DINIHARI, tepat pukul 7 pagi, Senin 28 April, kepanikan terjadi di kedutaan Swedia di Moskow. Seorang sekretaris kedutaan, sepagi itu bolak-balik mencoba menelepon Badan Tenaga Nuklir Uni Soviet (GKAE). Ia baru saja mendapat berita dari negaranya, ada awan radioaktif datang dari arah Uni Soviet: ada apa, kebocoran reaktor nuklir, atau percobaan senjata nuklir atau apa. Telepon berjawab, tapi kepastian nihil. "Kami tak mendapat kabar apa-apa tentang suatu kecelakaan," jawaban terdengar dari pejabat Uni Soviet di ujung telepon sana. Sambungan telepon dipindahkan, kini sambungan jarak jauh ke Swedia. Hasil konfirmasi disampaikan, lalu perdebatan kecil terjadi. Badan pengawasan kontaminasi radioaktif Swedia bersikeras mengatakan ada peningkatan kadar radioaktif hingga jauh di atas ambang aman, dan arah datang bisa dipastikan: Uni Soviet. Pembicaraan kemudian diputuskan, menyisakan kebingungan. Dua jam kemudian, tepat pukul 9 pagi hari itu, kebingungan berakhir. Kantor berita Uni Soviet (TASS) melepas pengumuman sepanjang enam baris: terjadi kebocoran di reaktor nuklir di Chernobyl, utara Kiev, ibu kota Ukraina, pada 26 April. Titik habis. Terkesan, tak ada yang serius dari berita sependek itu. Namun, berita yang singkat dan dingin itu membuahkan "ledakan besar" di luar Uni Soviet. Seolah mendapat konfirmasi, sejumlah negara Skandinavia menuntut penjelasan lebih rinci agar tindakan-tindakan dekontaminasi bisa diambil secara spesifik sehubungan dengan meningkatnya kadar radioaktif di negara masing-masing. Uni Soviet masih bungkam, dan ketertutupan itu malah menyulut ledakan-ledakan berita - mengikuti kecemasan yang meluas dengan cepat. Dari Skandinavia kecemasan segera merambat ke Eropa Barat, lebih-lebih Eropa Timur yang berbatasan langsung dengan Uni Soviet tetapi umumnya negara satelit Rusia tak terdengar melemparkan komentar. Berita kedua dari Uni Soviet muncul 24 jam sesudah pengumuman pertama. Chernobyl, dalam catatan buletin pemerintah terletak 130 kilometer di utara Kiev. Di sana terdapat empat reaktor nuklir, satu di antaranya mengalami kebocoran. Reaktor nuklir itu disebutkan sebagai pusat pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Dua orang dikabarkan meninggal, tapi tindakan pengamanan dilakukan. Beberapa jam kemudian, Selasa malam 29 April, beberapa data teknis keempat reaktor Chernobyl ditambahkan, tapi tak ada data seberapa tingkat radiasi akibat kebocoran itu dan kontaminasi radioaktif yang diakibatkannya. Tak urung, di luar Uni Soviet, suasana semakin mencekam. Berbagai spekulasi dilancarkan. Para ahli memperkirakan 2.000 orang tewas dalam kecelakaan reaktor nuklir itu. Meluas pula berita, mayat-mayat korban radiasi itu dikuburkan kolektif bersama sampah-sampah nuklir di kompleks reaktor. Perserikatan Bangsa-Bangsa mengumumkan kemungkinan penyebaran awan nuklir ke seluruh dunia, untuk pertama kalinya. Beberapa saksi mata melihat kepanikan menyebar di Polandia. Di Warsawa, ibu kota negara yang masih merana akibat kesulitan ekonomi, perdagangan susu dihentikan, dan berbagai tindakan preventif ditempuh. Anak-anak di bawah 16 tahun, hampir di seluruh negeri, dikumpulkan untuk menjalani tes dan pengobatan pencegahan akibat radiasi. Orang dewasa dianjurkan menelan tablet-tablet yodium untuk mencegah terisapnya unsur-unsur radioaktif ke kelenjar thyroid yang terletak di tengah leher - tempat unsur radioaktif senantiasa bersarang. Jens Scheer, seorang ahli nuklir Jerman, melansir perkiraan, tak sampai satu tahun akan jatuh sekitar 600 korban radiasi di Swedia, mati akibat kanker ganas. Radiasi, yang dikenal sebagai pancaran elektromagnetik gamma, juga akan melanda Jerman Barat. Dan dalam waktu sedikit lebih lama, Scheer menebak, paling tidak 1.000 korban jatuh di sini. Di Swedia, pemerintah melarang penduduk di pantai Timur meminum air hujan. Sementara itu, badan tenaga atom dan pencegahan akibat radiasi menemukan di bagian utara negeri, yang terletak paling dekat ke perbatasan Uni Soviet, kadar radioaktif sangat meningkat. Di Denmark penduduk antre di hampir semua apotek, membeli pil-pil yodium. Dr. Mostafa Tolba, Kepala Program Pelestarian Lingkungan PBB, di markas besarnya di Swiss menyerukan imbauan kepada Uni Soviet agar memberikan keterangan terinci. "Negara-negara yang bertetangga punya hak mengetahui keadaan itu, betapapun rahasianya, demi keselamatan mereka dari pencemaran," katanya. Perdana menteri Denmark malah langsung mengecam. "Sudah beberapa hari lewat, tapi kami belum juga mendapat kepastian," katanya. Perdana menteri Inggris, Margaret Thatcher, di hadapan Majelis Rendah mengungkapkan terdapat peningkatan kadar radioaktif di Inggris. Mengutip hasil observasi Badan Meteorologi Inggris, Thatcher mengetengahkan, angin meniupkan debu-debu radioaktif dari perbatasan Uni Soviet di Ukraina ke arah timur dan selatan. Melalui Polandia menuju Pegunungan Alpen. Di Jepang, negara yang tahu betul akibat-akibat radiasi nuklir, kecemasan juga merambat dengan cepat. Lembaga meteorologi negara itu mengkhawatirkan gerak angin siklon - yang biasanya bergerak dari Uni Soviet, memintas Siberia, dan sampai ke Jepang - akan membawa pula debu-debu radioaktif. Angin ribut itu, pada saat pecahnya peristiwa maut ini, berada 1.600 kilometer di utara Kiev. Kekhawatiran dunia menghadapi debu-debu radioaktif bisa dimengerti. Radiasi gamma dikenal mengubah semua substansi menjadi substansi lain, karena berubahnya struktur atom semua unsurnya. Pada manusia, perubahan asam amino yang terdapat pada inti sel bisa membuat sel-sel pada suatu jaringan tubuh terus-menerus melakukan pembelahan tanpa bisa dikontrol. Maka pada berbagai bagian tubuh, baik di luar maupun di dalam, muncul benjolan-benjolan tumor. Pada tingkat radiasi tinggi, wujud tubuh manusia bisa berubah seperti tanaman kaktus. Pemerintah Soviet lewat TASS menuding media massa Barat telah dipengaruhi "histeria anti-Soviet". Pemberitaan resmi itu kemudian mengungkapkan memang terdapat 197 korban luka-luka, tapi 49 sudah dipulangkan dari rumah sakit. Pengumuman itu juga mengakui terjadi kebakaran panjang, tapi tak ada reaksi fisi nuklir yang lepas dari kebocoran reaktor nuklir itu. Dalam beberapa hari, kata pernyataan pemerintah itu, kadar radioaktif di sekitar kompleks reaktor telah menurun 1,5 sampai 2 kali. Toh beberapa negara seperti Swedia dan Jerman Barat memperkirakan kecelakaan di Chernobyl itu jauh lebih besar. Buktinya, negara-negara itu mengaku menerima kawat permintaan tolong Uni Soviet untuk membantu mengatasi kebakaran besar di salah satu reaktor. Swedia menyatakan tak sanggup, sementara Jerman mengirimkan ahli-ahlinya. Uni Soviet tak mengkonfirmasikan pemberitaan permintaan tolong, ini, tapi pada kenyataannya sejumlah ahli dari berbagai negara datang ke Ukraina. Di antaranya dokter-dokter ahli mengatasi akibat radiasi dari Amerika Serikat. Sedikit demi sedikit, anatomi reaktor-reaktor nuklir Chernobyl terungkap juga. Para ahli mengemukakan, reaktor-reaktor itu memiliki model kuno. Frank Graham dari Forum Industri Nuklir Amerika Serikat mengutarakan, reaktor di Chernobyl itu masing-masing memiliki kekuatan 1.000 megawatt. Sistem konstruksinya didesain oleh Vassily Kizim, yang mendapat bintang jasa Lenin pada tahun 1984 lalu. Sistem ini dikenal dengan nama - dalam bahasa Rusia - RBMK 1000. Tidak ditemukan di Uni Soviet, sistem ini mula-mula akan dikembangkan di Inggris. Dalam bahasa Inggris, sistem ini dikenal sebagai LGR (Lightwater cool Graphit moderator Reactor). Sistem ini tak jadi digunakan di Inggris karena, konon, tidak efisien dan berbahaya. Dua prinsip yang menonjol - dan mungkin kelemahan - pada RBMK IOOO/LGR adalah: reaktor ini tidak menggunakan sumur pelindung yang biasanya dibuat dari beton yang diperkuat, dan sistem pendinginnya menggunakan grafit, atau karbon yang dimurnikan. Keduanya tergolong pada sistem pengaman reaktor. Sistem pengamanan dalam semua jenis reaktor - reaktor penelitian, reaktor uji material, reaktor daya (PLTN), dan reaktor pembuatan senjata - sangat penting. Kegunaannya, menjaga kebocoran akibat reaksi berantai bahan bakar nuklir yang terdapat pada inti reaktor. Juga hasil reaksi yang sering disebut sampah nuklir - unsur-unsur yang juga sangat radioaktif. Bagian penting dari semua reaktor adalah intinya ini, tempat reaksi berantai bahan bakar berlangsung terkendali. Bahan bakar yang digunakan umumnya Uranium 235 (U235) yang merupakan uranium tambang (U238) yang diperkaya. Unsur yang radioaktif ini sangat kaya dengan proton dan neutron pada inti atomnya - mudah melepaskan neutron bersama energi dan panas. Yang terjadi pada inti reaktor adalah, sebuah neutron termal (bukan neutron U235) ditembakkan ke bahan bakar nuklir atau U235 itulah. Hasilnya bahan bakar nuklir terpecah-pecah dan tidak stabil. Pada keadaan itu, neutron-neutron dilepaskan, dan neutron yang terlepas kemudian menembak kembali pecahan-pecahan bahan bakar. Inilah reaksi berantai yang menghasilkan energi sangat besar (1 gram U235) sama nilainya dengan 1 ton batu bara). Energi inilah yang dimanfaatkan pada PLTN. Pemecahan pada reaksi berantai yang bisa mencapai berjuta-juta dalam satu detik dikendalikan oleh "batang kendali" yang bertugas menyerap dan membatasi jumlah neutron. Sistem pengaman berfungsi apabila terjadi reaksi berantai yang tak terkendali atau berlebih. Pada RBMK 1000 grafit yang berlubang-lubang, tempat masuk keluarnya air, bersifat sebagai tameng menahan panas yang berlebih akibat reaksi berantai yang tak terkendali. Di mana kelemahan grafit ini ? Grafit yang cuma menahan panas ternyata tidak menahan reaksi berantai. Dan menurut Ir. Djali Ahimsa, Direktur Jenderal Batan (Badan Tenaga Atom Nasional), "Grafit ini kalau terbakar lama sekali baru bisa padam." Ia memperkirakan pada reaktor Chernobyl grafit yang terbakar itu mencapai 1.000 ton pangkal kebakaran berhari-hari itu. Mengapa sampai terjadi kebakaran? Inilah yang menurut Ahimsa sulit diketahui sampai kini, karena ketertutupan Uni Soviet. Namun, menurut para ahli Amerika Serikat, kebakaran kemungkinan terjadi akibat pemaksaan reaktor - kendali dikurangi hingga reaktor bekerja lebih keras. Ini, menurut para ahli itu, berkaitan dengan target Uni Soviet meningkatkan dua kali lipat produksi industri nuklirnya pada lima tahun mendatang, dan tiga kali lipat pada tahun 2000. Kebakaran adalah akibat ambisi itu Yang lebih parah, pengamanan di luar lapisan grafit juga tak ada. Menurut Ir. Bakri Arbie, salah seorang ahli di lingkungan Batan, sistem pengamanan ini yang membedakan kebocoran Chernobyl dengan Three Mile Island, reaktor Amerika Serikat yang bocor tahun 1979. Reaktor AS itu menurut Arbie mengikuti sistem PWR (Pressurized Water Reactor). Yang menonjol, pada sistem ini sumur pengaman beton diperkuat. "Ditabrak Phantom F-4 sekalipun beton ini tidak akan bocor," katanya. Maka, kebocoran di dalam, bagaimanapun, tak akan sampai keluar. Pada sistem PWR inti reaktor di bagian dalam hampir seluruhnya terkungkung air. Dalam perkembangan terakhir, setelah kebocoran TMI tahun 1979 itu, diperkenalkan sistem penahan panas "air boron". Boron adalah zat yang sekaligus meredam dan menetralkan neutron. Pada sistem ini, bila terjadi kelainan pada reaksi inti, air boron otomatis masuk ke pelataran