SEL maut itu, kecuali jauh lebih buruk, sebetulnya seperti kandang anjing biasa saja, yang dapat ditemui di rumah keluarga kelas menengah. Setahun lamanya aku terkapar di situ. Pengap serta sunyi, bahkan semut pun jarang menampakkan diri. Penglihatan mengendur, dinding berubah jadi lempengan agar-agar. Orang boleh tercengang, bagaimana bekas pemegang jabatan Menlu dan Perdana Menteri Pakistan bisa teronggok senista itu. Pembelaan untuk Pengadilan Tinggi Lahore kutulis bertumpu lutut, sehingga kepala terasa pening sekali. Aku sendiri tidak heran, karena Jenderal Zia bekerja cermat dan sistematis sekali, tak ubahnya seperti orang membariskan biji sawi di atas mistar untuk menghancurkanku. Junta di bawah pimpinan Zia menerbitkan, buku Putih, setebal 1.044 halaman, pada 25 Juli 1978. Atmosfer menjadi rusak, bau menyebar ke mana-mana. Ada enam tuduhan kriminal, dan cukup untuk mengubah jasmani jadi debu. Masih syukur tidak ditambah dakwaan memperkosa anak gadis di bawah umur. Memang betul Zia pernah menyebutku seorang patriot pemberani, serta Angkatan Bersenjata tidak punya bukti cukup bahwa aku terlibat kecurangan pemilu seperti terbaca dalam Pakistan Times, 14 Juli 1977. Tapi apa gunanya? Selain boleh jadi ia pelupa, juga pengadilan ia yang bikin, dan ia pula yang punya kuasa menjatuhkan putusan. Bilamana kau kena kup, tahulah kau betapa mudahnya orang menyabik-nyabik tubuhmu . Bilamana kau meringkuk dalam sel seperti ini, di mana malam berbintang tak sanggup kau lihat, hanya dua kemungkinan yang terjadi: kau menjadi sinting karena impitan, atau kau menerawang kejadian saat kau bebas bagai kijang Kashmir. Ingat waktu tahun 1935 dituntun Bapak menghadap gubernur Bombay Lord Braborne, kakakku, Imdad, memuji kegagahan penguasa itu, karena bajunya yang berjumbai. Aku menukas, "Tuan gagah karena banyak menghirup darah negeri kami yang cantik." Gubernur menyebutku punya bawaan revolusioner. Akhirnya memang aku tak hentinya melawan kolonialisme di mana saja, tapi berkelahi dengan pijakan sepatu penguasa bangsa sendiri sungguh bukan pekerjaan enak. Jaringan laba-laba yang ditebarkan ke diriku hanya bisa dipecahkan misterinya oleh Agatha Christie. Bukan saja aku, anak kemanakanku juga kebagian bui. Istriku digunduli, hingga sepintas lalu kelihatan seperti buah labu yang memelas. Kudengar sayup-sayup beberapa kepala negara mengharapkan keringanan hukumanku, karena orang digantung persis di leher sulitlah terbayangkan. Aku sendiri, selaku menlu, pernah minta keringanan hukuman para menteri yang dikucilkan di Pulau Yassida dan diancam hukuman mati oleh Junta. Kubilang kepada Presiden Jenderal Gersel dan Perdana Menteri Salim Sapar, kemelut Turki justru akan bermula pada saat eksekusi dijalankan, bukan sebaliknya. Kekacauan politik bisa saja terjadi di mana-mana, masalahnya tinggal bagaimana cara penyelesaian, dengan kup atau melayangnya nyawa. Ini jadi ukuran tingkat kultural. Ucapanku bahwa pemilu semacam peperangan terhadap oposisi mendapatkan tafsiran yang bukan-bukan. Kalimat metafora dimanipulasi tidak semena-mena. Tekadku berjuang menghadapi pemilu dianggap lampu kuning langkah kecurangan. Kalau eseis Francis Bacon mempertanyakan, "apakah kebenaran itu?", maka aku juga akan bertanya, "apakah yang namanya kecurangan itu?" Begitulah yang terjadi. Mereka berkata kup 5 Juli 1977 tidak ada sangkut pautnya dengan segala persoalan pemilihan umum. Lantas apa? Dari barisan tuduhan yang paling menyakitkan adalah tuduhan koruptor. Aku bukan koruptor, ini penghinaan dan meremehkan martabat Pakistan. Tujuan utama rezim ini sederhana saja: mengucilkanku dari rakyat. Ini mustahil. Aku merupakan bagian dari keringat dan kesusahan negeri ini. Aku punya hubungan abadi dengan rakyat, tak bisa diputuskan oleh pasukan mana pun juga. Sang waktulah yang menentukan apakah namaku dikenang sebagai penjahat atau pahlawan. Di tangan rakyat reputasiku pasti aman. Zulfikar Ali Bhutto tidak meneruskan lagi coretan di atas lututnya. Ini juga mustahil. Soalnya, ia mesti segera naik tiang gantungan di penjara distrik Rawalpindi. Benazir, putrinya, menggigit bibir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini