Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bertemu dengan Paus Fransiskus adalah hal yang tak terbayar bagi dua WNI, AM Putut Prabantoro dan Gora Kunjana, bahkan mesti sabar menahan lapar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Keduanya bercerita bagaimana mencetus ide memakai busana adat Jawa untuk menarik perhatian Paus dari ratusan ribu pengunjung yang hadir dalam Audiensi Umum pada Rabu, 16 Oktober 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam rilis PEN@ Katolik yang diperoleh Tempo, 20 Oktober 2019, Ketua Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa), AM Putut Prabantoro, dan wartawan Investor Daily dari BeritaSatu Group, Gora Kunjana, sudah tiba di lokasi sejak subuh. Padahal akses baru dibuka pukul 8 pagi, namun karena ini mereka bisa memilih tempat strategis bertemu Paus. Mereka pun bersabar menahan lapar menunggu Paus sampai pukul 8.
Alhasil adalah kertas bertuliskan Pace Per Il Popolo Indonesiano – La Mia Benedizione, Papa Francesco (Damai Untuk Bangsa Indonesia – Berkatku, Paus Fransiskus), ditandatangani oleh Paus Fransiskus sesaat setelah beliau melirik ke arah keduanya.
Paus Fransiskus memberi berkat kepada Bangsa Indonesia melalui tulisan tersebut dan mendoakan perdamaian bangsa menjelang pelantikan Presiden Joko Widodo.
"Malam sebelumnya, draf berkat itu ditulis bersama Suster Matilda INSC, Suster Maria Matrona Ola INSC dan Pastor Suherman Pr dari Keuskupan Tanjung Karang. Ketiganya sedang studi di Roma, Italia. Suster Matrona Ola diminta menuliskan draf berkat yang sudah disepakati," kata Putut Prabantoro.
Kertas berkat yang ditandatangani oleh Paus Fransiskus untuk Indonesia ketika disampaikan Ketua Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa), AM Putut Prabantoro, dan wartawan Investor Daily dari BeritaSatu Group, Gora Kunjana, dalam Audiensi Umum dengan Paus Fransiskus pada Rabu 16 Oktober 2019.[Dok. Istimewa/PEN@ Katolik]
Bagi Putut Prabantoro, Alumnus Lemhannas RI – PPSA XXI, itu adalah perjumpaan kedua dengan Paus Fransiskus setelah yang pertama pada 28 Oktober 2015. Sementara untu pertemuan pertamanya, Gora Kunjana memberikan kepada Paus baju batik dari Indonesia yang merupakan titipan dari Ketua Forkoma PMKRI, Hermawi Taslim.
Menurut Gora Kunjana, mengenakan busana adat Jawa adalah salah satu bentuk upaya menarik perhatian Paus. "Tadinya kami ingin membatalkan karena malam sebelumnya hujan deras mengguyur Kota Roma. Namun karena sudah kepalang tanggung, kami tetap mengenakan busana adat Jawa. Jika nanti ada perubahan cuaca dan hujan datang, ya risiko harus ditanggung."
Menurut Gora Kunjana, mengenakan busana tradisional dalam audiensi bukan ide yang salah. Namun, katanya, tetap tidak menjamin bahwa Paus akan menengok ke arah mereka.
"Semua serba tidak pasti, para peziarah tetap bahagia sekalipun tidak bersalaman dengan Paus. Tapi yang kami alami adalah suatu mukjizat, Paus menengok kepada kami, Paus menghampiri dan kami bersalaman agak lama dan bahkan menandatangani kertas yang dibawa oleh Mas Putut Prabantoro," aku Gora Kunjana.
Ketua Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa), AM Putut Prabantoro (batik biru), dan wartawan Investor Daily dari BeritaSatu Group, Gora Kunjana (memegang kertas/busana lurik), dalam Audiensi Umum dengan Paus Fransiskus pada Rabu 16 Oktober 2019.[Dok. Istimewa/PEN@ Katolik]
Seperti biasa, Paus mengenakan mobil kebesarannya dan jalur pertama adalah melewati depan peziarah yang duduk paling depan termasuk Putut Prabantoro dan Gora Kunjana. Kehadiran Paus di publik langsung disambut tepuk tangan dan teriakan "Papa Francesco." Putut dan Gora juga meneriakkan "Papa Francesco." Tiba-tiba Paus menengok kepada keduanya agak lama, seakan memberi tanda.
"Paus mengenal kalian sepertinya. Itu tangannya menunjukkan sesuatu dan matanya terus kepada kalian," kata Rosa, peziarah dari Italia, yang duduk di sebelah Putut Prabantoro. Paus terus berkeliling dan teriakan "Papa Francesco" dari ratusan ribu peziarah tidak surut. Yang di duduk di baris paling depan tidak tahu apa yang sedang terjadi di belakang.
"Dan ketika kendaraan kebesaran berhenti di depan tribun setelah berkeliling, tiba-tiba Paus turun dan menghampiri kami. Tepat seperti yang dikatakan oleh Ibu Rosa dari Italia. Sungguh kami merasa menjadi perhatian Paus. Tanpa menyia-nyiakan waktu, Mas Putut Prabantoro mengeluarkan kertas yang harus ditandatangani Paus dan saya memberikan hadiah batik. Ketika Paus disodori kertas, beliau membaca sesaat dan menandatanganinya dengan spidol hijau yang telah kami siapkan. Dan....Paus memberkati bangsa Indonesia dan berharap bangsa Indonesia damai," cerita Gora Kunjana, yang mengaku bersama Putut Prabantoro saat bertatap langsung dengan Paus Fransiskus.