BUKAN lagi Istana Malacanang yang dibanjiri massa, tapi kali ini Taman Rizal. Sekitar 8.000 orang berkumpul di sana, Selasa pekan lalu, memperingati hari lahir Benigno (Ninoy Aquino ke-52. Aksi protes sopan yang dilancarkan di Manila itu khusus mengenang lawan tangguh Presiden Marcos yang mati tertembak, Agustus 1983. Di antara teriakan "Selamat ulang tahun Ninoy", terdengar hentakan genderang dan letupan petasan. Tapi sekelompok orang telah dengan berani mengejek Marcos. "Dia (maksudnya: Marcos) mati, dia mati," begitulah senandung mereka. "Karena flu, karena flu . . . ," senandung mereka lebih lanjut. Sejak minggu kedua November, presiden Filipina itu digunjingkan dalam keadaan sekarat. Keterangan istrinya, Imelda, tentang Marcos yang lagi flu, ataupun penjelasan dokter pribadinya, tidak melenyapkan kekhawatiran orang. Marcos terpaksa tampil lagi di layar televisi, Kamis lalu, lengkap bersama seluruh menteri. Namun, bukti itu tidak mencegah pihak oposisi mempersiapkan diri. Mereka membahas sebuah skenario untuk masa pasca Marcos. Dan diskusi ini disiarkan di hadapan demonstran yang berkumpul di Taman Rizal. "Kita ingin bersatu dan hanya dengan persatuan kita menemukan calon tunggal pengganti Marcos," kata Corazon. Kepada pers, tokoh oposisi Lorenzo Tanada mengatakan, ada beberapa calon untuk dipilih: Agapito Aquino, Jaime Ongpin, Salvador Laurel, dan Aquilino Pimental (semuanya kelompok oposisi) serta Menhan Juan Ponce Enrille dan Menteri Perburuhan Blas Ople. Disebutnya nama calon menunjukkan bahwa kelompok oposisi di Manila sudah menjajaki soal suksesi. Sementara itu, di Davao, 300 pembangkang ditangkap, karena melancarkan protes terhadap kenaikan harga minyak, penyalahgunaan kekuatan militer, dan sebagainya. Lain lagi halnya di Zamboanga. Sebagai buntut kematian Wali Kota Cesar Glimaco, sebuah apartemen dikepung selama 22 jam, Ahad lalu. Tidak kurang dari 500 tentara, marinir, dan polisi menyerbu kediaman Rizal Alih - bekas anggota polisi yang dicurigai membunuh Glimaco. Tembak-menembak seru terjadi, empat tewas, dan 18 luka-luka. Bersama 17 pengikutnya, Rizal Alih, yang Muslim itu, akhirnya menyerah tanpa syarat. Mengapa Rizal dicurigai? Soalnya, ia baru saja dipecat, dan saudaranya, Abdurasal Alih, yang juga polisi, tewas tertembak di sebuah pos penjagaan dekat kediaman Glimaco. Rizal diduga membalas dendam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini