Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Jaringan-jaringan hotel terkemuka di Eropa sedang mencari staf tanpa pengalaman kerja. Seperti dilansir Reuters Senin 4 Juli 2022, langkah ini ditempuh di tengah kelangkaan tenaga kerja yang membuat jaringan hotel tak mampu memenuhi permintaan pascapandemi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ribuan pekerja hotel dengan bayaran rendah meninggalkan industri itu ketika perjalanan internasional anjlok selama pandemi COVID-19. Banyak dari mereka memilih untuk tidak kembali karena sudah mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, sehingga pengusaha hotel kini kesulitan mencari pekerja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jaringan hotel terbesar di Eropa, Accor, sedang menggelar uji coba rekrutmen staf yang belum pernah bekerja di perhotelan, menurut CEO Accor Sebastien Bazin dalam wawancara dengan Reuters bulan lalu.
Accor, yang membawahi hotel-hotel terkenal seperti Mercure, ibis dan Fairmont di lebih dari 110 negara, memerlukan 35.000 pekerja di seluruh dunia, katanya. "Kami coba di Lyon dan Bordeaux sepuluh hari lalu dan pekan ini kami mewawancarai calon tanpa resume, pengalaman kerja dan mereka akan direkrut dalam 24 jam," kata Bazin.
Dalam jangka pendek, Accor berusaha mengisi sejumlah posisi staf di Prancis dengan anak-anak muda dan migran sambil membatasi pelayanan. "Mereka adalah para mahasiswa dan orang-orang dari Afrika Utara," ujar Bazin.
Dia menambahkan bahwa pihaknya juga menutup restoran selama jam makan siang atau buka hanya lima hari sepekan. "Tak ada solusi lain," katanya. Karyawan baru diberikan pelatihan selama enam jam dan praktik langsung di lapangan, kata dia.
Kelangkaan staf sangat terasa dampaknya, terutama di Spanyol dan Portugal, di mana pariwisata menyumbang 13 persen dan 15 persen ekonomi di masing-masing negara itu sebelum pandemi. Pengusaha hotel di kedua negara kini menawarkan upah lebih besar, akomodasi gratis dan berbagai manfaat seperti bonus dan asuransi kesehatan.
"Banyak pekerja telah memutuskan pindah ke sektor lain, jadi kami memulai industri ini dari nol lagi dan kami berjuang mencari bakat," tutur Gabriel Escarrer, CEO jaringan hotel Spanyol, Melia kepada pers di Madrid.
Untuk menarik minat pekerja, perusahaannya menawarkan akomodasi, kadang berupa kamar hotel, karena sedikitnya rumah sewa di dekat resor.
Jaringan hotel yang lebih kecil juga menghadapi masalah serupa. Direktur operasi Hotel Mundial, salah satu hotel paling ikonik di Lisbon, mengatakan pihaknya sedang merekrut 59 pekerja.
Tanpa jumlah staf yang cukup, dia khawatir beberapa hotel akan memangkas jumlah tamu dan berbagai fasilitas yang mereka berikan."Jika kami tak bisa merekrut, kami akan mengurangi pelayanan," katanya.
Menurut dia, kondisi saat ini sangat disesalkan dan dramatis bagi sebuah industri yang telah kehilangan pemasukan selama dua tahun terakhir.
Di seluruh Spanyol dan Portugal, kondisi tersebut juga terlihat di berbagai bar, restoran dan hotel. Industri katering Spanyol kekurangan 200.000 pekerja dan industri hotel Portugal memerlukan sedikitnya 15.000 orang lagi untuk memenuhi permintaan yang kian meningkat, menurut beberapa asosiasi perhotelan nasional."Tentu solusinya adalah membayar upah lebih besar," kata Jose Luis Yzuel dari asosiasi layanan katering.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengundang orang kembali bekerja di sektor-sektor tersebut. Di Spanyol, bar dan restoran pada kuartal pertama menambah gaji pekerjanya hampir sebesar 60 persen dari tahun lalu, menurut data resmi.
Namun, industri pariwisata masih menjadi sektor yang membayar upah paling sedikit di Eropa, yaitu sekitar 1.150 euro atau sekitar Rp18 juta per bulan. Di Portugal, upah pekerja hotel diprediksi meningkat 7 persen tahun ini, menurut survei bank sentral dan Institut Statistik Nasional. Namun, gaji rata-rata di sektor itu hanya 881 euro atau Rp13,75 juta per bulan, atau sedikit di atas upah minimum 705 euro.
SUMBER: REUTERS