pesawat angkatan udara Muangthai ke Singapura, sedangkan bagi adiknya, Manas Roopkachorn, seorang wing commander, disediakan mobil yang mengantarkannya tanpa halangan ke perbatasan Burma. Lebih dari itu, kalangan pejabat tinggi Muangthai justru mengharapkan agar Washington sungguh-sungguh mempertimbangkan permintaan suaka Manoon. Sementara pihak awam menebak-nebak, kalangan yang dekat dengan Manoon - seperti dikutip William Branigin dari Washington Post Service - memastikan bahwa perwira sial itu sebenarnya cuma bidah dalam sebuah percaturan kekuasaan yang terjadi antara kubu gabungan sekelompok perwira aktif serta purnawirawan dan kubu Prem Tinsulanond serta Letjen Chaovalit Youngdhaiyut. Soalnya, banyak perwira aktif yang juga mengincar status kastaf angkatan darat Muangthai, posisi yang sudah disiapkan Prem untuk Chaovalit dalam reshuffle militer, Oktober depan. Dalam kaitannya dengan rebut-rebutan posisi ini, kepada Manoon pun disorotkan lampu hijau untuk melancarkan kudeta. Konon, menurut sumber Brinigin, Manoon dijanjikan 3.000 - 4.000 tentara, padahal yang bergerak ternyata cuma 500. Mengapa? Mungkin karena beberapa perwira aktif yang semula dilibatkan dalam rencana makar itu tidak puas dengan porsi mereka. Soalnya, ada ketentuan, jika pemerintah Prem berhasil digulingkan, maka Kriangsak Chomanan akan menjadi perdana menteri, Serm Na Nakhon menjabat wakilnya merangkap menteri pertahanan, sedangkan Yos Thephasdin diangkat sebagai menteri dalam negeri. Sengketa perebutan kursi panglima angkatan bersenjata tidak teratasi sehingga kudeta yang rapuh itu sebenarnya sudah gagal sebelum ditumpas. Adalah Prem Tinsulanond yang sekarang justru menjadi lebih kuat sementara lawannya kedodoran. Tapi di masa depan yang dekat, Prem tak dapat tidak harus mengambil tindakan yang cepat dan tepat ke arah penyehatan ekonomi Tanpa itu, siapa tahu, kelompok perwira yang lain akan tergoda pula untuk melancarkan kudeta. IS. Laporan kantor-kantor berita

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus