Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sedikitnya lima orang tewas dan 100 lainnya cedera di wilayah Somaliland ketika pasukan keamanan bentrok dengan pengunjuk rasa yang menuntut pemilihan presiden diadakan pada November, Kamis, 11 Agustus 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Somaliland memisahkan diri dari Somalia pada 1991 tetapi belum mendapatkan pengakuan internasional secara luas atas kemerdekaannya. Wilayah ini sebagian besar damai sementara Somalia telah bergulat dengan tiga dekade perang saudara.
Mayoritas dari mereka yang terluka adalah pasukan keamanan "yang diserang dengan pentungan, batangan logam, dan batu," kata Muse Bihi Abdi, Presiden Somaliland dalam sebuah posting Facebook, Kamis malam. Dia tidak mengatakan apakah mereka yang tewas adalah warga sipil atau personel keamanan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami tidak akan membiarkan kekacauan dan demonstrasi di kota atau desa mana pun. Mereka akan dikonfrontasi. Demonstrasi kekerasan yang tidak sah untuk menghancurkan bangsa tidak akan diterima."
Muse Bihi Abdi, Presiden Somaliland. Sumber: Reuters
Masa jabatan presiden saat ini berakhir pada November tetapi oposisi menduga Abdi ingin menunda pemilihan itu dan menuduhnya mencari perpanjangan masa jabatannya melalui "Guurti", dewan tetua yang bertindak sebagai parlemen de facto di Somaliland.
Para pemimpin oposisi mengatakan beberapa kematian terjadi setelah pasukan keamanan memukul dan kemudian menembaki para demonstran di ibu kota Somaliland, Hargeisa dan dua kota lainnya.
Video yang dibagikan di media sosial menunjukkan pengunjuk rasa melemparkan batu dan membakar ban di jalan-jalan Hargeisa, sementara beberapa pasukan keamanan menembakkan senjata dan gas air mata.
Abdirahman Cinro, calon presiden dan mantan kepala Wadani, salah satu dari dua partai politik oposisi yang protes, mengatakan enam orang tewas.
"Demo akan terus berlanjut dan ini baru permulaan sampai kita mendapatkan ruang demokrasi penuh dan kebebasan dari kediktatoran dan kepemimpinan yang buruk," katanya.
Selama bentrokan, puluhan personel keamanan terluka oleh pengunjuk rasa yang bersenjatakan pisau, ketapel, dan pentungan, kata Abdi Hassan Mire, wakil komandan polisi Somaliland. Beberapa membawa senjata dan menembakkan peluru, katanya.
Properti dan kendaraan juga hancur, menurut polisi.
Sedikitnya 100 orang yang diduga terlibat dalam bentrokan itu telah ditangkap dan akan segera diadili, kata Ibrahim Abdi Haji, kepala operasi di Kepolisian Somaliland.
Dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis enam misi diplomatik asing, termasuk Amerika Serikat, Inggris dan Uni Eropa, mengutuk apa yang mereka sebut "penggunaan kekuatan yang berlebihan" selama demonstrasi.
Reuters