reaktor (tempat bahan bakar) dan langsung memadamkan reaksi berantai. Lalu apakah cuma kebocoran yang dialami reaktor Chernobyl? Agaknya, tidak. Laporan intel AS, berdasarkan foto-foto satelit, menunjukkan di Chernobyl terjadi kebakaran hampir total. Tidak hanya pada satu reaktor, tapi dua. Menurut laporan itu, Chernobyl memiliki dua pasang reaktor yang tidak persis sama. Dua reaktor yang kini masih selamat memiliki beberapa perbedaan spesifik yang tak bisa diketahui persis apa. Memang kemudian timbul spekulasi: reaktor-reaktor di Chernobyl bukan cuma reaktor-reaktor daya pembangkit tenaga listrik, tapi juga reaktor-reaktor penghasil plutonium, bahan untuk senjata nuklir. Robert Alvarez, seorang ahli nuklir Amerika Serikat, menyamakan Chernobyl dengan Reaktor Hanford "N" Amerika Serikat yang memiliki sistem dan tipe yang sama. Reaktor ini, kendati dikenal sebagai reaktor daya pembangkit tenaga listrik, ternyata juga memproduksi plutonium. Benarkah? Seorang bekas pejabat tinggi IAEA (perhimpunan tenaga atom internasional, yang merupakan organ PBB) yang tak mau disebut namanya membenarkan, IAEA tahu bahwa Chernobyl, selain reaktor daya, juga memproduksi plutonium. Uni Soviet, menurut bekas pejabat itu, ikut mendirikan IAEA, dan sebagai konsekuensinya "mendaftarkan" reaktor-reaktornya. "Tapi, untuk Chernobyl itu pada kenyataannya di luar pengawasan IAEA," katanya. Karena faktor-faktor militer, baik Uni Soviet maupun Amerika Serikat berusaha "menggelapkan" reaktor-reaktor yang memproduksi senjatanya. Yang menguatkan perkiraan pembuatan plutonium di Chernobyl, laporan intel AS mencatat adanya ledakan kimiawi sesudah terjadi kebakaran pada kedua reaktor Chernobyl. Pembuatan plutonium, dari reaksi fisi U238 (dengan bahan bakar U235 juga), memang mengenal pemurnian secara kimiawi dalam pabrik pengolahan sebelum siap menjadi bahan bom - kepala nuklir pada peluru kendali. Dan inilah yang agaknya mendahsyatkan ledakan reaktor-reaktor Chernobyl, seperti yang banyak dicatat para ahli di Skandinavia. Debu radioaktif yang lepas ke udara, bukan cuma akibat lepasnya unsur-unsur radioaktif, tapi juga akibat reaksi fisi yang lepas ke udara - sambil melepaskan panas, energi, dan radiasi gamma, yang tak lain neutron-neutron. Dengan dahsyat pula, radiasi ini membuat semua benda yang terkena berubah substansinya dan menjadi radioaktif. Luapan ini sangat serius - bahkan bagi dunia, seperti diungkapkan PBB. Tidak aneh bila seorang ahli PBB di KTT Tokyo, Senin pekan ini menyatakan ledakan di Chernobyl itu sekitar 2.000 kali lebih kuat dari ledakan bom atom di Hiroshima di 1945. Korbannya tak bisa dihitung kini, tapi harus dua generasi. Tingkat ambang aman kontaminasi radioaktif dihitung dalam satuan Rem. Menurut Heryudo Kusuma, seorang ahli dari Batan, bila terjadi suatu kecelakaan, jumlah maksimal yang masih bisa ditoleransi manusia adalah 20-25 Rem/dua jam. Para teknisi di reaktor-reaktor nuklir biasa terkontaminasi 5 Rem/tahun. Lalu, ketika Chernobyl meledak, berapa Rem kadar radiasi yang dipancarkan? "Saya tak tahu persis karena tak ada datanya, tapi selama ledakan dan kebakaran berlangsung jumlahnya pasti jutaan Rem," katanya. Aneh, keadaan yang demikian gawat tidak membuat rakyat Uni Soviet cemas. Seorang insinyur yang baru turun dari kereta api jurusan Kiev tersenyum kecut ketika ditanya perihal ledakan Chernobyl. "Ya, saya tahu tentang kecelakaan itu," jawabnya, "tapi saya kira pemerintah akan bisa mengatasinya." Seorang wanita berusia 40 tahun, di stasiun Moskow itu, malah cuma dengar-dengar ada ledakan nuklir. "Tapi pemerintah bilang, kita tidak dalam bahaya," katanya. Jim Supangkat Laporan Robin Siren (Moskow) & Musthafa Helmy (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini